Minggu pagi setelah sabtu yang panjang, Jenny berjalan menuruni anak tangga dan samar-samar mendengar Jae Hyun sedang mengobrol dengan Yanzhen. Ia memperlambat langkahnya untuk 'mempersiapkan diri'.
"Okay Jenny, inget! Cuma efek jembatan gantung, efek jembatan gantung!" batinnya seolah itu adalah mantra yang mampu membuatnya lebih waras.
Ia melanjutkan langkahnya dan segera disambut oleh tatapan Jae Hyun dan Yanzhen yang menyadari kehadirannya. Untuk beberapa detik, Ia bertatapan dengan pemuda yang tadi malam membuatnya kesusahan tidur itu.
"P-pagi," sapa Jenny pada dua orang yang sedang menoleh ke arahnya.
"Pagi.." jawab Yanzhen.
Jenny kemudian berdehem sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Yanzhen beralih pada krema yang mengambang di atas espresso miliknya dan menyeduh beberapa kali. Keheningan sesaat yang cukup menjelaskan adanya kecanggungan di antara kedua manusia salah tingkah itu.
"Jenny, duduk disini." Sebuah suara menyadarkan Jenny. Gadis itu tahu apa yang akan terjadi setelah ini, Yanzhen mungkin sudah menceritakan kejadian tadi malam pada Jae Hyun.
Beberapa menit setelahnya, Jenny sudah duduk diam mendengarkan ceramah dari kakak sepupunya itu. Ia menjawab Jae Hyun beberapa kali dengan "Iya kak, eng, maaf,..." dan sebagainya. Sementara Yanzhen duduk tenang mengunci tatapan pada layar ponselnya seraya menikmati segelas espresso. Sesaat kemudian, ia berdehem dan memotong ceramah panjang Jae Hyun.
"Jae Hyun..."
"Apa? Tidak perlu membelanya, dia harus belajar untuk mendengarkan orang yang lebih tua."
"Setuju, dia memang harus belajar. Tapi kami harus ibadah sebentar lagi. Kau tahu kan dia butuh setengah jam untuk berdandan?" Yanzhen mengarahkan layar ponselnya pada Jae Hyun untuk memperlihatkan waktu mereka yang hanya tersisa 45 menit lagi sebelum ibadah dimulai. Jenny menghela nafas lega, inilah yang ditunggunya sejak tadi.
Jae Hyun berdehem sebelum kembali menatap Jenny dan berkata "Aku belum selesai denganmu, kita lanjutkan lagi nanti."
"Aku masih harus pulang menemui paman dan bibi setelah ibadah. Aku sudah lama tidak pulang. Kita bicara setelahnya saja, bagaimana?" Jelas sekali Jenny hanya berusaha mencari alasan untuk menyelamatkan dirinya.
"Oh, kalau begitu kebetulan. Aku juga harus pulang menemui ayah ibuku. Sampai ketemu nanti." Jae Hyun menyilangkan kedua tangannya, menantang Jenny untuk mengeluarkan alasan yang lebih bisa menyelamatkan dirinya. Jenny mengakui kekalahan dengan mengangguk pasrah dan mengangkat kedua tangannya.
"Fine."
.........
Jae Hyun serius dengan perkataannya, ia benar-benar melanjutkan ceramahnya pada Jenny selama perjalanan mereka pulang ke rumah. Tidak hanya itu, saat dirinya dan Jenny sampai di rumah, ia menceritakan kejadian kemarin pada ayah ibunya yang membuat gadis itu harus mendengarkan lima ribu kata lagi dari paman dan bibinya.
Yang benar saja? Bisa kau bayangkan betapa kenyangnya 'kantong nasihat' Jenny sekarang? Percayalah. Kalau semua nasihat dan ceramah yang didapatnya karena kejadian kemarin dibukukan, Jenny bisa kaya raya.
"Jadi maksudmu, itu cuma efek jembatan gantung?" A Ra sedang menikmati snack kacang Almond pemberian Jenny saat ia menanggapi cerita yang baru saja didengar dari sepupunya itu.
"Eng, " jawab Jenny. Tangannya sibuk memilah-milah pakaian di lemari baju. Kedua sepupu itu akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama mereka berpisah. Mereka sedang reuni di kamar Jenny dan berbagi tentang kisah yang terjadi selama mereka tidak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...