Jae Hyun, Yanzhen dan Jenny tiba di Bandara Incheon setelah sekian puluh menit terjebak dalam kemacetan. Penerbangan Yanzhen tinggal 45 menit lagi, kalau mereka berlari masih ada waktu untuk check in. Jadilah mereka berlari sesaat setelah Jae Hyun berhasil memarkirkan mobilnya dengan sedikit drama, karena nyaris saja ia membaret mobil yang terparkir di sebelah lahan parkir mereka.
Jenny tidak berhasil menemukan momen yang pas untuk berbicara berdua saja dengan Yanzhen. Tekad nya untuk meresmikan hubungan mereka yang beberapa jam lalu masih segar, tiba-tiba menciut.
Jadi, setelah Yanzhen check in dan akhirnya berpisah dengan sedikit lambaian tangan ke arah Jae Hyun dan Jenny yang berdiri di enterance gate, gadis itu memutuskan untuk mengirim satu pesan pada pemuda itu.
Beberapa menit kemudian, saat Jaehyun dan Jenny sudah berjalan ke arah pintu keluar, ponsel salah satu mereka berdering.
"Kenapa? Apa ada yang ketinggalan?" Jaehyun segera menjawab panggilan itu segera setelah melihat nama Yanzhen tertera di layar ponselnya.
"...."
"Hah? Kau gila?"
"......"
"Kenapa tidak beli di Shanghai saja?"
"...."
"Harus dari sini? Astaga," Jae Hyun menepuk jidatnya.
"Baiklah baiklah, tunggu saja. Tunggu aku di tempat kita berpisah tadi."
Jae Hyun menutup teleponnya dan beralih menatap Jenny.
"Aku harus menjalankan misi. Kau tunggu aku disini, ya? Jangan kemana-mana. Aku harus pergi ke minimarket yang ada di luar."
"Siapa tadi?"
"Yanzhen. Dia minta dibelikan alat cukur merk Korea yang tidak ada di Shanghai."
"Aku ikut,"
"Oh tidak usah, kau disini saja. Kalau kau ikut nanti malah merepotkan. Kau kan butuh 20 menit cuma untuk berkeliling di mini market."
Jenny sedikit tidak terima, terlihat dari dahinya yang berkerut. "Itu kan kalau aku belanja bulanan, yang ini mana bisa disamakan!!!???"
"Tidak, kau disini saja." Jae Hyun tetap pada pendiriannya untuk tidak mengajak gadis remaja yang pasti akan memakan waktu yang lama kalau di ajak ke mini market itu. Kemudian pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan pada Jenny untuk menyampaikan argumen pembelaan dirinya perihal tuduhan berkeliling di mini market sampai 20 menit.
Tidak adil.Jenny cukup kesal pada Jae Hyun yang meninggalkannya seenaknya. Kalau ada yang menculiknya bagaimana? Apa Jae Hyun lupa apa yang menimpa gadis itu 4 hari lalu? Ia menelan ludah dengan
keras, berusaha menetralkan pikirannya sembari menyapu pandangan, berusaha mendeteksi wajah yang mungkin dikenalinya di antara kerumunan."Eric ngga mungkin disini kan?" Jenny menyuarakan kegelisahannya dalam hati, kemudian menggeleng keras menepis pikiran-pikiran bodoh yang kembali merasuki kepalanya. Gawat, sendiri membuatnya kehilangan akal sehat.
Sebuah tepukan di pundaknya membuat gadis itu berlonjak kaget sebelum berbalik ke arah si pemilik tepukan. Seorang pemuda dengan topi hitam menempel di atas kepalanya, menatap lurus ke arah Jenny. Sebagian alis tebalnya tertutupi oleh topi, tapi kau masih bisa melihat tatapan yang melembut di balik topi itu.
Tunggu, Jenny merasakan Dejavu. Di mana ia pernah melihat Yazhen dengan topi hitam seperti ini ya? Yanzhen cukup sering memakai topi hitam sih, tapi kenapa yang barusan terasa berbeda ya?
"Ikut aku sebentar!" Yanzhen menarik lembut lengan gadis yang pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran tentang apa yang baru saja terjadi itu dan membawanya berjalan ke arah toilet yang cukup jauh dari pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...