Keesokan paginya, Jenny benar-benar memenuhi salah satu bucketlistnya yang dibuat beberapa bulan lalu untuk menghibur dirinya sendiri setelah menjadi budak belajar. Hari ini gadis itu bangun pukul 10 pagi dan keluar dari kamarnya satu jam kemudian. Rambutnya tampak basah karena ia baru saja mandi sambil berendam air panas selama setengah jam, yang juga ada dalam bucketlistnya. Rumah itu tampak sepi, Jenny menebak A Ra pasti sedang di sekolah, Jae Hyun ada kelas atau mungkin juga sedang bekerja, pamannya sedang di kantor, sedangkan bibinya mungkin sedang istirahat di kamar.
Beberapa menit kemudian gadis itu sudah duduk dengan santai di kursi meja makan menikmati sandwich yang dibuatnya dengan sepenuh hati tanpa diburu waktu. Jadi beginilah pagi yang sempurna milik seorang mantan pelajar yang baru saja selesai ujian neraka (baca: ujian masuk perguruan tinggi). Langit di luar terlihat mendung, tetapi hati Jenny merasakan sebaliknya, cerah sekali.
Tak lama, bibinya turun. Mereka saling menyapa sebelum akhirnya Jenny membantu bibinya memasak untuk makan siang dan membantu melakukan beberapa pekerjaan rumah. Bibinya menanyakan bagaimana ujiannya, Jenny menjawab semua berjalan dengan cukup baik. Kemudian mereka melanjutkan obrolan mereka pada hal-hal seputar hidup Jenny dan keluarga itu.
Setelah selesai membantu bibinya, ia membalas beberapa pesan di groupchat Assassin dan lanjut menonton musik vidio yang baru saja di keluarkan oleh IU kemarin sore. Ia baru sempat mendengarkan lagu baru idolanya itu siang ini, karena kemarin ia terlalu sibuk dengan hal lain.
Jae Hyun baru pulang dari kelasnya saat mendapati Jenny sedang duduk malas di atas sofa sambil mengunci matanya pada layar TV yang sedang menampilkan IU dengan MV terbarunya. Mulut gadis itu beberapa kali mengeluarkan suara seperti, "Waa, Enak, Gils, cantiknya.." dan lain sebagainya. Beberapa kata dalam Bahasa korea, beberapa lagi dalam Bahasa asing.
"Selamat siang anak malas, kemarin statusmu masih jadi budak belajar sekarang sudah berubah status dalam satu malam ya? Bagaimana tidurmu, nyenyak?" Jae Hyun berkata dengan nada menyindir, suara sepupunya itu cukup mengagetkan Jenny. Ia menoleh dengan malas ke belakang sofa karena ia terlalu enggan untuk mengangkat tubuhnya dan melihat Jae Hyun masih lengkap dengan senjata tempurnya (Read: Laptop, ransel hitam serta setelan kemeja), pemuda itu sedang menarik kursi dan duduk menghadap meja makan.
"Selamat siang pangeran coding, kau tanya tidurku? Pastinya lebih nyenyak dari tidurmu," jawab Jenny sebelum terkekeh ringan karena ia puas dengan jawabannya sendiri. Jae Hyun ikut tertawa.
"Kau ya. Tunggu saja nanti sampai kau kuliah dan bekerja."
"Aduh, sudah membahas kuliah dan kerja segala. Otakku baru istirahat, tahu? Dia sudah bekerja terlalu keras beberapa bulan ini. Tolong kasihanlah sedikit," balas Jenny mengusap wajahnya dengan dramatis.
"Kau sudah bekerja keras, nikmatilah hari-hari bahagia ini sebaik mungkin. Karna kau tidak tahu kapan hari seperti ini akan datang lagi."
"Iya, iya. Aku memang sedang menikmatinya, sangat menikmatinya." Jenny meraih beberapa bungkus permen di atas meja, lalu kembali menempelkan tubuhnya dalam-dalam pada sandaran sofa.
"Eng, terlihat jelas kau terlalu menikmatinya. Omong-omong..." Jae Hyun menunggu Jenny untuk berbalik lagi sebelum melanjutkan kalimatnya. Gadis itu benar-benar menoleh ke arahnya, dan menunggunya untuk melanjutkan.
"Bagaimana kemarin? Apa kau sudah menyampaikan maaf dan terimakasih mu dengan baik?" tanya Jae Hyun. Mendengar Jae Hyun mengangkat topik ini, entah kenapa Jenny jadi lebih bersemangat. Ia yang tadinya hendak membuka bungkus permen segera meletakkan permennya ke tempat semula dan meninggalkan vidio yang sedang di tontonnya. Kemudian beranjak dari sofanya untuk berbicara lebih dekat dengan Jae Hyun yang sedang duduk manis di kursi meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...