BAG 28 "Goodbye"

83 13 7
                                    

"Katakan selamat tinggal pada 2021, jal*ng. Kau akan berpisah dengannya sebelum kau berhasil menemuinya."

Jenny yakin 80% ini adalah orang yang sama dari 2 teror sebelumnya.
Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Okay, jangan panik. Jangan panik.

"Siapa di situ?" Jenny berusaha  untuk berbicara setenang mungkin sekalipun kedua tangannya gemetar dan pikirannya mulai diserang kepanikan.

Masih tidak ada jawaban. Padahal bayangan itu masih berdiri di tempat yang sama.

Ia yakin akan satu hal, penerornya bukanlah orang Korea melihat betapa kakunya tulisan ini. Mungkinkah dia orang indonesia?

Tangan gadis itu bergerak meraba pakaiannya selama beberapa saat. Ia tidak menemukan benda yang dicari. Dimana ponselnya? Kenapa tidak ada? Kalau begini, bagaimana ia akan menghubungi polisi? Atau Kyung Seok yang sedang menunggunya di luar?

"HALO? Siapapun yang di luar, tolonglah, kita bisa bicarain ini baik-baik. Kalau saya ada salah, silahkan bilang aja, semua ada solusi."

Sebuah tawa sinis nan singkat terdengar. Sekujur tubuh Jenny seketika merinding dibuatnya. Bukan. Bukan karena suara itu mirip suara mbak kunti. Justru kebalikannya! Suara itu terdengar seperti milik seorang pria dewasa (yang masih hidup).

Oh Gosh, sekarang Jenny tidak bisa lebih merinding lagi dari ini. Manusia terkadang lebih menakutkan dari hantu.

Ia meraba pakaiannya sekali lagi sambil mencoba mengingat-ingat dimana ia meletakkan ponselnya setelah menjawab telepon dari Yanzhen. Masih juga tidak ada. Jenny menepuk jidatnya. 'Gawat! Pasti di meja tadi,' batinnya.

Sedetik kemudian, sorot mata gadis itu berubah bersinar. Seolah baru menemukan batu permata paling berharga di muka bumi, Jenny menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil membulatkan mata memandangi smart watch yang menempel pada lengan kirinya.

Kenapa tidak dari tadi?
Dalam sekejap, ia sudah menekan tombol darurat yang terletak di sisi kanan benda itu.

Sekarang seharusnya Yanzhen sudah menerima sinyal darurat darinya. Dalam hati Jenny berdoa agar Yanzhen bisa sampai dalam satu menit, walau itu mustahil.

Ia menunduk untuk menilik dari bawah bilik. Tebakan Jenny benar, orang itu adalah pria dewasa melihat dari jenis dan ukuran sepatunya.

"Okay, mau anda apa? Anda yang neror saya juga kan sebelumnya?" Jenny kembali mencoba untuk berkomunikasi dengan orang di luar bilik itu. Mungkin dia bisa mengulur waktu sampai Yanzhen datang dan menolongnya.

Orang itu kembali tidak bersuara.

"Saya janji ngga akan lapor polisi, sekarang coba ngomong baik-baik."

'Ini ngga ada orang yang mau ke toilet apa? Kenapa dari tadi ngga ada yang masuk sih? Siapapun tolong selametin gue.' Jenny menjerit dalam benaknya.

Suara ketukan pada pintu bilik terdengar dan membuat Jenny hampir berteriak. Orang ini berkomunikasi dengan cara yang aneh. Tentu saja, dia kan peneror.

"Salah saya apa sih. Tolong dong jangan gini." Jenny yang mulai tidak sabaran, meninggikan suaranya.

Orang itu kembali tertawa. Kali ini sedikit lebih lama dari sebelumnya.  Jenny mengernyit, suaranya terdengar familiar. Tapi siapa ya?

"Takut?"

??? Laki-laki itu akhirnya berbicara. Jenny segera menempelkan telinganya pada pintu bilik untuk mempertajam pendengarannya. Ia yakin ia mengenal orang ini. Tapi siapa??

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang