Bukan Saya

3.5K 806 358
                                    

Juri sudah bersiap menyaksikan drama gabungan kelas 10. Hari ini akan menjadi hari terakhir dari drama yang dilombakan.

"Pak, suka nggak drama yang kemarin?" Tanya Seongeun tiba-tiba menunjukkan wajahnya di depan salah seorang juri.

"Drama kelas 11 IPA kemarin nggak kami nilai," judes juri, "itu bukan drama. Itu bencana. Kemarin saya gak berhenti mimisan. Sekarang, kamu pergi sana. Jangan ngejumpscare di hadapan saya."

Han Sinwoo yang berdiri di samping Seongeun memasang senyum kecut. Ya, setelah dia melihat hasil rekaman drama kemarin, dia benar-benar syok berat sampai muntah-muntah. Hantu apa yang merasukinya, Sinwoo juga tidak tahu.

"Yah kok gitu, pak?! Saya udah capek hafalan loh, udah sewa kos-"

Ocehan Seongeun dipotong oleh tarikan tangan Gimyung. Lebih baik mereka mencari kursi untuk menonton drama kelas Hyungseok. Sinwoo, Gimyung dan Seongeun duduk di kursi tengah. Harusnya drama ini lebih manusiawi dari drama mereka kemarin.

Semoga tidak sekacau hari kemarin.

Drama dimulai.

Kali ini, Zin dan Mijin mengawali terlebih dahulu. Mereka berdua memasuki panggung sebagai pangeran dan puteri.

Mereka duduk dan berbincang seraya bercanda.

Dan datanglah Vasko.

"Teng treng teng!" teriak Hyungseok.

"WAHAI PASANGAN BUCIN! AKU ADALAH MONSTER MICIN, PEMBASMI KAUM BUCIN! AKU AKAN MEREBUT PASANGANMU!"

Zin sang pangeran mengacungkan pedang plastiknya. "Tidak bisa! Kau tidak harus menjadi perusak hubungan orang hanya karena iri!"

"Iri? Bilang bos!" ucap Hyungseok dari samping panggung. Sepertinya perannya kali ini adalah sebagai efek suara.

Zin dan Vasko memulai pertarungan palsu mereka.

Tentu saja dengan bantuan teriakan Hyungseok.

"Bug!"
"Bag!"
"Plak!"
"Wuush!"
"Plak!"
"Cepak!"
"Pak cepak cepak jeger!"

Zin tanpa sengaja menampar Vasko.
"VASKO, GUA GA SENGAJA, ITU-"

"OH GITU MAINNYA? OKE!"
Vasko melayangkan teknik praktak nomer 5 ke Zin.

"Jeng-jeng! Meningsoy!" Sorak Hyungseok.

Zin sudah terkapar lemah lesu letoy. Vasko mengajak Mijin pergi dengan paksa.

Jay datang dari sisi kanan panggung dengan menaiki kuda gaib, dibantu efek suara.

"Mengendarai kuda supaya baik jalannya, Hei! Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk~" Ucap Hyungseok.

Jay melihat Zin sekilas.

"?"

Jay meletakkan sebotol air di sebelah Zin dan pergi.

Zin menatap botol plastik itu. "Ini ... apakah ini air suci dari air mata janda kembang tujuh rupa? Siapa yang memberinya?"

Sayangnya di botol itu masih ada logo Aqua.

Zin meminumnya dan berdiri tegap seolah mendapat tenaga.
"Baik, aku akan menyelamatkan Puteri! Tapi bagaimana? Dia sangat kuat! Apakah dia punya kelemahan?"

Janghyun datang dengan kostum malaikat.
"WAHAI PEMUDA, SESUNGGUHNYA CINTA ADALAH KEKUATAN SEKALIGUS KELEMAHAN DARI SETIAP MANUSIA, MAKA KETAHUILAH, KELEMAHAN VASKO ITU YA BUMJAE!"

Zin tersenyum. "Baik, akan kubawa Bumjae dan menukarnya dengan Mijin!"

"Bug!" Teriak Hyungseok.

Kenapa Seok berkata begitu? Karena Janghyun jatuh dari high heelsnya.

"HARUSNYA GAK USAH PAKE EFEK SUARA, HYUNGSEROQ!" Bentak Janghyun.

Gimyung tertawa. Benar-benar malaikat jatuh, ya.

Adegan berganti ke Zin yang menarik tangan Bumjae yang sedang berkebun.

"Ayo ikut! Itu si Vasko bikin rusuh!" Jelas Zin.

Bumjae menurut dan mengekor Zin ke tempat Vasko membawa Mijin.

"Vasko, barter yuk!" Pangeran Zin memberi penawaran.

Vasko memasang wajah antusias. "Wah, ada Bumjae! Yaudah nih ambil aja Mijin, aku ga butuh! Bumjae ayo beli nasi goreng!"

Dan drama itu berakhir dengan Zin dan Mijin yang berbahagia.

"Bagus juga, ya, Gimyung!" Kata Han Sinwoo pada Gimyung. "Setidaknya ceritanya jelas dan tertata, gak kaya' kita kemarin."

"Iya, lumayan sih. Gua suka kostum malaikatnya, apalagi yang pake," jujur Gimyung. "Gimana, Seongeun?"

Tidak ada jawaban.

Sinwoo dan Gimyung saling menatap. Seongeun diam sedari tadi.

"Seongeun?"

Gimyung mencoba memahami sesuatu.

"Iya ya," Seongeun angkat bicara. "Cinta itu kekuatan sekaligus kelemahan dari setiap manusia. Yang kadang membuatmu buta atau justru menunjukkan jalan terang. Cinta seindah bara api dan sesakit embun pagi. Tak bisa ditebak, tak bisa ditawar, tak bisa dirasa."

Sinwoo membelalakkan mata.

"GOBLOKKK!!!??" Gimyung berdiri lalu berteriak sekencang mungkin. "LU SIAPA ANJENG?! KELUAR LU DARI BADAN SEONGEUN!"

"HUARRRGH!!!!!!" Raung Seongeun tiba-tiba. "AINGGGG MACANNNNN!!!!"

Gimyung tak menyangka nenek-nenek yang waktu itu muncul di cemin sekarang masuk ke raga Seongeun. Mengapa Gimyung bisa tahu? Karena pose duduk Seongeun saat itu seperti nenek-nenek di kursi goyang.

Semua siswa di aula berhamburan keluar.

"INI KOK JADI KERASUKAN SIH? RANDOM BANGET KAK SEO!" Teriak Bumjae sambil berlari ke arah Seongeun.

"RAUAHUWKQOLANSJANAN!!!! OWJSBJAGSGBDOALNAHS!!!!! IWJVSJAKSJSNBABAGFARAFAGAH!!!"

Seongeun masih meraung-raung. Badannya dipegangi oleh empat orang. Sinwoo dan Gimyung memegang tangan Seo, sementara Vasko dan Zin memegangi kaki Seo.

"Aduh kalo orang lagi kalap gini biasanya dibacain mantra apa? Gua gak tau, gua kan atheis!" Bingung Zin.

Jay mangap-mangap. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu.

"DUH INI TRANSLATORNYA MANA SIH BANGKE?" Zin kembali emosi. "HYUNGSEOK, SINI LU!"

Hyungseok menghampiri lokasi kerasukan. "Iya, Jay? Kamu tau mantra pengusir hantunya?"

Jay menggunakan bahasa kalbunya pada Hyungseok.

"Oke, aku bacain mantranya!"

Hyungseok mengambil ancang-ancang.
"SALAM SALAM DAUN SALAM DAUN SINGKONG KALO DILALAP ENAK CUY!"

"HUEARRRRRGHHHHHHHH!!!!!!" Teriak Seongeun seperti melepaskan beban kebelet selama seribu menit.

Seo Seongeun pingsan.

"Gua janji, gak akan ngadain drama-dramaan lagi," ucap Sinwoo dalam hatinya.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang