Kegiatan di hari orientasi cukup menguras tenaga sekalipun mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan. Jenny bertemu dengan teman-teman baru dan beberapa senior juga berkenalan dengannya.
Sampai pukul 6 sore, mereka masih berkumpul untuk acara jurusan. Beberapa penampilan untuk menyambut mahasiswa baru dipersembahkan khusus oleh para senior. Salah satu budaya dalam jurusan mereka, mahasiswa baru akan disuguhkan masing-masing satu gelas penuh berisi bir untuk diminum secara bersamaan sementara senior meneriakkan jargon mereka.
Jenny sebenarnya kurang nyaman dengan itu. Ia belum pernah minum alkohol selain segelas kecil wine milik ayahnya yang diminum diam-diam karena penasaran saat di Indonesia dulu. Dan ia belum pernah menyentuh alkohol lagi sejak saat itu.
Seorang teman bernama Do Hyuk yang berdiri di dekat Jenny tampaknya menyadari ekspresi tidak suka di wajah Jenny saat memandangi gelas berisi bir di tangannya.
"Kau belum pernah minum alkohol sebelumnya?" tanya pemuda itu setengah berbisik agar senior di kelompok mereka tidak mendengarnya.
"Bukannya tidak pernah sih, aku pernah diam-diam meminum segelas wine milik ayahku dulu. Tapi itu sudah lama sekali, aku belum pernah menyentuh alkohol lagi sejak saat itu." Jenny ikut berbisik. Do Hyuk terkekeh mendengar penjelasan itu.
"Kalau kau tidak suka, aku bisa menghabiskannya untukmu. Minum alkohol itu salah satu keahlianku."
"Benarkah?"
"Eng,"angguk pria itu.
"Kalau beg—"
"Kecuali dengan alasan alergi atau pantangan, dilarang menolak untuk menghabiskan bir. Tidak ada pahlawan-pahlawanan di sini. Dimana solidaritas kalian? Cuma segelas bir, sesusah apa sih?" potong seorang senior wanita di dekat mereka sambil tersenyum menyindir. Ternyata dia mendengar percakapan mereka dari tadi. Jenny dan Do Hyuk tertunduk setelah dikagetkan dengan perkataan senior di belakang mereka. Karena tidak mau mencari masalah dengan siapapun, Jenny memutuskan akan tetap meminumnya.
Senior di depan memberi aba-aba, seluruh mahasiswa baru mulai menenggak bir di tangan mereka. Sebagian besar menghabiskannya tanpa hambatan, sebagian lagi memakan waktu lebih lama. Jenny menghabiskan birnya dengan susah payah karena sensasi pahit yang pertama kali dirasakannya, pastinya dia juga membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibanding teman-temannya. Setelah menghabiskan segelas penuh, Jenny merasa aneh dengan tubuhnya sendiri. Kepalanya sedikit berputar, dadanya juga menghangat secara tiba-tiba.
Teman-teman sekelompoknya ternyata menyadari Jenny yang sedikit linglung setelah menenggak bir barusan. Do Hyuk dan seorang teman wanita di sebelah Do Hyuk bernama Yu Ri menanyakan apa Jenny baik-baik saja. Jenny menjawab ia tidak apa-apa, hanya terkejut dengan sensasi yang baru dirasakannya.
Saat mereka selesai pukul 9 malam, Yu Ri menawarkan tumpangan pada Jenny untuk mengantarkannya dengan mobil. Jenny setuju untuk ikut karena kepalanya terlalu berat untuk berjalan atau menunggu taksi. Ia ingin segera tidur, tidak ada waktu untuk menunggu lagi. Saat mobil Yu Ri mulai melaju, Jenny memeriksa ponselnya dan melihat ada pesan masuk dari Jae Hyun dan Yanzhen yang sudah dikirim sejak 20 menit lalu.
[Mom, Jae Hyun: Jam berapa kau akan pulang? Yanzhen akan menjemputmu.] 8.00
[Mom, Jae Hyun : belum selesai juga? Kenapa lama sekali?] 8.55
Jenny tersenyum, Jae Hyun benar-benar bersikap seperti ibunya. Lalu ia membalas,
[Jenny-ni : Aku sudah pulang, temanku sedang mengantarkanku dengan mobilnya. Tidak usah jemput aku.] 9.15
Jenny keluar dari ruang obrolannya dengan Jae Hyun dan beralih untuk melihat pesan dari Yanzhen yang baru sampai 10 menit lalu.
[Dad, Mr. Xu who finally using kakao: Sudah selesai? Aku di dekat gedung departemen kalian.] 9.05
Eh? Dia di dekat sini? Telunjuk Jenny secepat kilat menekan tombol call untuk menghubungi Yanzhen. Sepersekian detik setelah panggilannya masuk, Yanzhen langsung menerimanya di seberang sana.
"Halo?"
"Halo, kau masih di sana?"
"Di sana mana maksudmu? Aku di sini. Teman-temanmu sudah keluar, tapi kenapa aku tidak melihatmu? Apa aku salah departemen?" jawab Yanzhen. Jenny menepuk jidatnya.
"Aku naik mobil temanku, kami sudah menuju gerbang SNU. Maaf aku baru menghubungimu sekarang. Sepertinya tadi kita tidak bertemu karena aku naik dari parkiran mobil."
"Kenapa tidak bilang dari tadi? Temanmu wanita? Apa dia akan mengantarmu sampai ke kamarmu?"
"Kau bercanda? Untuk apa dia mengantarkanku sampai kamar? Iya, dia wanita, aku akan turun di jalan besar."
"Tunggu di jalan besar, jangan kemana-mana."
"Aku bisa sendiri," jawab Jenny memijat keningnya dengan lembut. Suaranya juga ikut melembut. Gawat, dia masih merasakan efek dari bir tadi.
"Sepupumu akan memarahiku kalau aku membiarkanmu pulang sendiri. Tunggu di sana, jangan bertingkah." Yanzhen memutuskan panggilan.
Jenny sebenarnya sudah bersandar dengan malas di kursi penumpang sebelah Yu Ri, tapi ia masih memiliki sisa energi untuk terkekeh kecil pada kalimat Yanzhen barusan. Yanzhen benar-benar bersikap seperti seorang ayah (yang pasti bukan ayah Jenny, ehem). Mereka berdua benar-benar sesuatu.
"Pacarmu datang menjemput?" tanya Yu Ri tiba-tiba.
"Eng? Iya, tidak. Maksudku, benar dia menjemputku tapi dia bukan pacarku."
"O, bukan pacarmu ya." Yu Ri mengulum senyumnya menyadari sikap Jenny yang sedikit salah tingkah saat menjawab pertanyaan itu.
------------------------------------------------------------
Hai, terimakasih sudah membaca. Jangan lupa comment, vote dan follow. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Supremacy of Love
ChickLitApa yang kau lakukan jika ayahmu yang baru saja ditinggal mati ibumu empat bulan lalu, memperkenalkan pacar barunya dan mengatakan bahwa mereka akan menikah bulan depan? Kalau Jenny,gadis itu memilih untuk kabur. Terimakasih pada Michael, ayah Jenn...