Mengjadi Sahabat

5.4K 1.1K 163
                                    

"AAKUUU BIISA MEMBUATMUU---"
"JATUH CIINTAA KEPADAAKUU---"
"MESKI KAU TAK--aduh Jonggun goblok, apaan sih?"

"Suara lu kaya sirine ambulan, bangsat. Lagian buat apa lu nyanyi lagu galau? Emangnya ada yang digalauin?" sewot Jonggun sambil berjalan di samping Jungoo.

"Ya biar keren aja," jawab Goo. "Emang gua harus galau buat bisa nyanyi lagu galau? Kalau gitu gua harus mati dong kalo mau nyanyi lagu kematian. Yakali."

"Ck. Jangan ngomong mati-mati gitu," sahut Gun dengan cepat.

Jonggun sebenarnya sedikit bingung. Semenjak kejadian pembakaran buku matematika kemarin, Goo tidak terlihat sedih sama sekali. Goo juga tidak terlihat marah sama sekali. Seperti tidak memiliki beban apapun.

"Gun, ke rooftop, yuk?" ajak Goo, yang langsung disetujui oleh Gun.

Sesampainya di rooftop, Goo mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua beristirahat. Beberapa siswa lain juga ada di rooftop. Entah itu untuk makan, bermain, ataupun sekedar melepas penat.

Suasana tenang menyelimuti pikiran. Goo memejamkan mata. Ia sangat menyukai angin kencang.

"Goo?" ucap Gun, membuka pembicaraan.

"Ya?"

Gun menarik napas. Sedang memberanikan dirinya untuk bertanya. "Lu gak marah sama gua?"

"Kenapa gitu gua kudu marah?" balas Goo, sambil tetap memejamkan mata.

"Yang dibilang sama DG kemarin," lanjut Gun sembari melepas kacamatanya, "dulu gua jahat banget sama lu. Gua gak tau apa yang ada di pikiran gua waktu itu sampai-sampai mau bikin lu celaka. Mana dulu gua tukang bully, lagi."

"Oh." Goo juga melepas kacamatanya, lalu menatap lurus ke mata Gun. "Tenang aja. Yang itu, udah lama gua lupain. Sekarang lu temen gua, kok."

Gun yang terus ditatap oleh Goo jadi merasa bersalah. "Ya seenggaknya ada rasa marah dikit, kek?"

"Enggak, kok. Santai aja. Gua ini Kim Jungoo, mental beton. Meski lu pukulin sampe koma sekalipun, gua gak akan marah. Yang penting gua gak mati. Masa lalu gak akan ngerubah pertemanan kita sekarang." Goo tersenyum cerah.

Jiwa Gun tergoncang. Kata-kata dari Goo ... menyerang mentalnya.

"Lagian, kalau sekarang kita gak temenan, lu mau duduk disini sama siapa? Gak ada, kan?" lanjut Goo sembari memakai kacamatanya dan memejamkan mata.

Gun terdiam. Goo benar. Semenjak masuk SMA, teman-teman Gun tidak ada yang berteman secara tulus dengannya. Hanya ada Goo. Yang lainnya mau berteman dengan Gun hanya karena Gun terlihat kuat, keren, atau karena kepintaran Gun dalam matematika. Sementara Goo, berteman dengan Gun tanpa alasan. Goo hanya ingin berteman.

Gun merasa teduh dan tenang. Dia sudah memastikan bahwa dia tidak akan kehilangan sahabat terbaiknya.

Gun tersenyum ke arah langit. Rooftop memang tempat terbaik untuk bersantai. Terbesit di otak Gun, bahwa dia harus menjadi sahabat yang baik bagi Goo, terlepas dari apa yang menjadi masa lalunya.

"Goo, ntar gua traktir makan, ya?"

"Oke. Pizza, ya."

"Goo, ntar habis makan, temenin ke UKS, ya?"

"Oke. Ambilin gua antangin juga. Masuk angin ini kayanya."

"Goo, besok tungguin gua ekskul basket, ya?"

"Iye iye. Setiap hari juga gua tungguin, orang kunci kamar lu titipin ke gua."

"Goo, jangan tinggalin gua, ya?"

"..."

Sejak itu, Gun bergantung pada Goo tentang hal-hal kecil. Gun senang ketika Goo senang, begitu pula sebaliknya. Pertemanan mereka cukup dikenal di sekolah, meski tak sepopuler duo preman Gimyung-Seongeun. Bagi duo JJ, pertemanan ini sudah lebih dari cukup. Tak perlu diketahui orang banyak. Hanya ada Gun, Goo, dan kisah mereka.

Pertemanan yang unik. Pertemanan yang aneh. Pertemanan yang hebat, antara Jonggun dan Jungoo.
































































Kelas X IPS.

Vasko sedang kesal.

Pasalnya, surat pengumunan lomba bulan bahasa sudah dibagikan, tapi tidak ada lomba yang dia inginkan.

"Gak ada lomba hias tumpeng," komentar Vasko. "Padahal tahun lalu ada. Ngeselin."

"Vasko~" panggil Bumjae. "Ikut tarik tambang aja, ya? Bareng kita. Lu kan kuat banget, tuh."

Vasko tak berkutik. Tetap kesal.

"Nanti kalau menang, gua kasih action figure batman yang terbaru, deh!" bujuk Bumjae.

"Beneran?" tanya Vasko dengan wajah cerah, "daftarin gua sekarang!"

Para siswa yang lain tertawa melihat tingkah Vasko. X IPS adalah kelas yang selalu tenang, selama Vasko tenang.













































Kelas XI IPA.

"POKOKNYA GUA MAU IKUT LOMBA NYANYI!"

"MANA BISA GITU, BANGKE?!"

"YA BISA, DONG, KAN GUA KETUA OSIS!"

"YA KALO GITU GUA KETUA MPK!"

"LU IKUT FASHION SHOW AJA SANA!"

"GA SUDI!"

Kepala Sinwoo hampir copot rasanya. Semenjak pengumuman lomba dibagikan, Gimyung dan Seongeun terus-menerus memperebutkan satu lomba. Lomba menyanyi. Padahal, diantara mereka berdua tidak ada yang benar-benar bisa bernyanyi.

"Gimyung, Seongeun, ikut tarik tambang aja," usul Sinwoo kemudian. "Yang ikut lomba nyanyi, biar DG aja. Dia udah terkenal, gak mungkin kalah."

Gimyung dan Seongeun lemas. Kata-kata Sinwoo ada benarnya.

"Yaudah, kalo gitu ntar gua mau tarik tambang aja. Satu lawan satu sama Gimyung," tantang Seongeun.

"Oke, siapa takut?" sombong Gimyung.

"Kalo lu kalah, bapak lu buat gue," ucap Seongeun.

"Oke. Tapi kalo elu yang kalah, lu ambil aja bapak gue. Gue gak butuh soalnya. Setuju?" tawar Gimyung sambil mengulurkan tangannya.

"Setuju!" jawab Seongeun sambil menjabat tangan Gimyung.

Sinwoo menghela nafas. Sinwoo sangat lelah dengan pembodohan ini.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang