Suasana kelas hari ini terasa sepi. Pagi hingga sore mereka lalui dengan hening dan tidak bersemangat seperti biasanya.
Bagaimana tidak? Sumber canda tawa mereka tidak hadir hari ini. Bahkan guru yang biasanya memaki-maki siswa pembuat onar, merasa malas untuk mengajar.
Tidak ada yang tidak mengenal Seongeun.
Kim Gimyung berjalan dengan terpincang, karena kakinya tertusuk paku payung malam tadi. Ia sama sekali tidak tidur. Hanya merenung dan diam, di samping Han Sinwoo dan Wang Ochun yang terus menerus menanyakan keadaan Seongeun pada Jihoon di rumah sakit.
Pandangan mereka mengarah ke papan tulis, namun tidak dengan pikiran mereka.
Hanya Gimyung yang tahu, masalah sebesar apa yang dihadapi Seongeun.
Sinwoo terus mengecek ponsel, mengharap ada kabar bagus dari Lee Jihoon ataupun Wonseok.
Keadaan di kamar asrama tadi pagi juga sangat sepi dan tegang. Kejadian tidak terduga membuat siswa-siswa yang dekat dengan Seongeun merasa turut kehilangan tawa mereka.
Penghuni kamar 82, 83, 84, dan 85 malam itu berkumpul di kamar Sinwoo atas permintaan Gimyung.
"Nanti, kalau Seongeun udah sembuh, tolong jangan bahas masalah kemarin. Nggak usah tanya sama dia apa yang dia alamin. Gua minta tolong," pinta Gimyung yang tengah duduk di lantai. Gimyung tertawa.
"Seongeun pasti balik ... kan?" Tanya Gimyung dengan nada menggantung. "Nanti kalau dia balik, kita traktir nasi goreng! Yang banyak! Kita adain pesta kecil di rooftop asrama. Pasti Seo seneng!"
Tidak ada yang berani menjawab. Mereka bingung harus menjawab apa.
Ting!
Han Sinwoo menerima pesan.
Ia menangis sejadi-jadinya.
Gimyung yang tidak mengerti apa-apa, tiba-tiba ikut menangis. Sesak di hatinya sudah membuncah sedari kemarin.
Jungoo merangkul Gimyung, berusaha menenangkan.
Han Sinwoo berusaha membuka mulutnya. "Seongeun ..."
"Seongeun ... berhasil."
Gimyung menghentikan tangisnya.
"Berhasil, maksudnya?"Sinwoo mengangguk mantap dan yakin. "Dia berhasil menghindari kematian! Seongeun balik! Seongeun kita udah balik!"
Seluruh orang di ruangan itu tiba-tiba berkaca-kaca. Kakak kelas, teman, sahabat, saudara mereka berhasil.
"Kata Dok-ter," lanjut Sinwoo tetap menangis, "dia bisa muntahin semua racunnya bareng da-rah. Seongeun kita sela-mat!"
Tangis Gimyung berubah menjadi tangis bahagia. Begitu juga dengan yang lain. Seberapa mengesalkannya Seongeun, dan entah seberapa mengganggunya dia, jika Seo tidak ada maka dunia mereka tidak akan terasa berwarna.
Gimyung langsung membuka ponsel, menelepon pak Yoojin.
Tut
Tut
Telepon tersambung.
"Halo?"
"Pak Yoojin, saya Kim Gimyung, izinin saya jenguk Seongeun di RS!"
"Kamu siapa, ya?"
"Saya teman–bukan! Saya saudaranya siswa yang kemarin keracunan, pak! Yang kemarin gendong dia!"Yoojin diam.
"Kamu segera kesini ya. Saudara kamu selamat. Kamu harus bersyukur dia tidak sampai koma. Dia butuh kamu sekarang. Naik taksi online, nanti saya yang bayar."
"Harus ambil surat izin keluar dulu, pak?"
"Nggak usah. Biar saya telepon satpamnya. Kamu berangkat. Kamu sendiri, bawa beberapa baju. Mungkin kamu bakal nginep di sini."
"Baik, pak!"
Telepon terputus.
"Tiga orang ikut gua," perintah Gimyung. "Siapa yang mau?"
Semua orang mengangkat tangan. Gimyung harus memilih.
"Han Sinwoo, Kim Jungoo, Ochun, ayo! Berangkat sekarang! Bawa hape aja!" Ujar Gimyung tergesa-gesa. Jungoo kembali ke kamarnya untuk mengambil jaket, sementara Sinwoo membuka aplikasi taksi online untuk mereka.
Gimyung membawa tasnya yang berisi beberapa pakaian. Sinwoo menuntunnya. "Kalian semua, makasih ya. Doain yang terbaik buat Seongeun. Gua berangkat dulu!"
Mereka berempat berangkat setelah menutup pintu kamar. Sisanya masuk ke kamar masing-masing, menanti teman mereka kembali.
Sesampai di gerbang depan, Sinwoo menunjuk ke salah satu mobil hitam. "Itu! Mobil yang itu!"
Mereka berempat berangkat.
Sesampainya di rumah sakit, Yoojin sudah menunggu mereka di depan pintu masuk. Yoojin memberikan uang pada supir dan menunjukkan kamar Seongeun pada teman-temannya. Gimyung berusaha berjalan cepat meski tertatih.
Gimyung dan Sinwoo diperbolehkan masuk. Yang lain menunggu di luar.
Badan Seongeun yang kekar, banyak dipasang selang. Wajahnya yang selalu senang, kini pucat tertutup selang oksigen.
Seongeun menatap kedua temannya dengan ringkih.
"Seo, gua seneng banget lu udah sadar," ucap Gimyung lirih, memegang tangan Seo yang begitu dingin.
Seo tidak menjawab, sepertinya masih belum punya cukup tenaga.
Gimyung memahaminya. "Gua bakal nemenin lu di sini. Lu nggak bakal sendirian, oke? Nanti gua bisa tidur di so–"
"Ga-"
Seongeun membuka mulutnya, berusaha berbicara.
"Gu-a gak ma-u,"
Gimyung senang karena Seo mau bicara, namun masih belum memahami perkataannya.
"Gak ma-u mi-num bay-gon la-gi,"
Sinwoo lagi-lagi menangis.
"Pa-hit, Gim. Ba-u."
Seongeun berusaha tersenyum, sangat tipis.Sinwoo sesegukan kali ini, begitu pula Gimyung. Di ambang nyawa, Seo masih bisa saja bercanda. Entah apa jadinya jika dia benar-benar pergi, entah siapa yang akan menghibur semua orang nantinya.
"Iya. Nanti jangan minum baygon lagi, ya? Kita minum jus alpukat. Nanti Jungoo bikinin jus alpukat paling enak buat kita, bro!" Seru Gimyung bahagia.
Seongeun mengedipkan mata dan menjatuhkan air matanya. Memiliki saudara seperti Gimyung, rasanya seperti mendapat hidup baru baginya.
Seseorang membuka pintu ruangan.
Gimyung terkejut.
"Papa? Ngapain papa disini?"Gabryong mendekat ke ranjang Seongeun.
"Maafkan saya. Maafkan saya. Tolong maafkan saya. Saya jahat sekali sama kamu. Jangan ulangi lagi hal seperti ini. Maafkan saya."Kata-kata itu terus diulang oleh Kim Gabryong.
"Ga-pa, pa."
"Bu-kan sa-lah, om."
"Ma-af, om."
Gabryong keluar dari ruangan dan pergi, tidak kuat melihat keadaan Seongeun. Gimyung sendiri sudah terlalu malas melihat ayahnya sendiri.
"Lu cepet sembuh, ya? Nanti kita sekolah bareng-bareng lagi," Sinwoo mengelus rambut Seongeun.
"Ya .."
Malam itu dipenuhi tangis bagi siapapun yang melihatnya. Kisah dua bersaudara yang bahkan tidak terpisahkan maut.
mengingat : based on true story.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA PTJ (SlowUp)
Fanfiction"Aku suka makan bakpia ... karena BApak aKu maPIA hehehe!" - Seo Seongeun Karakter milik Park Taejoon. Judul Manhwa : Lookism -> Warning : Mengandung kata kasar, kata tidak baku, kekerasan, bromance, romance, bau duit Jay dan kebodohan Seo Seongeun...