BAG 17 "A high school girl"

77 12 6
                                    

Segera setelah turun dari Bus, Jenny teringat seharusnya beberapa hari lagi tamu bulanannya akan berkunjung. Jadi ia memutuskan mampir ke minimarket di dekat situ untuk membeli barang yang akan menyambut kunjungan itu (Baca : menstruasi). Ia masuk ke sudut terdalam minimarket untuk mencari benda sakral tersebut. Merasa ia tidak menemukan benda sesuai spesifikasi yang dicarinya, ia pergi ke arah kasir untuk bertanya pada pekerja yang sedang sibuk memindai harga.

"Permisi, apa Dan-O over night 29cm sudah habis?"

Pekerja tersebut menoleh ke arah Jenny, sementara tangannya masih bekerja memindai harga. Semua orang bisa melihat ia sedang kerepotan.

"Maaf, aku sedang repot. Kalau terburu-buru, apakah anda bisa lihat sendiri di sudut belakang rak paling bawah? Tadi siang aku lihat di sana masih ada beberapa."

"Baiklah." Tak ingin lebih merepotkan, Jenny kembali ke tempat tadi dan berjongkok untuk mencari ke sudut paling belakang. 'kenapa harus diletakin sedalam ini sih mbak?' Jenny sedikit menggerutu dalam benaknya. Tangannya berhasil menemukan barang yang dicarinya. Setelah memastikan tulisan di kemasan barang itu memang menunjukkan 29cm, ia berdiri di tempatnya.

"Diam, simpan air matamu!" sebuah suara mengejutkan Jenny dan membuat gadis itu kembali berjongkok. Suara itu berasal dari balik rak di belakang Jenny. Kelihatannya pemilik suara itu tidak menyadari keberadaan Jenny. Suara itu adalah suara seorang pria yang sedang berbisik, namun tidak terdengar seperti bisikan. Seperti orang yang sedang marah, namun tidak ingin orang lain mendengar suaranya. Apa mungkin dia sedang bertelepon?

"Tidak dengar? Ku bilang diam!" Pria itu kembali bersuara, kali ini dengan tekanan yang lebih besar. Samar-samar terdengar suara lain dari arah yang sama. Seperti seseorang yang sedang menahan tangisannya dengan menutup mulut.

"Aku.." suara lain itu mengeluarkan suara yang lebih jelas di telinga Jenny, tapi masih terdengar seperti bisikan. Jenny masih berjongkok. Tidak ingin ketahuan kalau dirinya sedang berada disitu dan tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka atau dia akan membuat suasana semakin canggung. Sebenarnya Jenny ingin langsung pergi ke kasir dan membayar benda di tangannya. Tetapi rasa penasarannya saat ini lebih tinggi dari keinginannya membeli pembalut, jadi ia memilih untuk mendengar sedikit lebih jauh lagi.

"A-aku tidak bisa menahannya, air mataku keluar begitu s-saja." Sekarang suara itu semakin jelas terdengar. Tidak salah lagi, itu adalah suara seorang perempuan. Mungkinkah, pertengkaran kekasih?

"Omong kosong, jangan kira aku tidak tahu trik mu! Hapus air matamu, atau aku akan menyebarkan videonya sekarang!"

"J-jangan..."

"Kita sudah membicarakan ini tadi, kau pikir aku orang baik yang bisa luluh cuma karena air mata?"

"Aku mohon jangan.."

"Kalau begitu lakukan seperti kataku."

O-okay, awalnya Jenny berpikir ini hanya pertengkaran biasa yang terjadi antar sepasang kekasih. Tapi semakin mendengarkan, kenapa semakin terasa ada yang tidak beres dengan mereka ya? Jangan ikut campur, jangan ikut campur. Jenny terus berkata dalam hatinya.

"Aku cuma memintamu tidur denganku, bukannya kau sudah biasa melakukannya? Untuk apa memasang wajah munafik seolah kau gadis polos? Apa pacarmu bahkan tahu kau wanita jalang??"

Astaga. Sekarang Jenny menyesal telah mendengarkan lebih jauh. Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukannya sekarang? Kalau dia pura-pura tidak dengar, maka selamat tinggal tidur nyenyak Jenny untuk selamanya. Siapa yang tahu apa yang terjadi jika Jenny tidak melakukan sesuatu untuk menolong? Sebaliknya, kalau dia memilih untuk membantu gadis itu, bagaimana caranya? 'Berpikir, berpikir.'

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang