Bukan Hal Baru, Hanya Kisah Kita

4.4K 804 309
                                    

Berjalan seperti biasa.

Siswa tegap bermata hitam itu berjalan dengan langkah teratur. Wajahnya selalu tampak masam, tidak menarik, seperti halnya gersang tanah yang tertimpa teriknya mentari; menunggu tetesan air hujan membasahinya.

Langit sudah mulai gelap, menyisakan rona putih awan hujan yang sudah bersiap menumpahkan segala keluh kesahnya menghujam bumi.

Titisan kecil air mulai menyambangi dataran. Park Jonggun mempercepat langkah dan duduk diam di halte bis yang sudah tidak terpakai.

"Kenapa harus hujan? Nyebelin."

Dia mempertanyakan itu lagi dan lagi.

Park Jonggun tidak menyukai hujan. Tubuhnya akan merasa dingin. Seragam sekolahnya akan basah, dan kacamatanya akan disinggahi embun hujan yang mengganggu.
Dan hujan, hanya akan menambah sepi hari Jonggun.

"Hei!"

Terus mengeluh, Jonggun tidak sadar bahwa ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Lagi apa?"

Jonggun tidak ingin menjawab. Dia sedang kedinginan, tidak ada keinginan untuk menjawab. Lagipula seharusnya orang itu tahu, Jonggun duduk di sini untuk berteduh sepulang sekolah.

Jonggun tidak menjawab hingga hujan mereda.

"Ya udah, ntar kita ketemu lagi, ya!"


Kembali lagi.

Esoknya, hujan kembali melepas rindu pada bumi. Lagi-lagi menyisakan para manusia yang meruntuk dan mengumpatinya, karena alasan dingin dan kebasahan.

Jonggun memeluk dirinya sendiri.

Kali ini tidak ada jaket yang melindunginya, karena dari awal dia sudah bertekad untuk melawan hujan. Sayangnya, dia takluk oleh dingin. Seragam sekolah terlalu tipis untuk menghangatkannya. Kembali terdampar di halte bus yang sepi.

Harusnya dia mempercayai ramalan cuaca buruk di ponsel yang mengatakan bahwa akan ada hujan lima hari berturut-turut. Kemarin sudah hujan, artinya ini adalah hari kedua badai hujan itu berlangsung.

"Hai!"

Jonggun melirik.

"Kita ketemu lagi!"

Yang diajak bicara berusaha untuk diam. Bicara tidak akan membantunya.

"Ini, pinjem aja jaket gua!"

Jonggun menangkap jaket yang dilempar oleh seseorang. Dia terlihat muda, seumuran dengan Jonggun.

"Gak usah sungkan, pake aja! Jangan sok nolak juga, itu bibir lu udah biru kaya' mau pingsan."

Jonggun mengenakan jaket itu.

Hangat.

"Makasih. Lu siapa?"
Jonggun akhirnya mau bicara. Jaket ini hangat, dia menyukainya. Ukurannya pas dengan tubuhnya. Baunya harum, namun lembut, seperti vanila. Jonggun menyukai baunya.

"Goo!" Ucap lawan bicaranya dengan semangat. "Gua Kim Jungoo! Salam kenal, ya!"

Jonggun mengangguk dengan tatapan datar.
"Park Jonggun."

Jungoo mengulurkan tangan, tanda perkenalan. Jonggun menerima uluran tangan itu. Lagi-lagi, dia merasakan hangat.



Mengembalikan.

Jonggun tidak berpikir bahwa dia harus mengembalikan jaket itu pada pemiliknya. Dia mengenalnya kemarin.

Kim Jungoo. Jaket dan tubuhnya berbau seperti vanila. Kacamata bening yang sangat cocok dengan wajahnya. Rambutnya dicat warna kuning, menunjukkan keceriaan. Selalu tersenyum, dan selalu bersemangat.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang