"Kau menyukaiku?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Jenny.
Tapi sebentar. Ada yang tak beres dari pertanyaan ini. Tunggu dulu. Pertanyaan? bukan pernyataan, tapi malah PERTANYAAN?"Apa?"
"Hah? Apa?"
"Kau tanya apa barusan?" Yanzhen tampak mengerutkan keningnya.
"Aku bertanya ya? Kapan?"
"Barusan."
"Tidak tuh, aku cuma bergumam," sangkal Jenny.
"Ayo," Ia memburu langkahnya mendahului Yanzhen dan segera meninggalkan pemuda itu jauh di belakangnya.
Tahun 2021 baru saja dimulai, tapi Jenny sudah punya kejadian memalukan yang akan direnungkannya sepanjang tahun.
Kau mungkin bertanya-tanya kenapa Jenny mempermasalahkan dirinya yang barusan mengatakan 'kau menyukaiku?' dan bukan 'aku menyukaimu'.
Begini ya, 'pertanyaan' dan 'pernyataan' di atas adalah dua hal yang jauh berbeda, dengan resiko yang jauh berbeda pula. Niat hati Jenny ingin menyatakan perasaannya dengan berani, bukan malah bertingkah seperti gadis narsis yang terlalu kepedean.
Meski terkenal dengan gengsinya yang tinggi. Menurut Jenny, menyatakan perasaan dengan berani itu lebih bermartabat dibanding blak-blakan menanyakan perasaan orang lain dengan pedenya.
Setidaknya kalau ia ditolak, ia akan ditolak dengan cara terhormat karena Jenny sudah menyampaikan isi hatinya tanpa meninggalkan kesan 'narsis' (ya walaupun dia memang sedikit narsis sih. Tapi tenang, tidak ada yang bisa mengimbangi tingkat kenarsisan Yanzhen).Iya-iya. Memang benar, tadi Yanzhen sudah memberikan lampu hijau sejelas itu. Tapi kemungkinan itukan masih 50:50, kalau Yanzhen ternyata memang hidung belang yang pandai membuat wanita 'terbawa perasaan' bagaimana? Bukannya Jenny mencurigai Yanzhen, tapi di dunia ini, ada banyak pria yang seperti itu. Pria yang tanpa sadar sudah membuat semua gadis salah paham, padahal sebenarnya mereka hanya mencoba untuk lebih bersahabat dan peduli.
Kalau Yanzhen benar-benar menyukainya sih tidak masalah. Tapi kalau sebaliknya? Bukankah itu hanya akan membuat mereka semakin canggung? Mau ditaruh dimana muka Jenny kalau Yanzhen sampai menjawab 'Kau sehat? Apa tadi kepalamu terbentur juga? Siapa yang menyukai siapa? Aku? Menyukaimu?'. Bukan tidak mungkin seorang Yanhzen memberi jawaban menohok seperti itu, mengingat beberapa menit lalu di lantai 11 mereka masih saling melempar sarkasme.
Untung saja Yanzhen sedang tuli. Kalau tidak...
"Kenapa? Tidak boleh ya?" Yanzhen yang tentu saja tidak kesulitan mengejar langkah Jenny, tiba-tiba muncul tepat di sebelah gadis itu.
"Tidak boleh apa?" Tampaknya Jenny tidak terlalu menyimak pertanyaan Yanzhen barusan, kakinya masih sibuk melangkah sementara pikirannya lebih sibuk lagi mengutuki kebodohannya yang masih segar beberapa detik lalu.
"Menyukaimu. Tidak boleh?"
Tidak butuh waktu lama untuk Jenny menghentikan segala jenis kesibukan fisik maupun pikirannya, ia segera membalik badan dan melempar tatapan yang jauh dari kata santai pada pemuda yang juga berhenti di sebelahnya itu.
"KAU MENDENGARNYA?"
Kau tanya bagaimana ekspresi Jenny sekarang? Tidak tahu deh, yang jelas mirip-mirip dengan ekspresimu saat ketahuan mencuri."Menurutmu?"
"Kenapa tadi pura-pura tidak dengar? Tunggu-tunggu, itu tidak penting. Kau bilang apa tadi?"
"Yang mana? 'menurutmu'?" Wajah Yanzhen terlalu santai untuk situasi seperti ini dan itu membuat Jenny semakin gugup.
"Bukan, sebelumnya lagi."
"Oh. Soal aku menyukaimu?"
"....." Jenny membulatkan mata dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. O-okay, Jenny tidak menyangka kalimat itu benar-benar keluar dari mulut Yanzhen. Ini tidak ada dalam semua skenario yang sudah Jenny prediksi di otaknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...