BAG 13 "Moving out"

72 13 11
                                    

Pukul 10.47 malam, Jae Hyun duduk di sebelah Jenny yang sedang ditangani di sebuah ruangan. Mereka sudah berada di rumah sakit. Jenny sudah lebih tenang sekarang, sementara orang di sebelahnya sibuk menggerakkan kaki dengan wajah cemas. Jae Hyun mengeraskan rahangnya beberapa kali dan mengacak rambutnya dengan gusar.

Luka gadis itu baru saja di jahit sebanyak 6 jahitan, dan saat ini dokter yang menanganinya akan menutup jahitan itu dengan plester khusus.

"Aku tidak apa-apa."

"Masih berani bilang tidak apa-apa?" Dari wajahnya, jelas sekali Jae Hyun sedang marah bercampur cemas.

"Jangan pasang wajah seperti itu, aku takut."

"Aku sudah bilang kan kamar itu tidak aman? Harusnya kemarin aku memaksamu. Belum satu bulan tinggal di sana, sudah celaka." sesal Jae Hyun menyalahkan dirinya sendiri.

"Sudahlah kak, mungkin itu cuma orang lewat yang tidak sengaja merusak jendelaku. Lagipula aku yang ceroboh tidak pakai alas kaki." Jenny mencoba menenangkan kakak sepupunya. Dokter magang yang menangani Jenny ikut menegang menyaksikan adu mulut kedua saudara sepupu itu.

"Kau tidak dengar tadi Yanzhen bilang apa di telepon? Biar ku jelaskan. Kamarmu berada di lantai tiga dengan jendela menghadap ke jalanan. Jalanan di depan Homecoming itu sempit. Sangat mustahil batu yang dilempar dari jalan sempit seperti itu bisa menembus jendela di lantai 3. Bukan cuma jendela, cermin yang jaraknya lumayan jauh dari jendelamu juga ikut kena. Dibanding batu, kau tahu apa yang temukan polisi di kamarmu?"

Jenny menggeleng.

"Peluru. Tahu peluru, kan?" Suara Jae Hyun sedikit meninggi. Jenny membelalakan matanya, tidak percaya dengan yang barusan didengar.

"Kalau kau tidak seberuntung tadi, bisa saja saat ini kau sedang terbaring lemah di meja operasi, bukan duduk di sini," tambah pemuda itu.

"Bagaimana bisa? Peluru??"

"Aku juga tidak tahu, Yanzhen sedang di lokasi bersama polisi. Mungkin beberapa menit lagi mereka akan ke sini untuk menanyaimu. Kau harus mengingat-ingat apa kau pernah menyinggung seseorang belakangan ini. Dan juga, jangan harap kau bisa kembali ke sana. Yanzhen sudah meminta seseorang mengemas barang-barangmu, kau akan tinggal di apartemen kami."

"Tidak."

"Bisa kan tahan sifat keras kepalamu itu sebentar? Tolong, lihat situasinya?" Jae Hyun geram dengan sikap Jenny yang masih mempertahankan prinsipnya tanpa melihat situasi. Sebelum Jae Hyun semakin meledak dan membuat Jenny semakin ketakutan, Jenny menjawab dengan lirih.

"Iya, iya. Jangan marah."

Yanzhen datang bersama dengan beberapa petugas kepolisian. Mereka menanyakan Jenny beberapa pertanyaan. Jenny menjawab dengan jujur, seingatnya dia tidak bermasalah dengan siapapun belakangan ini. Setelah mewawancarai Jenny beberapa menit, mereka meninggalkan rumah sakit untuk menuliskan laporan dan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"CCTV di depan Homecoming rusak, mereka akan mencari bukti dari CCTV lain dan mobil-mobil yang terparkir di sekitar situ." Yanzhen sedang menjelaskan situasi terbaru kepada Jenny dan Jae Hyun yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Polisi menduga ini bukan dilakukan dari bawah, tapi dari gedung seberang di depan Homecoming. Si pelaku melakukannya dengan profesional, dia menyasar bagian jendela yang kecil agar suara yang dihasilkan tidak menimbulkan kecurigaan dari orang sekitar," sambungnya.

"Sudah ketahuan belum penembakan itu terjadi pukul berapa?" tanya Jae Hyun.

"Orang di sebelah kamar Jenny bersaksi ia mendengar suara kaca pecah sekitar pukul 3 sore, tapi dia mengira itu adalah pecahan kaca biasa seperti piring atau gelas, jadi dia tidak terlalu curiga."

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang