BAG 35 "Let me tell you why"

41 5 5
                                    

03 Januari 2021, rumah keluarga paman Seok Do.

Jenny duduk di sebelah rak sepatu sembari mengangkat sebelah kakinya untuk mengikat tali sneakers yang dikenakannya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari ini yang cukup menguras 80% energinya.

Sejak kejadian malam tahun baru kemarin, nama Jenny Rodgers kian bermunculan di media-media pemberitaan baik Indonesia maupun Korea Selatan.

'Selebgram/Influencer Jenny Rodgers asal Indonesia ini mengalami 3 teror dalam 8 bulan terakhir dan hampir dibunuh di acara tutup tahun perkumpulan Indonesia di Seoul. Ini pelakunya!!'

'Jenny Rogders, Influencer Indonesia yang tinggal di Seoul hampir terbunuh di malam tahun baru'

'Jenny Rogders. Niat hati menghibur warga Indonesia di Seoul, malah jadi sasaran percobaan pembunuhan oleh orang Indonesia sendiri.'

'Jenny Rogders, Influencer asal Indonesia yang nyaris terbunuh karena ulah orang tua sendiri'

'Karena kesalahan orang tua, anak yang merantau ke Seoul jadi korbannya'

'Penyanyi cover Instagram ini mengalami kejadian tidak senonoh di malam tahun baru. Pelakunya adalah temannya sendiri.'

'Inilah Jenny, selebgram yang hampir dilecehkan dan dibunuh oleh teman dekatnya sendiri.'

Dan masih banyak lagi judul-judul provokatif lainnya yang ditulis dengan terlalu dramatis dan cukup menyimpang dari kebenaran.

Mulai teman-teman kampus dan teman-teman SMA Jenny yang ada di Seoul, sampai keluarga dan sahabat-sahabatnya yang ada di Indonesia, semua menghujani anak itu dengan berbagai pertanyaan berkat artikel-artikel ini. Terimakasih kepada media.

Benarkah ini, benarkah itu, apa yang terjadi, bagaimana kelanjutannya. Jenny sampai harus berulangkali menjelaskan bahwa ia baik-baik saja setiap kali ada telepon yang masuk.

Grup Assassin, yang sebagian besar anggotanya seharusnya sedang liburan, justru tanpa henti mengirimkan link berita ke dalam group chat mereka setiap kali ada media yang mengeluarkan artikel. Jenny sudah meminta mereka berhenti mengirimkan link, tapi mereka tetap melakukannya dengan alasan ingin bersatu melaporkan media-media itu karena telah menulis berita simpang siur mengenai Jenny dan keluarganya.

Kabar akun Instagram Jenny? Ampun deh. Terlalu ramai sampai Jenny harus mematikan notifikasi di ponselnya. Dari penggemar sampai yang bukan penggemarnya, mampir dan meninggalkan jejak di sana. Komentarnya beragam, ada yang menunjukkan simpati, ada yang sok tahu dengan mengatakan Jenny yang kurang hati-hati, ada yang menumpang untuk jualan, intinya ramai. Yang lebih di luar dugaan, followersnya yang sudah melebihi angka 1 juta, malah bertambah 500 ribu lagi.

Lihat? Inilah yang dimaksud Jenny soal ketakutannya menjadi lebih terkenal. Media akan menggoreng fakta dan mitos tentang kehidupan pribadinya menjadi satu dan orang-orang akan menikmatinya tanpa memperhatikan, mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Mereka hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar dan membuang fakta yang seharusnya mereka dengar dengan baik-baik. 

Iya, Jenny tahu mereka semua hanya berusaha untuk bersimpati. Jenny tidak menyalahkan kepedulian atas dasar kemanusiaan. Tapi kalau boleh jujur, sikap simpatik mereka tidak membuat Jenny merasa lebih baik. 'dilecehkan'? dari mana mereka mendengar itu? 'oleh teman dekatnya sendiri'? Sejak kapan mereka berteman dekat? 'Karena kesalahan orangtuanya'? Omong kosong macam apa itu?

Akibat pemberitaan dari media-media tak berguna itu, kehidupan pribadi Jenny dan keluarganya yang seharusnya bukan untuk konsumsi publik menjadi ikut tersorot. Dari mana Jenny berasal, apa yang terjadi dengan ayahnya dan Brenda, dan alasan bagaimana Jenny bisa menjadi korban kejahatan Eric (yang pastinya ditulis oleh pengarang-pengarang handal, Jenny sampai tidak habis pikir bagaimana bisa mereka berimajinasi seliar itu).

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang