Mengkerjasama

3.4K 707 339
                                    

Malam Minggu, pukul 18.58.
Asrama PTJ, kamar Hyungseok.

"LU YANG BENER AJA, MAU NGEDATE SAMA SEONGEUN!" Bentak Zin dengan kasar. "NANTI BAU AC!"

"Hus, nggak boleh gitu. Janji ya janji," jawab Hyungseok sambil memandangi dirinya sendiri di cermin. Ia lalu mengambil sepasang sepatu dan memakainya.

"Tapi Seongeun itu bahaya! Dia bisa gigit, nyakar, ngejar, bisa jadi kuyang, bisa nyiptain tornado, bisa kayang di udara! Lu gak takut, apa?" Bentak Zin. Dia memeluk guling, merasa terancam. Terlebih lagi Zin takut jikalau Seongeun bisa mendengar suaranya.

Hyungseok menatap Zin dengan tatapan khawatir. Temannya ini sudah mulai tidak waras. "Bentar. Tau dari mana?"

"Di mimpi gua. Semenjak ketemu dia gua sering banget dijumpscare lewat mimpi," curhat Zin dengan sedih.

Hyungseok menghela napas berulang kali, berusaha menenangkan pikirannya sendiri. Dia selalu memikirkan hal-hal positif, tapi untuk acara kali ini Seok merasa terbayang-bayang suatu aura yang negatif.

Jay tidak ada di kamar. Entah dia pergi kemana. Biasanya, di jam-jam istirahat sore, ia belajar atau bermain ponsel di kamar.

"Nanti sekitar jam 10 aku balik. Kamarnya jangan dikunci dulu, ya. Berangkat dulu ya Zin, Hyun," pamit Hyungseok setelah mengikat tali sepatunya.

"Ati-ati! Jangan mau kalo ditawarin permen, ya!" Janghyun memberi saran.

Hyungseok tersenyum. Si tampan itu keluar dari kamar, dan menutup pintu.

"Janghyun, lu kok gak halangin dia, sih?!" Tanya Zin, sedikit marah pada Janghyun.

"Hyungseok lagi perang. Gua sebagai teman yang baik gak akan diem, lebih baik gua ikut perang," jawab Janghyun sambil menatap ke arah ponselnya. Dia terlihat seperti sedang menelepon seseorang.

Janghyun menghidupkan loud speaker.

"Halo, Bang Gimyung?"
"Iya Hyun?"
"Rencana kita gimana? Jalan sekarang?"
"Oke. Ini Seongeun juga baru keluar kamar. Lu jangan sampe ketauan, ya!"
"Siap. Jangan lupa pake baju item."
"Biar couple-an sama kamu?"
"Biar gak keliatan penyamarannya, goblok."

Janghyun menutup teleponnya dan segera berdiri, bersiap pergi.

"Oh kalian mau ikut ngedate?" Zin manggut-manggut, "harusnya gua juga ikut sama Mijin. Ah kok gak kepikiran sampe situ, ya?"

"Ngedate matakau," Janghyun melempar Zin dengan lipbalm, "kita mau ngawasin mereka berdua. Kasihan Hyungseok."

Janghyun mendekat ke arah Zin. Ia mengambil lipbalm miliknya dan memakainya sambil bercermin.

Zin menatap Janghyun dengan heran. "Lah? Bukannya itu lipbalm-nya Bang Gimyung?"

"LU GUA TAMPOL YA BANGSAT," Janghyun mengamuk, "GA CUMA GIMYUNG YANG PUNYA LIPBALM KAYAK GINI!"

"Lagian sama, sengaja apa gimana?" Zin mengompor. Mungkin dia sudah mulai tertular kemampuan Seongeun karena terlalu sering memimpikannya.

"Diem lu!" Kesal Janghyun sembari beranjak keluar dan membanting pintu dengan keras.

Zin sendirian. Merasa bosan, Zin mengambil ponsel dan menonton kartun kesukaannya, Shiva.
"Anjay Ladusingh mirip Seongeun!"

Kini kita beralih ke Janghyun dan Gimyung. Mereka berdua membuntuti Seongeun dan Hyungseok dengan jarak agak jauh, sekitar 5-10 meter di belakang. Mereka akan mengikuti mulai dari berangkat hingga pulang.

Di tengah perjalanan, Seongeun mencoba menggandeng jemari Hyungseok. Hyungseok tidak bisa menolak, mungkin karena takut. Janghyun hampir mengeluarkan khodamnya, namun Gimyung berhasil menahannya.
"Sabar, sabar. Orang sabar disayang Gimyung," ucap Gimyung.
Anehnya, Janghyun menurut dan bersabar.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang