BAG 19 "Wait. What was that again?"

84 13 9
                                    

Di kantor polisi, Jenny disuguhkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian yang disaksikannya saat si pria brengsek tadi menyakiti gadis SMA itu.

Satu jam lalu polisi datang ke lokasi kejadian beberapa saat setelah pria brengsek itu pingsan dengan satu hantaman helm dari Yanzhen. Jenny akhirnya tahu nama gadis itu adalah Eun Ju, dan pria brengsek yang ternyata baru berusia 23 tahun itu bernama –  penulis bahkan jijik untuk menuliskannya di sini –  Jin Goo.

Eun Ju masih di tingkat 3 Sekolah Menengah Atas. Malangnya anak itu mempunyai mantan pacar yang juga brengsek. Mantan pacarnya pernah memaksanya untuk berhubungan intim dengan modal rayuan bodoh yang disebut ‘cinta’ dan berjanji tidak akan mengatakannya pada siapapun.

Polosnya Eun Ju percaya pada rayuan-rayuan yang keluar dari mulut pacar brengseknya saat itu, yang ternyata merekam kegiatan tidak senonoh mereka diam-diam.

Beberapa bulan lalu mereka putus, dan Eun Joo sudah punya pacar baru. Betapa terkejutnya anak itu saat pria brengsek yang bernama Jin Goo, yang Eun Joo tahu adalah teman dari mantan pacarnya, menemuinya di gerbang sekolah dan memaksanya untuk naik ke mobil. Kalau tidak, videonya dan mantan pacarnya akan disebar.

Pemuda itu berencana melecehkan Eun Joo di gedung tua milik keluarganya. Salah satu kamar di gedung tua itu ternyata sudah sering menjadi tempat pria bejat itu melecehkan beberapa wanita lain. Sebagian besar penyewa di situ adalah orang-orang yang juga bermasalah. Bisa dibilang, berkat kasus ini, polisi berhasil menemukan bukti kejahatan lainnya. Satu batu mengenai dua burung sekaligus.

Ibu dari Eun Ju datang ke kantor polisi setelah dihubungi oleh pihak petugas dan menangis sejadi-jadinya di hadapan semua orang yang ada di ruangan itu. Ia memeluk anak gadisnya dengan erat sambil terus memarahi Eun Joo karena kecerobohannya.

“Sudah ku bilang, jangan pilih pria sembarangan! Aigoo, lihatlah wajahmu ini!”

Tipikal ibu Asia yang akan tetap memarahi anaknya sekalipun anaknya sedang terluka. Jenny tidak menyalahkan sikap itu, terkadang kita perlu dimarahi dan dihajar dengan tegas agar tidak melewati batas yang seharusnya kita perhatikan.

Tanpa sadar Jenny terenyuh saat menyaksikan Eun Joo menangis dipelukan ibunya.

Dulu Nathalie juga pernah memarahi Jenny karena anak itu melukai kakinya saat bermain ke luar tanpa alas kaki. Nathalie memarahinya sepanjang sore dan Jenny hanya menangis selama dimarahi oleh Nathalie. Malamnya Nathalie menghampiri Jenny di kamarnya, meminta maaf karena telah memarahinya sepanjang sore, kemudian menangis memeluk anak gadisnya itu. Ah, kehangatan yang Jenny rindukan.

Mata Jenny beralih menatap pria brengsek tadi, yang sekarang sudah berada di balik jeruji besi dan sibuk memanggil petugas kepolisian yang lewat dari hadapannya. Anak itu masih bersikeras meminta mereka menghubungi ayahnya. Dia sudah selesai diinterogasi. Lebih tepatnya,  tidak diizinkan untuk berbicara lebih banyak lagi. Semua perkataannya adalah omong kosong dan berbanding terbalik dengan bukti rekaman yang diserahkan oleh Eun Joo pada petugas yang ternyata direkam diam-diam saat pria brengsek itu mengancamnya. Anak pintar.

"Permisi, apa urusan kami sudah selesai?" Yanzhen bertanya pada salah satu polisi yang bertugas.

"Oh. Tuan Xu Yanzhen dan Jenny Rodgers bukan? Terimakasih atas kerjasama kalian. Apa kalian sudah mengisi data dan pernyataan kalian?"

"Sudah, pak."

"Kalau begitu silahkan, kalian boleh meninggalkan tempat ini. Kalau kami memerlukan kalian dalam penyelidikan lebih lanjut, kami akan menghubungi kalian."

"Baik," jawab Yanzhen.

"Terima kasih pak." Jenny ikut menimpali.

Tanpa aba-aba, Yanzhen meraih telapak tangan Jenny dan menarik gadis itu keluar dari tempat itu. Jenny sedikit belum mempersiapkan hatinya untuk sentuhan itu, jadi lagi-lagi gadis itu terkejut.

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang