Ah, sialan.
Beginilah rasanya, setiap hari hidup sebagai dukun. Harus sekolah, harus melindungi sekolah dari jampi-jampi, dan harus menerima panggilan bekerja sebagai pawang hujan sesekali.
Ochun masih SMP saat dia dihujat."Chun, kok lo dengerin musik bahasa Inggris? Bukannya dukun itu harusnya ngapalin lingsir wengi?"
Bacot gaming sia. Dia juga ga minta kok jadi dukun. Ini bakat alami, ril not fek.
Memang ... apa salahnya? Meski Ochun dukun, dia masih normal. Tidak makan kembang tujuh rupa, tidak mandi darah, dan tidak nyantet orang sembarangan. Memangnya, dipikir, nyantet itu gampang? Iya kalo setannya baik. Kadangkala, setannya minta tumbal ayam belang tujuh warna. Mampus-mampus ga tuh.
Semua ini memuncak, ketika Wang Ochun lagi nonton Windah Basudara dan disindir sama teman sekelasnya.
"Walah, nonton YouTuber gaming ya? Kukira nonton channel setan."Ya plis lah bogeng. Setan itu memang bisa live streaming, juga makan, minum. Tapi 'kan beda dimensinya sama kita, masa' Ochun nonton streaming setan, gimana ceritanya?
Huft.
Kini Ochun kecil sudah beranjak SMA. Jujur sebenarnya dia ingin bolos di hari pertama sekolah. Ochun lelah sekali karena seminggu penuh harus menjadi pawang hujan di suatu acara pernikahan anak pejabat.
Sekarang Ochun ada di lapangan sekolah. MPLS alias MOS sedang dilaksanakan lima hari kedepan.
Dan kini, dia merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarnya. Hawa tidak jelas yang terasa sangat dekat dan juga sangat pekat.Ochun, sang murid teladan di SMP, untuk pertama kalinya merasa takut dengan suatu hawa aneh.
Semakin dekat.
"Gimyung, ayo jadi teknisi!"
"Teknisi apaan?"
"Gua mau bikin motor terbang."
"Ya lo belajar aja dulu benerin AC."
"RA NGONO, ASU!"
Dia ... menyeramkan. Sangat menyeramkan.
Wang Ochun merinding. Siswa tinggi nan kekar yang ada di sana itu hawanya buruk sekali. Seperti tidak punya masa depan, suram dan tidak berwarna.
Sialnya lagi, delapan makhluk halus menempel mengekor padanya. Bagaimana bisa? Dosa apa yang dia lakukan selama hidup?Ochun tidak ingin ikut campur, tapi hatinya tergerak untuk membantu anak itu. Toh nantinya mereka juga akan berteman, mungkin.
"Seo, kita ngga salah jurusan? Kenapa kita masuk IPA?"
"Hm? Nggak tahu. Keliatannya keren aja."
Wang Ochun mendekat sedikit demi sedikit. Perlahan dan pasti. Ah, makhluk halus yang ada di belakang siswa itu sudah menyadari keberadaan Ochun. Tiga dari mereka pergi, mungkin karena takut.
"Kamu ..."
Anak yang dipanggil dengan sebutan Seo itu menoleh ketika Ochun menyapanya.
"Ya? Kenapa?"Ochun bergeming. "Kamu siapa?"
"Lah anying," sela Gimyung. "Kan elo yang dateng ke sini, kenapa malah lo yang tanya?"
Tch. Ochun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak sedang berbicara dengan Seongeun ataupun Gimyung. Dia sedang berbicara pada makhluk besar yang ada di belakang Seongeun. Hawa itulah yang sedari tadi dia rasakan, namun tidak bisa dia ungkapkan.
" ... prik," ujar Gimyung.
Ochun bertekad bulat. Dia harus tahu makhluk apa itu dan dari mana asalnya. Makhluk itu sangat kuat hingga bisa mempengaruhi siapapun yang dia ikuti.
"Seo, pergi dulu yuk!" Gimyung menarik tangan Seongeun. "Kita ke barisan IPA!"
Ochun sudah memberi tanda.
Seo, X IPA.Tep.
Lamunan Ochun buyar.
"Chun? Daftar di sini juga?"
Rupanya Wonseok, teman satu SMP-nya.
"Iya. Jurusan IPS," jawabnya singkat, masih terpaku dengan sosok tadi.
Wonseok tersenyum. "Yaudah, yok, baris!"
Pertarungan akan dimulai di awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA PTJ (SlowUp)
Fanfiction"Aku suka makan bakpia ... karena BApak aKu maPIA hehehe!" - Seo Seongeun Karakter milik Park Taejoon. Judul Manhwa : Lookism -> Warning : Mengandung kata kasar, kata tidak baku, kekerasan, bromance, romance, bau duit Jay dan kebodohan Seo Seongeun...