BAG 23 "Calming the Husky"

76 13 3
                                    

Rabu pagi, Jenny bangun pukul 6 karena ia harus mengikuti kelas pukul 7.30. Kalau kau penasaran dengan apa yang terjadi tadi malam setelah Yanzhen meninggalkan Jenny di luar dan hanya mengizinkannya masuk setelah lima menit, biar ku ceritakan.

Yanzhen membukakan pintu untuk Jenny setelah 15 menit gadis itu memilih untuk menunda waktu masuknya karena pikirannya masih sibuk menetralisasi segala bentuk ketidakwarasan akibat seorang manusia bernama Xu Yanzhen.

Kau tanyakan bagaimana situasi hati Jenny sekarang? Sayangnya, tidak terlalu baik. Hati dan pikirannya kembali berperang sejak tadi malam.

Di satu sisi, ia teringat akan ibunya yang semasa hidupnya hanya mencintai seorang laki-laki tak berperasaan yang tidak setia. Ia teringat bagaimana awal mula dirinya bisa mempunyai prinsip anti romantisme dalam hidupnya.

Tapi di sisi lain, Jenny juga mulai memikirkan bahwa cinta mungkin tidak seburuk itu. Kalau cinta seburuk itu, paman dan bibinya tidak akan langgeng sampai sekarang. Bagaimana dengan pasangan sehidup semati lainnya? Jenny tidak pernah memikirkannya selama ini, karena semasa pertumbuhannya ia hanya melihat hubungan orang tuanya yang retak dan tak bernyawa. Ibunya menderita karena sesuatu yang disebut 'cinta' sampai akhir hidupnya.

Ini pertama kalinya Jenny menyukai seseorang. Selama ini gadis itu bisa dengan gampangnya mengatakan cinta hanyalah omong kosong dan pembodohan, karena memang ia selalu menghindari orang-orang yang menunjukkan ketertarikan kepadanya.

Okay, salahnya telah lalai menjaga hatinya sendiri. Sejak semula Jenny hanya menganggap Yanzhen sebagai sahabat kakak sepupunya. Pemuda itu juga tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tertarik kepada Jenny sebagai seorang wanita. Hanya sebatas perlakuan seorang kakak yang lebih dewasa kepada adik yang lebih kecil. Jadi seharusnya memang tidak perlu menghindar kan?

Siapa yang sangka Jenny justru tertarik pada seseorang yang tidak tertarik padanya?
Rasanya seperti menelan ludah sendiri, perasaannya tumbuh perlahan tanpa disadari. Apa semua gadis mengalami ini? Menyukai seseorang yang kelihatannya mempunyai zero interest pada mereka? Ah, kenapa tidak ada yang mengatakan pada Jenny sebelumnya?

Tapi tunggu, katakanlah Jenny sudah mengakui bahwa perasaannya pada Yanzhen mungkin lebih dari sekedar efek jembatan gantung, katakanlah dia mungkin memang sedikit menaruh hati pada pemuda itu. Lalu apa? Setelah itu bagaimana? Bukankah yang jatuh hati disini hanya Jenny seorang? Seharusnya tidak perlu repot mengkhawatirkan hal selanjutnya kan?

Untuk saat ini, Jenny memutuskan untuk bersikap biasa saja. Toh, belum ada yang yang tau tentang perasaannya selain A Ra (yang memang sok tahu tapi kebetulan benar).

........
Sebelum berangkat ke kampus Jenny memeriksa ponselnya dan mendapati beberapa pesan masuk.

1. Ayahnya
[Dad : Natal ini kamu pulang kan? Udah setahun kita ngga ketemu. Papa kangen.]

Well, sedikit mengejutkan karena ayahnya belum pernah benar-benar mengatakan bahwa ia merindukan Jenny. Sejujurnya, Jenny belum berencana untuk pulang dalam waktu dekat.  Kekesalannya pada Michael mungkin sudah mereda, tapi bukan berarti luka itu sudah hilang sepenuhnya. Membayangkan ia harus bertemu dengan keluarga Rodgers juga membuat anak itu cukup merinding. Ia yakin, mereka tetap akan menghakiminya walau satu tahun sudah berlalu sejak ia menghindari pernikahan ayahnya dan pindah ke Seoul. Jenny hapal betul jalur pemikiran keluarga ayahnya itu. Jadi, untuk pulang ke Indonesia, Jenny masih harus memikirkannya seratus kali lagi. Mungkin nanti dia akan pulang, tapi tidak dalam waktu dekat.

2. Senior Kyung Seok
[Senior Kyung Seok : Nanti setelah kalian tampil, boleh aku minta waktumu sebentar? Aku mau membicarakan beberapa hal terkait band barumu, berdua. Sekalian makan malam, bagaimana?]

Supremacy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang