Bagian 27 ; Pentas Seni dan Akhir Masa Jabatan

32 8 0
                                    

Urusan Aesha selesai tepat pukul 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Urusan Aesha selesai tepat pukul 7.30. Semua urusan dekorasinya selesai dengan hasil yang memuaskan baginya. Acara pentas seni ini dimulai pukul 8.30. Sekarang Aesha akan sibuk dengan perihal dokumentasi. Memang dia sibuk. Tapi, dia sendiri merasa senang karena memegang kamera adalah kesukaannya.

Dia telah berjalan, berkeliling, menikmati penampilan, kegiatan teman-temannya, dan rekan OSIS-nya, untuk diabadikan. Dia sekarang butuh duduk sebentar saja sembari memeriksa foto-foto yang sudah dia ambil. Satu per satu dilihat dengan teliti.

"Udah bagus, keknya. Lanjut lagi, deh."

Aesha lekas berdiri lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia tidak terlalu tahu persis dengan rundown acara. Jadi, dia harus berkeliling atau meminta rundown di panitia acara. Tapi, Aesha lebih memilih opsi pertama.

Ketika dia melihat kerumunan yang tepat beberapa radius di depannya, Aesha langsung melihat kerumunan. Mungkin di sana ada kegiatan yang bisa dia abadikan.

Aesha mulai membidik kameranya ke arah objek secara random. Dia senang dengan beberapa hasil jepretannya. Tapi, dia justru heran dengan apa yang barusan dia lihat, juga dengan situasi yang diiringi dengan suara-suara berisik. Ketika Aesha menurunkan kameranya, dia sekarang paham dengan apa yang tengah terjadi.

Tepat di depannya, sudah ada lomba sarung yang di antara 10 orang yang ikut, sudah ada Jingga dan Rangga yang berdiri bersebelahan sambil bergandengan tangan. Tentu itu bagian dari permainan kali ini. Tapi, sepertinya wajar kalau Aesha merasa sedikit cemburu, kan? Dia sebisa mungkin berpikir bahwa ini cuma bagian dari permainan yang diadakan oleh panitia.

Dengan ide gilanya, Aesha membidikkan kameranya ke arah dua orang itu yang masih saling bergandengan, setelah itu malah memandang foto tersebut cukup lama sebelum akhirnya kamera tersebut diambil oleh Sagara.

Sagara tidak berkata apa-apa. Dia hanya melihat gambar yang sudah diambil dan mengalihkan beberapa kali pandangannya ke arah Aesha. Aesha yang awalnya mau protes hanya terdiam keheranan.

"Gue hapus, ya?"

"EH, JANGAN!"

"Kenapa? Lu ngeliatnya gak senang gitu."

"Kata siapa?" protes Aesha sambil merebut kembali kamera yang tadinya dia pegang.

"Kata gue. Kata siapa lagi?" ujar Sagara sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya kemudian menoleh ke arah Aesha. Dia tidak habis pikir perempuan itu sangat suka makan hati.

"Udah, lah. Aku mau lanjut foto-foto lagi."

Setelahnya Aesha langsung melangkahkan kakinya. Sagara membiarkan Aesha berjalan dan mulai memantau perempuan itu dari kejauhan sambil menyandarkan punggungnya di sebuah tembok.

"KAK GARA!"

Oke, waktunya tidak tepat. Kenapa juga anak kecil ini harus hadir di saat dia harus fokus dengan satu hal?

BIFURKASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang