Bagian 2 ; Senja Yang Beranjak ke Peraduan

145 15 5
                                    

Diketahui seorang penari balet memiliki momen inersia 5 kg m²

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diketahui seorang penari balet memiliki momen inersia 5 kg m². Ketika kedua lengannya direntangkan dan 2 kg m² ketika kedua lengan merapat ke tubuhnya. Penari tersebut mula-mula berputar dengan kecepatan 2,4 put/s, maka besar kecepatan sudut penari saat kedua tangannya merapat adalah...

Aesha lansung mengerjakan soal yang diberikan. Meskipun sekarang dia masih duduk di bangku kelas 11, dia sudah memantapkan dan menyelesaikan seluruh materi kelas 11-baik dari semester satu maupun semester dua, dan sekarang sedang membahas ulang soal-soal materi kelas 11. Aesha juga dipercayakan untuk masuk ke salah satu tim olimpiade sains di sekolahnya. Meskipun dia belum diinfokan dengan siapa saja dia akan se-tim.

"Saya boleh maju?"

Aesha langsung mengambil spidol dan menuliskan jawaban yang sudah dia dapatkan.

Sekarang Aesha bukan di sekolah melainkan di tempat kursus. Jadwal kursusnya memang nyaris setiap hari. Katanya, dia tidak ada pekerjaan selain les dan pulang ke rumah. Orang tuanya pun sangat mengizinkan perempuan itu untuk mengikuti kursus asal tidak sampai mengganggu kesehatannya. Di ruangan yang sekarang Aesha tempati ada kurang lebih 6 orang beserta guru les tentunya.

Merasa jawaban yang dia pindahkan dari kertas ke papan tulis sudah dirasa cocok, Aesha langsung kembali ke tempatnya. Dia lebih memilih mengerjakan soal lain lagi.

"Materi apa hari ini?"

Aesha terkejut mendapati Rangga yang sudah menengok apa yang tengah dia kerjakan.

"Loh, Rangga? Ngapain kamu ke sini? Kan kamu lesnya besok."

Rangga terkekeh sebelum akhirnya berjalan ke meja guru.

"Gak ada kerjaan, Kak Rafa. Mau latihan soal bentaran juga."

Yang disebut Kak Rafa mengangguk. Jarak umur antara Rafa dan murid-murid asuhannya juga tidak terpaut jauh. Bisa dibilang cuma beda lima tahun. Jadi, wajar saja jika murid-muridnya lebih memilih untuk menyebutnya dengan sebutan Kak.

"Saya duduk aja, ya, Kak?"

Rafa mengangguk dan Rangga langsung duduk karena telah diberi izin.

"Sha, duduk bareng lo aja, ya. Sekaligus latihan soal buat olimpiade."

Aesha hanya mengiyakan. Dia juga sudah melihat ke sekeliling, tidak ada lagi meja yang kosong. Aesha juga tidak tahu apakah Rangga kenalan dengan teman-teman yang lain yang berada di kelas saat ini. Lagi pula, kenapa Aesha harus menolak jikalau dia bisa dekat dengan Rangga meskipun hanya untuk satu jam ke depan?

Tapi, bagaimana caranya agar Aesha tetap fokus mengerjakan soalnya kalau dia sekarang jadi ikut gugup?"

"Materi apa sih hari ini?"

"Tadi kesetimbangan benda tegar. Torsi torsi. Sekarang listrik arus searah."

Rangga hanya ber-oh-ria. Namun, sedetik kemudian dia membulatkan matanya, terkejut dengan apa yang baru saja Aesha katakan. Bukan karena materinya sulit dan dia tidak suka. Hanya saja dia tiba-tiba tersadar dengan Aesha yang masih kelas 11 dan materi yang dikerjakan merupakan materi kelas 12.

BIFURKASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang