MengSabtu

3.1K 592 174
                                    

Hyungseok sedang kecanduan aplikasi video pendek.

Bukan, bukan untuk membuat video atau mencari jutaan pengikut. Hyungseok hanya menyukai konten-konten yang dibuat disana. Bahkan ia menemukan banyak lagu-lagu bagus dengan genre yang ia suka. Semalaman dia begadang, tidak sadar waktu, karena terus menggeser-geser layar ponsel.

Jay sebagai pemiliknya senang-senang saja, namun hal itu jadi berbahaya jika ia tidak memperhatikan kesehatannya. Ini jam lima pagi, dan Hyungseok baru saja tidur.

Kini Seok tengah tidur dengan begitu cantik–maksudnya, tampan. Jay memandanginya lekat-lekat. Bulu matanya begitu lentik. Harusnya Hyungseok tidur seperti puteri tidur saat ini, namun pemandangan itu dirusak dengan keadaan tubuhnya yang terlilit earphone kabel.

Ya. Hyungseok tidur sambil mendengarkan lagu yang baru ia temukan tengah malam tadi. Nampaknya dia akan bangun siang hari ini. Tak apa, ini hari Sabtu, jadi kegiatannya hanya libur. Atau, ekskul pada sore hari jika memang ada ekskul di hari itu.

"..."

Jay kasihan melihatnya terlilit seperti itu. Jay berusaha membantu.

"..."

Sedikit sulit. Earphone sebelah kirinya ternyata masuk di dalam kaus Hyungseok.

Tangan Jay melesak ke dalam kaus Hyungseok dan merambati badannya, mencari-cari dimana ujung earphone itu.
Ketemu. Tepat di dada Hyungseok, di bagian–

"Ngh"

Jay membatu. Tadi jarinya menyenggol apa? Kenapa Hyungseok melenguh begitu?

"Jay... Tolong ya... Gua tau gua di sini cuma ngekos, tapi tolong hargain lah, bilang dulu kalau mau nganu," pinta Zin.

Jay hampir lupa bahwa disana ada Zin. Janghyun sendiri kembali ke rumahnya tadi malam, bersama Yena dan Gimyung. Teman-teman paman Dogyu sudah pulang malam itu, sementara Yena sendiri tidak mau berpisah dari Gimyung.

Hong Jay menatap temannya dengan ekspresi 'bukan begitu maksudku'. Ia tanpa sengaja menggerakkan jemarinya sedikit di dalam sana.

"Ngh"

Jemari Jay segera keluar dari kaus Hyungseok.

Zin tidak percaya. "Ya terus? Itu tangan kenapa kok nakal? Hayo, diajarin bang Jonggun ya?"

Jay menunjukkan earphone kabel yang dipegangnya pada Zin.

"Oooh, kebulet hetset," ujar Zin maklum. "Bagus lah. Udah lah, gua mau lanjut tidur lagi, hoaaam~"

Jantung Jay berdetak kencang. Hampir saja tadi Zin berpikir yang bukan-bukan.

Kita lihat keadaan kamar Seongeun dan kawan kawan. Oh, sepertinya tidak usah. Semua masih tidur di sana.

Kini, di kamar Jonggun dan yang lain. Jihoon keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar. Mandi pagi memang menjadi sesuatu yang tak pernah ia lewatkan. Jihoon menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk,
"Lho, Jungoo, udah bangun?"

Jungoo melihat Jonggun dan Wonseok masih tidur. Panggilan Jihoon membuatnya sedikit kaget.
Goo menatap sipit ke arah Jihoon. "Lu kok rajin banget sih. Mau ada endorse lagi?"

"Haha, enggak," jawab Jihoon ramah, "mau jogging nih. Sekalian cari sarapan, mumpung masih pagi. Mau ikut gak?"

Jungoo berpikir sejenak. Tidak ada salahnya juga olahraga pagi. "Tungguin gua mandi, ya?"

"Oke. Sana mandi, lu bau!" Goda Jihoon.

"Iye iye buset," balas Jungoo, lalu beranjak dan mengambil handuknya di gantungan.



Mereka jogging pagi. Bukan di tempat spesial, hanya berputar-putar bangunan sekolah dan asrama. Karena memang mereka tidak boleh jauh dari lingkungan asrama saat libur.

Matahari mulai nampak, dua orang yang sudah begitu berkeringat ini memutuskan untuk berhenti berlari. Hanya berjalan santai.

"Jungoo, cari makan yuk!"

"Yaelah baru juga lari, ntar lemaknya balik, dong?" Protes Jungoo.

Jihoon tersenyum. "Nanti kalo elu pingsan, gua gak tanggung jawab ya!"

Dan Jungoo menurut, namun ia minta sarapan yang sangat sederhana yaitu mie kuah pedas. Mereka makan di kedai pinggir jalan yang memang biasa didatangi siswa karena letaknya begitu dekat dengan asrama.

"Pelan-pelan, gua gak akan minta kok," ledek Jihoon yang sudah menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

"Behisik," jawab Jungoo dengan mulut merah terkena kuah.

NGUUUUUUUUNGGGGG
NGUUUUUUUUNGGGGG

Jungoo tersedak kuah mi pedas. Jihoon membantunya minum air putih.

"Ada apaan di asrama? Kok panggilan mendadak begitu?" Bingung Jihoon. Suara yang mereka dengar tadi adalah suara bel yang paling keras di asrama putra. Bel itu hanya dibunyikan ketika siswa benar-benar harus berkumpul di lapangan saat itu juga. Dan suaranya memang sekencang itu, hingga bisa terdengar keluar bangunan asrama putra itu sendiri.

Jungoo sangat kesal. Kuah mi itu rasanya masuk ke hidungnya, meninggalkan rasa yang aneh.
"Kenapa sih jam segini harus ada panggilan mendadak? Mana ini perut masih panas!"

"Udah, kita ke lapangan aja dulu!" Seru Jihoon, meletakkan uang seratus ribu di meja. "Bu, kembaliannya ambil aja, ya!"

Sang penjual terpesona. Jarang ada siswa yang baik seperti itu, karena biasanya yang lebih banyak dia tahu adalah para siswa penghutang handal. Salah satunya, memiliki bekas luka di mulutnya.

Mereka berdua memasuki gerbang asrama, bersamaan dengan Gimyung dan Janghyun yang nampaknya masih setengah sadar.

"Gimyung! Nginep di rumah Janghyun, ya?" Tanya Jungoo sambil berlari.

Gimyung berusaha menjawab sambil berlari. "Hah? Iya! Ini ada apaan kok tiba-tiba bunyi?"

"Nggak tahu," sahut Jihoon, "kayaknya ada tamu!"

Empat orang siswa tampan itu sampai di lapangan belakang. Ada banyak siswa yang berkumpul di sana.

Semua siswa melihat ke satu arah. Ada seorang wanita yang begitu tinggi dan kekar, dengan celana motif tentara berdiri di hadapan mereka semua. Dia memegang selang air yang besar.

Jihoon membelalakkan mata. Dia tahu siapa wanita itu.
"Alexander Sophia?"

"Segera baris di hadapan saya!"
"10!"
"9!"
"8!"

Seluruh siswa kocar-kacir, berebut untuk baris. Tidak ada yang berani bicara.

Sophia menatap mereka semua dengan teliti.
"Siswanya kurang! Masih ada yang tidur? Terlambat?"

"Ada, kak!" Jawab Sinwoo tegas.

Sophia sangat senang dipanggil 'kak'. Dia merasa bahagia, namun tetap berekspresi datar.

Sophia menunjuk ke arah Sinwoo. "Kamu, nyalakan kran air."

Sinwoo, tentu saja menurut. Ia segera lari ke arah kran air dan menyalakannya. Sinwoo langsung kembali ke tempat.

Tanpa diduga, Sophia menyemprot semua siswa dengan air dari kran tersebut. Siswa yang baru bangun tentu saja kedinginan.
"Kalian ingat, nama saya Sophia! Panggil saya 'kak'!"
Seru Sophia di tengah-tengah keasyikannya menyemprot. "Semua, dengar?!"

"D-dengar, kak!" Balas para siswa yang menggigil.

Sophia kembali menginstruksikan pada Sinwoo untuk mematikan kran air.
"Saya dikirim oleh Bapak Hong Kyungyeong ke sini untuk melatih kalian sampai hari Senin pagi. Mohon kerjasamanya. Kalian hanya harus menuruti perintah saya tanpa penolakan. Kalian paham?"

"Paham, kak!" Jawab para siswa serempak.

Tanpa rasa bersalah, Seongeun dan Jonggun datang terlambat dengan masih mengenakan baju tidur.
"Waduh kok basah semua, apaan nih?" Tanya Seongeun asal.

Sophia menyalakan kran dan menyemprot mereka berdua selama dua menit.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang