Bagian 5 ; Titipan Pagi Hari dan Sosok Masa Lalu

66 12 7
                                    

"Wah, Rangga, Rangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, Rangga, Rangga."

Aesha sampai pusing membolak-balik kertas 10 lembar yang baru saja diberikan kepada Aesha. Yang benar saja dia harus mengerjakan soal sebanyak itu? Satu halaman bisa sampai berisi 6 soal. Itu pun juga Rangga sudah memberikan kertas kosong untuk bisa mengerjakan atau pun latihan soal. Aesha memang mengira pemuda itu ambis. Namun, dia sendiri tidak menyangka akan se-ambis ini.

Baru kali ini juga Aesha bekerja sama dengan pemuda itu dalam satu kesempatan. Sebelumnya mereka belum pernah juga sekelas. Jelas Aesha sedih dengan hal itu. Dia cukup terkejut dengan fakta bahwa memang Rangga seniat itu. Aesha beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan Rangga.

"Gila?! Dia ngasih sebanyak itu?"

Sudah berteman selama 2 tahun dari awal ospek SMA Adhiguna, perempuan berasma Nadia ini tentunya punya hubungan yang dekat dengan Aesha. Betapa beruntungmya mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama selama dua tahun berturut-turut. Bisa dibilang, Nadia adalah gudang penyimpanan rahasia Aesha selama dua tahun bersekolah di SMA Adhiguna. Aesha cukup tertutup dengan beberapa orang, tapi tidak ke Nadia. Nadia juga bukan orang yang punya banyak teman. Jadi, bisa dibilang, mereka senasib.

Sambil mengunyah risol, Aesha mengangguk. Nadia mengambil tempat di depan Aesha—meminjam kursi yang ada di depan Aesha. Lembaran kertas yang tadinya berada di tangan Aesha kini berada di tangan Nadia. Perempuan yang notabenenya sangat tidak menyukai kimia itu hanya bisa ikut geleng-geleng juga.

"Aku ngira kamu bakal ambil fisika, Sha."

"Rangga lebih bisa. Aku tau dia jago di sana."

Hening sejenak. Aesha sibuk menghabiskan risolnya dan tangan Nadia yang masih sibuk membolak-balik kertas dan juga menggunakan kedua matanya untuk mengamati setiap soal, meskipun dia juga tidak mengerti.

"Sumpah? Rangga seambis itu, ya?"

"Biasa, lah. Pasti juga pas olim langsung bakal kek gini, Nad."

"Orangnya teratur banget, ih. Pantes kamu demen banget sama Rangga."

Mungkin itu bisa menjadi salah satu alasan mengapa Aesha menyukai Rangga. Bukan hanya dari wajahnya yang memang tampan bak pangeran, tapi memang dari sifat Rangga itu sendiri. Kadang dia sangat iri dengan apa yang dimiliki oleh Rangga. Sepertinya Sang Pencipta sangat suka dengan mahakarya-Nya yang satu ini. Benar-benar idaman.

"Ngomong-ngomong, dia udah ingat kamu siapa, blom?"

"Ngomong-ngomong, dia udah ingat kamu siapa, blom?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BIFURKASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang