Bagian 24 ; Semilir Angin Sore

30 7 0
                                    

Sempat Rangga bertanya di mana mereka harus bertemu dan Aesha langsung mengatakan jangan bertemu di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sempat Rangga bertanya di mana mereka harus bertemu dan Aesha langsung mengatakan jangan bertemu di rumahnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di dekat halte.

Rangga baru saja sampai lalu memarkirkan sepedanya sebentar dan melihat sekelilingnya apakah Aesha sudah tiba atau belum. Tapi, presensi Aesha tidak terlihat, untuk saat ini Rangga menganggap Aesha belum tiba.

Tapi, tidak lama setelah itu, dari kejauhan Rangga melihat Aesha yang sedang berlari kecil menuju ke arahnya.

"Kenapa lari-lari, Sha?"

"Gapapa. Aku takut telat."

"Gue baru sampe juga. Jalan bentaran dulu terus naik sepedanya nanti."

"Oke."

Tidak perku terburu-buru, mereka melangkahkan kaki mereka dengan santai sembari Rangga mendorong sepedanya juga. Cuaca hari ini juga cukup bagus meskipun mereka baru pulang sekolah sekitar dua jam yang lalu.

"Sha, gue mau nanya. Tadi, yang pas di lapangan lu dicie-ciein sama Gara, kalian ada apa?"

Aesha juga bingung harus menjawab bagaimana karena pada dasarnya dia bingung mengapa semua temannya malah menggoda dia dengan Sagara tanpa alasan jelas.

"Aku jujur gak tau kenapa. Aku juga pas dicie-ciein malah bingung ada apa gitu. Mungkin kamu bisa tanya ke Gara."

"Ah, begitu, ya. Dia bilang gak ada apa-apa juga."

"Emang kenapa, Rangga?"

Rangga menggeleng. Dia sedari tadi memang penasaran dan dia juga heran kenapa dia ingin tahu sebegitu dalamnya. "Cuma penasaran aja. Karena Sagara biasanya gak dicie-ciein gitu. Kalau ada kek gituan berarti ada yang udah terjadi. Tapi, kata lu gak ada apa-apa, lu juga bingung, Gara juga bilang gak ada apa-apa, berarti aman-aman aja."

Aesha merasa pertanyaannya tidak dijawab sepenuhnya. Dia ingin bertanya kembali tapi dia sendiri tidak enak dengan Rangga.

"Sekarang kita naik sepeda aja. Yuk, Sha."

Aesha tiba-tiba teringat dengan hari dimana dari tempat kursusnya, Rangga mengantarnya menggunakan sepeda untuk kembali ke rumahnya.

"Sorry, aku megang bahu kamu, ya."

"Mau pinggangku dipeluk juga gapapa, Sha."

"Hah? Hahaha. Bahu aja gapapa."

Rangga langsung tertawa kencang. Dari dulu dia sering menggoda Aesha dari reaksi temannya yang satu itu malah gelagapan. "Canda, Sha. Senyamannya lu aja."

Aesha tertawa canggung. Kenapa juga dia harus sangat panik ketika Rangga mengatakan bahwa Aesha boleh memeluk pinggangnya.

"Udah, ya. Kita capcus."

Sekarang pukul 4 sore, mungkin sekitar 1 jam lagi jalanan akan ramai oleh orang-orang karena jam segitu adalah jam pulang kerja. Mulai banyak ojek online yang mulai bekerja. Aesha memerhatikan setiap jalan yang dia lewati bersama Rangga. Jalanan cukup lenggang membuat dia sedikit tidak takut. Padahal naik sepeda di jalan raya seperti ini cukup berisiko.

BIFURKASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang