BAG 25 "Welcome to Jealousy land"

47 13 3
                                    

24 desember. Hari libur, malam natal, dan ulang tahun Yanzhen. What a special day.

Pagi ini, Jenny mendapati sebuah kartu undangan dari Fei fei tertempel di depan pintunya.

[Selamat pagi, Jenny yang imut.] Jenny menangkat sebelah alisnya. Ini adalah kalimat pembuka yang cukup membuat Jenny sadar diri bahwa dia mungkin hanya seorang anak kecil di mata orang yang berusia 26 tahun.

[Aku sangat bersemangat untuk mengundangmu hadir di acara Birthday Dinner Xu Yanzhen malam ini. Persiapkan dirimu ya, kita akan berangkat bersama pukul 7 malam. Dress code : casual winter outfit]

Well. Sekalipun membuat kartu undangan di saat mereka semua berada dalam satu apartemen yang sama seperti ini terlihat cukup.. bagaimana ya mengatakannya? Kekanankan mungkin? Harus Jenny akui ini adalah tindakan yang cukup manis dari seorang sahabat.
Hmm, sahabat ya? Kalau dipikir-pikir, ini memang terlalu niat sih.

Jenny membuat skenario perbandingan di otaknya. Seandainya Fei fei adalah Jenny, dan Yanzhen adalah Ryan (salah satu sahabat Jenny saat di Indonesia dulu yang juga bagian dari Assassin), apa Jenny akan melakukan hal yang sama? Entahlah, sepertinya tidak. Kecuali ia mempunyai perasaan yang lebih dari sekedar sahabat, mungkin Jenny akan melakukannya.

Ah, masa bodoh, kenapa pula ia repot-repot memikirkan persahabatan orang lain?

........

"Jadi, kapan kau akan kembali ke Shanghai?" Fei fei bertanya pada Yanzhen, tangannya meraih garpu dan memotong sedikit bagian dari kue yang baru saja dikorbankan untuk ulang tahun Yanzhen.

Mereka berempat tengah mengobrol setelah menghabiskan makan malam yang nikmat, ditambah acara perayaan ulang tahun super singkat untuk Yanzhen.

Kau tidak tahu bagaimana Jenny berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa menyaksikan kepanikan Yanzhen saat mencoba menghentikan Jae Hyun dan Fei fei menyanyikan lagu "Happy Birthday" dengan suara yang cukup keras hingga mengundang perhatian dari orang-orang di ruangan itu.

"Januari aku pulang," jawab Yanzhen.

"Maksud pertanyaanku bukan pulang untuk berkunjung, tapi pulang untuk kembali tinggal di Shanghai." Fei fei memperjelas pertanyaannya.

Benar juga, Jenny sudah terlalu nyaman dengan kehadiran Yanzhen belakangan ini sampai ia lupa, suatu hari nanti pemuda itu pasti akan kembali ke tempat asalnya.

"Belum tahu. Pastinya setelah kantor Seoul bisa bergerak lebih stabil." jawab Yanzhen lagi.

Fei fei menghela nafas, kemudian menumpukan dagu pada telapak tangannya. "Lama sekali. Tidak bisa lebih cepat?"

"Jangan buru-buru begitu dong. Kami masih butuh Yanzhen, tahu?" Jae Hyun menyuarakan protesnya sebagai seorang bawahan, sahabat yang setia, sekaligus penumpang apartemen Yanzhen.

Fei fei terkekeh, "Ku izinkan kau meminjam Yanzhen untuk beberapa waktu."

Pembicaraan mereka berlanjut membahas kisah-kisah lucu saat mereka masih di Boston dulu. Jenny mendengarnya, karena Fei fei memang secara khusus menceritakannya untuk Jenny yang awam soal kisah persahabatan mereka.

Serius deh, awalnya Jenny memang antusias mendengar Fei fei bercerita. Tapi semakin Jenny mendengarnya, semakin gadis itu sadar kalau Fei fei mengenal Yanzhen terlalu baik. Dan entah kenapa, Jenny tidak menyukai fakta itu. Boleh tidak sih dia merasa seperti ini?

Fei fei bahkan tahu Yanzhen lebih suka musim dingin dari pada musim panas. Ia tahu lagu kesukaan Yanzhen yang masih didengar pemuda itu sampai hari ini. Ia tahu Yanzhen tidak mengizinkan siapapun menyentuh rambutnya. Ia juga tahu Yanzhen tidak suka makan timun.

Awal pertemuan Fei fei dengan Yanzhen terjadi saat wanita itu tidak sengaja menjatuhkan robot yang di pajang di lab Robotics Club dan Yanzhen membantu menyatukannya kembali. Hanya orang-orang jenius yang bertemu dengan cara seperti itu, Jenny sampai merasa tidak layak untuk iri pada Fei fei. Ah, mereka terlalu cocok.

Bukan hanya itu, di luar dugaan, kau tahu siapa yang memberikan helm harga 3,6 milyar pada Yanzhen yang beberapa waktu lalu tanpa sengaja pernah terbawa oleh Jenny? Mmhmm, Fei fei lah orangnya. Benda itu adalah pemberian Fei fei untuk ulang tahun Yanzhen tahun lalu. So she's basically another Crazy Rich Asian.

Mau tahu sesuatu yang lebih mengejutkan? Ini bukan rumor atau hoaks, ini fakta yang keluar dari mulut orang yang bersangkutan. Fei fei dengan santainya bercerita bahwa saat di Boston dulu, ia pernah menyatakan perasaan pada Yanzhen dan ditolak mentah-mentah oleh pemuda itu. Terjawab sudah pertanyaan Jenny tadi malam, Fei fei mungkin masih menyukai Yanzhen sampai menyusul pemuda itu ke negara ini hanya untuk merayakan ulang tahun.

Jenny bahkan tidak yakin pada perasaannya sekarang.
Apa ia harus senang karena Fei fei ditolak, atau harus sedih karena seorang Fei fei saja ditolak, apalagi Jenny?

'Ya Tuhan, pengen pulang.' batin Jenny. Mendengar Fei fei bercerita tentang kisah-kisahnya dengan Yanzhen membuat Jenny semakin tidak percaya diri sekalipun ia juga tahu Fei fei sudah pernah ditolak. Tapi melihat eratnya persahabatan mereka sekarang, bukan tidak mungkin kan Tuhan merestui mereka?

Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menghujani Jenny dan membuatnya tidak nyaman. Padahal dia bukan siapa-siapa. Cuma seorang adik kecil yang baru mengenal Yanzhen beberapa bulan.

Tak lama setelah Fei fei selesai bercerita, wanita itu mengeluarkan kado ulang tahunnya untuk Yanzhen. Dilihat sekali saja, Jenny bisa tahu harganya pasti mahal. Tahun lalu helm 3,6 milyar, sekarang tuksedo custom buatan tangan seorang desainer terkenal asal Eropa yang pastinya tidak murah.

Iya Jenny tahu, memberi hadiah dengan harga fantastis seperti ini sangatlah lumrah di kalangan anak-anak konglomerat.

Tapi, rasanya kado yang sudah Jenny siapkan untuk Yanzhen jadi lebih mirip butiran pasir kalau dibandingkan dengan pemberian Fei fei. Karena itu, Jenny memutuskan untuk menunda memberikan kado pada Yanzhen. Mungkin sampai Jenny bisa membelikan sesuatu yang lebih pantas. Tidak tahu kapan.

Yang perlu Jenny lakukan sekarang adalah berdoa. Berdoa agar tidak ada satu pun dari antara Yanzhen, Fei fei atau Jae Hyun sadar bahwa ransel hitam yang diletakkan olehnya di dekat kaki meja itu, sebenarnya berisi kado yang tadinya disiapkan untuk Yanzhen.

Karena Jae Hyun mengatakan dia sudah meletakkan kado darinya di dalam lemari pakaian Yanzhen, harusnya tidak masalah kan kalau Jenny tidak memberikan kadonya sekarang juga, di tempat ini? Iya, kan? Tolong katakan iya.

Beberapa menit sebelum mereka pulang dari restoran, Jae Hyun izin ke belakang sebentar karena harus melakukan ritualnya (Baca : toilet dan aktivitas di dalamnya). Dan kau tahu apa yang terjadi setelahnya? Tanpa merasa bersalah, Fei fei dan Yanzhen melanjutkan pembicaraan mereka dalam bahasa mandarin yang pastinya tidak bisa dimengerti oleh Jenny. Coba jelaskan kenapa mereka harus mengobrol dalam bahasa mandarin saat Jenny masih ada di dekat mereka? Memangnya mereka sedang membicarakan rahasia perusahaan sampai tidak boleh terdengar oleh Jenny sedikitpun? Wait. Bisa jadi sih.

Jenny menyesal tidak menonton lebih banyak drama China. Karena setidaknya dia pasti akan mengerti beberapa kata. Ah, harusnya kemarin Jenny ambil kelas bahasa mandarin saja di mata kuliah pilihan, bukan bahasa Jepang. Seandainya Jenny memang bisa bahasa mandarin, ia rela kok berpura-pura bodoh seolah tidak mengerti apapun dari yang mereka bicarakan. Serius deh. Mau itu rahasia perusahaan, rahasia negara, curhatan masa lalu, bahkan cerita tentang hewan peliharan sekalipun.

Demi Tuhan, rasa penasaran Jenny semakin menjadi-jadi saat Yanzhen tersenyum di tengah obrolan mereka.

'Aaa, ngomongin apa sih? Masa iya senyam-senyum ngomongin perusahaan?' batin Jenny frustasi.

.......

Hello my dearest readers, jangan lupa vote, comment dan follow ya.

Makasih udah bacaaaaa.. seneng deh baca komen-komen kalian. 😍

Tenang, masih ada next chapter. Hahahah.

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang