Dua orang yang beberapa menit lalu beradu mulut di depan pintu toilet pria kini sudah berdiri berdampingan dalam hening di sebelah pintu lift, bersama dengan beberapa orang lain lainnya.
Entah sedang berpura-pura atau memang sibuk, Yanzhen tampak memeriksa ponselnya berulang kali sejak ia keluar dari pintu toilet.
"Kita masih harus ke kantor polisi." Yanzhen mengingatkan Jenny akan agenda mereka selanjutnya, sementara matanya masih melekat pada layar ponsel.
"Iya, aku tahu," jawab Jenny sedikit datar. Tidak usah tanya kenapa, jelas-jelas anak itu masih kesal.
"Apa kau akan baik-baik saja jika bertemu dia sekarang?"
"Tidak tahu. Yang pasti kalau aku tidak datang ke sana sekarang dan menanyakannya langsung, aku mungkin bisa gila.""Dia akan mendapat hukuman yang setimpal. Jangan khawatir."
Jenny mengangguk sebagai balasan, "Aku tahu," jawabnya sebelum mengembalikan fokusnya pada digital floor display yang terpasang pada pintu lift di dekat mereka.
Beberapa menit berikutnya, mereka sudah berada di lift bersama dengan 6 orang lainnya.
Lift sedang bergerak naik saat Yanzhen mengangkat ponsel dan mengarahkan layarnya kepada Jenny. Sementara gadis itu, yang sejujurnya masih kesal, kemudian menyadari pemuda itu sedang mencoba menunjukkan sesuatu padanya. Okay, mari kita lihat apa yang sedang ditunjukkan oleh pemuda menyebalkan ini.
Ah, waktu. Sudah 11.57 (12/31/20) rupanya, satu menit dan beberapa detik lagi tahun baru.
Selanjutnya, mereka hanya memandangi layar 5.8 inci itu dengan seksama sampai angka di atasnya berubah menjadi 12.00 (01/01/21).
Sepersekian detik setelah angka berubah, keduanya refleks mengangkat kepala sampai mata mereka tak sengaja bertemu satu sama lain. Sadar betapa sinkronnya gerakan mereka barusan membuat keduanya tersenyum tanpa berniat menyembunyikannya.
Ah, padahal tadinya Jenny masih ingin berkesalria untuk menghukum pemuda ini, bisa-bisanya ia berubah pikiran secepat ini. Beberapa menit lalu mereka masih saling melempar sarkasme, sekarang malah saling melempar senyum layaknya orang bodoh.
"Happy New Year!" bisik Yanzhen.
"Happy New Year," balas seorang gadis yang beberapa menit lalu masih yakin ia kesal dengan manusia bernama Yanzhen.
Beberapa orang yang berada satu lift dengan mereka mulai sibuk menempelkan ponsel pada telinga untuk sekedar mengucapkan selamat tahun baru pada orang-orang yang penting bagi mereka. Sementara beberapa lainnya lebih memilih untuk tidak ambil pusing dan bersikap 'bodo-amat', mereka hanya diam dan menunggu untuk sampai ke lantai dasar.
"Di lantai 1 ada mini market kan?" Demi menghindari kecanggungan setelah berbaikan lewat saling-memberi-ucapan-selamat-tahun-baru dengan Yanzhen, Jenny kembali bersuara. Sejujurnya ia sedang berdoa dalam hati agar pemuda ini tidak menyadari betapa drastisnya perubahan sikap gadis itu padanya, hanya dalam kurun waktu 5 menit.
"Eng."
"Aku mau mampir dulu untuk beli Jelly."
"Jelly? Tiba-tiba?"
"Eng. Dari kemarin aku penasaran bagaimana bisa sebungkus jelly menenangkan seorang Yanzhen saat sedang kesal. Pas sekali, aku sedang kesal sekarang, dan mungkin akan lebih kesal lagi kalau bertemu Eric di kantor polisi. Gosh, menyebut namanya saja sudah membuatku emosi." Jenny memutar kedua bola matanya sebelum ia menarik nafas dalam dan membuangnya dengan cukup keras. Serius deh, Eric harus diapakan ya?
Yanzhen terlihat memiringkan kepala, mengangkat sebelah alis dan berusaha memutar otak.
"Bagaimana kau bisa berpikir jelly dapat menghilangkan kekesalanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
Literatura FemininaApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...