Jenny menepati perkataannya. Gadis itu akhirnya benar-benar menyewa sebuah studio bedroom yang cukup untuk satu orang dan berlokasi dekat dengan SNU. Yang menarik, lokasi tempat tinggal barunya hanya berjarak beberapa blok dari apartemen milik Yanzhen. Jae Hyun yang menemukannya di Internet. Ia sengaja mencari kamar yang dekat dengan apartemen mereka. Pemuda itu berkata setidaknya kalaupun Jenny tidak mau tinggal bersama, ia tetap bisa datang dengan cepat kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Jenny cukup terharu dengan sikap kakak sepupunya itu. Berhubung ia adalah anak tunggal, melihat Jae Hyun sangat peduli seperti ini rasanya seperti memiliki kakak kandung yang benar-benar memperhatikannya.
Malam sebelum hari orientasi Jenny di kampus barunya, Jenny mengajak Jae Hyun dan Yanzhen keluar untuk makan bersama di restoran dekat SNU. Restoran itu adalah restoran yang pernah di kunjungi oleh Jenny dan Yanzhen.
Jenny sudah cukup terbiasa dengan keberadaan Yanzhen. Intensitas mereka bertemu selama satu bulan lebih persiapan Jenny masuk universitas cukup sering. Pemuda itu beberapa kali ikut saat Jae Hyun menemani dan membantu Jenny mulai dari pendaftaran ulang, pengurusan berkas-berkas mahasiswa baru, mencari studio bedroom, sampai membeli perlengkapan kamar barunya. Bagaimanapun Jenny merasa sudah terlalu merepotkan kedua pemuda itu, jadi ia berencana untuk meneraktir mereka.
"Bagaimana rasanya setelah tinggal seminggu di kamar barumu?" Jae Hyun bertanya pada Jenny yang sedang membersihkan peralatan makan mereka dengan tisu.
"Tidak buruk, sedikit kesepian sih. Tapi sebentar lagi juga terbiasa."
"Kau masih bisa berubah pikiran kalau kau mau pindah ke tempat kami. Kau pasti tidak akan kesepian." Jae Hyun mengatakan 'tempat kami' dengan begitu mulus seolah dia memang menanamkan investasi pada apartemen itu.
"Iya iya. Aku mengerti, kau sudah membahasnya 5 kali hari ini," jawab Jenny sedikit protes.
"Tidak. Kau tidak mengerti. Daerah kampus itu daerah rawan kejahatan. Tinggal di kamar sewa seperti punyamu keamanannya pasti sangat minim. Berbeda kalau tinggal di apartemen."
"Kau lagi pamer atau bagaimana, sih?"
"Yanzhen, tolong jelaskan ke anak keras kepala ini, dia belum tahu betapa kerasnya kehidupan." Jae Hyun menyenggol Yanzhen yang sedang sibuk dengan ponselnya. Yanzhen mendongak sedikit untuk memahami ekspresi dua orang di depannya.
"Anak kecil, dengarkan kakak sepupumu. Dia sepenuhnya benar." Pemuda itu kembali sibuk dengan ponselnya. Sikap mereka berdua barusan terlihat familiar. Mirip seorang istri yang sedang meminta suaminya untuk mendukung perkataannya di hadapan anak mereka.
"Kenapa aku merasa kalian seperti sepasang suami istri yang sedang meyakinkan putrinya untuk tidak pergi dari rumah ya?"
"Perhatikan penggunaan katamu, anak kecil!" balas Jae Hyun. Jenny terkekeh. Yanzhen hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Saat pesanan mereka tiba, Yanzhen menerima telepon dan pamit keluar untuk beberapa saat. Jenny berpikir untuk menunggu Yanzhen kembali sebelum ia menyantap makanannya, sementara Jae Hyun langsung menikmati pesanannya tanpa berpikir dua kali.
Melalui jendela, Jenny bisa melihat Yanzhen sedang bertemu seorang pria, pria asing itu terlihat menyerahkan sesuatu kepada Yanzhen.
"Kak, suamimu bertemu dengan pria lain!" ujar Jenny sengaja memancing Jae Hyun. Jae Hyun menghentikan kegiatan makannya sejenak lalu mendongak dengan kesal ke arah Jenny.
"Hentikan omong kosongmu!" balasnya sebelum menoleh ke luar jendela sambil memicingkan matanya.
"?? Untuk pada dia di sini?" Jae Hyun sepertinya mengenal pria asing diluar.
"Memangnya dia Siapa?"
"Sekretarisnya Yanzhen."
"Sekretarisnya pria?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...