BAG 6 "Little girl"

67 15 6
                                    

Sekitar 45 menit dalam perjalanan, mereka tidak saling berbicara.  Jenny sibuk mendengarkan playlist-nya dengan eadbuds di kedua telinganya, sementara Yanzhen fokus dengan sepeda motornya. Mereka akhirnya tiba di sebuah gedung yang cukup tinggi. Kelihatannya, itu adalah kantor yang dimaksud. Setelah meminta Jenny untuk menunggu dan duduk di lobby, Yanzhen segera menaiki lift.

Jenny memperhatikan sekeliling lobby itu. 'Bagus juga,' batin Jenny. Ia sedang asik mengamati sekelilingnya, saat sebuah panggilan telepon mengalihkan perhatiannya. Itu adalah panggilan dari Michael, ayahnya. Jenny teringat hari ini adalah ulang tahunnya. Sepertinya terlalu kejam kalau harus menolak panggilan ayahnya di hari ulang tahunnya, jadi Jenny memutuskan untuk menerima panggilan itu.

"Halo."

"Halo? Jenny, kapan kamu pulang?"

"Pulang?"

"Kamu ngga mau lihat adik kamu? Ngga kangen sama papa?"

"Papa becanda?" Jenny mengerutkan alisnya. Ayahnya adalah mahkluk paling tidak peka yang pernah Jenny temui.

"Kok becanda? Kamu udah ngga masuk sekolah lagi kan?"

"Aku ngga pulang. Aku kuliah disini."

"Loh? Kayanya papa kemarin udah minta kamu buat kuliah di Indonesia. Kamu ngga bisa numpang terus sama om kamu, kan?" Menyebalkan. Hanya karna Jenny belakangan ini cukup sering mengangkat telepon ayahnya, bukan berarti ayahnya bisa bersikap seenaknya seperti ini dan melupakan kesalahannya di masa lalu kan?

"Aku ngga pernah bilang iya kan sama permintaan papa. Lagian, kayanya aku juga kemarin pernah bilang aku bakal pergi kalau papa nikah. Tapi papa tetep nikah juga kan? Jadi impas ya pa. Oh satu lagi, ngga usah peduli aku mau numpang di rumah orang apa engga, they care about me more than you do. Stop telepon klo ngga ada hal penting. Bye, aku sibuk." Jenny menutup teleponnnya. Ah, sepertinya Jenny harus menunda rencana untuk memaafkan ayahnya itu untuk beberapa bulan lagi. "Tunda dulu deh Tuhan, bikin emosi aja", ucap Jenny dalam benaknya. Jenny sudah terbiasa dengan ayahnya yang seenaknya seperti ini. Ayahnya paling jago soal urusan menghancurkan mood

Sepuluh menit kemudian, Yanzhen turun dan menghampirinya.

"Maaf membuatmu menunggu," ucap pemuda itu.

"Tuan Xu, aku lapar. Apa kita boleh mampir sebentar untuk makan? Aku akan meneraktirmu karena telah mengantarkanku kemarin." Jenny tak menanggapi permintaan maaf Yanzhen barusan. Situasinya menjadi lebih serius. Raut muka Jenny tampak berbeda dari sebelum Yanzhen meninggalkannya. Yanzhen berpikir, apa ia pergi terlalu lama sampai gadis ini sekesal itu?

"Okay, di sekitar sini ada restoran."

Mereka berjalan kaki sekitar dua blok lagi dan masuk ke dalam restoran yang cukup sederhana, restoran itu dekat dengan SNU. Yanzhen menanyakan Jenny ingin makan apa, Jenny mengatakan ingin makan nasi karena tadi pagi ia hanya makan roti. Tipikal perut orang Indonesia, yang tidak akan kenyang kalau belum makan nasi. Pemuda itu menghampiri bibi yang sepertinya adalah pemilik restoran dan menyampaikan pesanan mereka.

Saat makanan tiba, ada menu yang tak biasa mendarat di atas meja mereka. Yanzhen menggeser menu itu ke hadapan Jenny, itu adalah sup rumput laut[5]. Gadis itu memandang pria di hadapannya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Jae Hyun memberitahuku saat di kantor tadi."

"Dia ada di kantor dan tak turun ke bawah untuk menyapa saya?"

"Jangan salahkan pegawaiku, dia sedang bekerja keras," bela Yanzhen. Mendengar itu Jenny tersenyum kecil, menunjukkan bahwa ia tidak serius saat menyalahkan Jae Hyun. Memang benar Jae Hyun sudah berjanji menemaninya untuk bertemu dengan Yanzhen, tapi mau bagaimana lagi. Ini terlalu mendadak.

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang