Bagian 23 ; Skala Prioritas

53 9 0
                                    

Selasa, 6 November 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selasa, 6 November 2018

Rencananya hari ini Sagara akan berkumpul dengan dua temannya. Hitung-hitung mereka jarang berkumpul belakangan ini. Rangga sibuk olimpiade, Jay yang tiba-tiba mendapat tawaran dadakan dari Adam dan Sagara tentunya berhubungan dengan OSIS.

Setelah berjalan beberapa menit akhirnya dirinta menemukan teman-temannya yang sepertinya sudah menunggunya dan sedang duduk di pinggir lapangan sekolah.

"Lama banget."

"Lu banyak protes."

Sagara langsung mengambil tempat di sebelah teman-temannya dan mulai melepas ransel yang sedari tadi dia bawa. Jarang-jarang dia dan temannya menikmati waktu bersama. Tentunya banyak hal yang mungkin mereka sudah lewatkan.

"Band gimana, Jay?"

"Baik-baik aja. Untung gak ada lagi macem Geral sialan."

Tiap mengingat Geral pasti banyak hal yang menyakitkan dan konyol di satu waktu bersamaan. Semua orang akan berpikir seperti ada yang salah dengan pemuda yang satu itu. Mengapa ada orang seaneh itu yang muncul di bumi yang kacau ini.

"Nanti gue bawain banner ala-ala orang konser terus teriak-teriak, 'Jay bias gue! Semangat!'."

Rangga selalu pasti bisa membawa suasana sekeliling mereka jadi ceria. Meskipun Sagara juga tahu, Rangga tidak akan melakukan hal memalukan itu. Tapi, kalau akal sehatnya sudah hilang, mungkin saja dia akan membawa banner yang berisikan nama Jay di sana.

Sagara tiba-tiba teringat dengan satu pembahasan yang secara tidak sengaja dia dengar dari teman kelasnya sendiri. Dia ingin memberitahu teman-temannya tapi Sagara sendiri tidak enak terhadap dua orang ini. Mungkin saja vibes yang tadinya ceria tiba-tiba tergantikan dengan vibes sedih maupun kecewa.

Tapi, apa salahnya kalah mencoba?

"Guys."

"Hah? Nape, Gar?"

"Gue gak tau kalau kalian udah tau atau belom. Tapi, tadi gue denger obrolan dari anak-anak kelas, katanya...."

Sagara sepertinya sudah membuat keputusan yang cukup keliru. Dua orang temannya kini sudah menatap dirinya seperti sangat penasaran dengan lanjutan kalimat yang dia sendiri gantung.

"Tidak jadi."

"Ada apa, sih? Jangan digantung. Gak mati tenang gue nanti."

"Nanti kalian bakal tau, kok. Gue juga masih denger-denger, belum tentu bener."

"Kasih tau aja napa, dah."

"Gak. Gue takut sebar hoax. Kalian cari tau aja."

Sekarang dia yang merasa bersalah. Memang dia tahu rasanya digantung memang tidak enak. Apalagi kita sudah memusatkan perhatian kita hanya untuk mengetahui satu fakta.

BIFURKASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang