Mengjaga

2.8K 609 265
                                    

Dua minggu semenjak kejadian jatuh sakitnya Seongeun, semua berjalan baik. Minggu lalu ia sudah boleh pulang, karena hanya dirawat lima hari di rumah sakit.

Gimyung sudah membuat pengumuman sebelumnya, bahwa tidak ada yang boleh mengungkit kejadian itu didepan Seo. Dan mereka semua menurut.

Kini semua sudah sesuai pada tempatnya. Keceriaan yang kembali hadir, kerusuhan yang tidak bermakna, dan gelak tawa. Meski Gimyung masih trauma, dan berusaha menjauhkan berbagai jenis hal yang mengandung racun dari dekat Seongeun.

Jum'at malam ini, Ochun memesan nasi goreng di depan gerbang asrama. Nasi goreng yang terkenal enak, murah, dan banyak. Sebagai dukun jiwa raga, Ochun tahu bahwa tidak ada pesugihan apapun yang digunakan oleh sang penjual. Dia hanya bekerja dengan jujur.

Ochun memesan empat porsi, sekaligus mentraktir teman-teman satu kamarnya. Duduk di kursi plastik, ia menunggu pesanannya selesai dibuat.

Sebuah bayangan muncul dari balik gang sempit tepat di seberang tempatnya duduk.
"Lho? Janghyun? Dia habis dari rumah? Kok, bawa Yena?"

Janghyun memasuki asrama, membawa anaknya yang sangat cantik dan kecil.

Pesanannya selesai. Ochun segera berjalan masuk asrama.

Janghyun menggendong Yena dengan selendang panjang motif bunga yang biasa digunakan para ibu. Tanpa malu, ia berjalan seperti sedang melindungi bom yang hampir meledak. Yena adalah kesayangannya. Tas bayi juga ada di pundak kirinya, berisi mainan dan keperluan bayi.

Janghyun membawa Yena ke asrama karena tadi Yena tidak ingin berpisah dengannya. Keadaan rumah sedang sangat ramai karena banyak teman paman Dogyu, jadi Janghyun memutuskan untuk membawa Yena. Toh Yena tidak nakal.

Duda cantik itu sampai di depan pintu kamarnya.

Sialnya, Janghyun merasa perutnya sakit.
"Duh, lagi gendong Yena kok kebelet, sih?"

Gimyung muncul dari balik badan Hyun.
"Lhooo? Anakku? Sini, nak, papa gendong!"

Hyun sudah terlalu mulas untuk marah. Ia memutuskan untuk mempercayai Gimyung kali ini.
"Gendong bentar. Gua kebelet!"

Janghyun mengoper Yena ke Gimyung beserta gendongannya. Ia melempar tas keperluan bayi ke ranjangnya sendiri. Segera berlari ke kamar mandi, menyelesaikan urusannya.

Gimyung sendiri senang kedatangan Yena. Sudah agak lama dia tidak melihat si lucu ini. Yena sudah mengerti dan hafal pada wajah Gimyung, jadi dia tidak menangis saat digendong Gimyung.

Yena dibawa ke kamar Gimyung dan kawan-kawan.

"Yena? Halo, sayang!" Sapa Sinwoo begitu Yena terlihat.

"Bu bu ba ba," jawab Yena sambil menggeliat.

"Hah? Ponakan gwehj?"
Seongeun melepas earphone yang sedang dipakainya. "Haloo! Ini kak Seo, masih inget nggak?"

Yena bersembunyi di dada bidang Gimyung. "Bu-bu? Brrrr"

"Kak? Om dong," timpal Gimyung.

Ochun datang membawa nasi goreng.
"Nih, gua beliin makanan. Kalian makan gih, gua traktir. Loh, ada Jang Yena disini? Halo, cantik!"

Yena kembali bersembunyi di dada bidang Gimyung, malu-malu.

"Gua ntar aja ya. Masih gendong Yena. Makasih banget makanannya!" Ujar Gimyung senang. Ia memainkan rambut dan pipi Yena, merasa begitu gemas.

Seo membuka nasi goreng bungkusan dan memakannya, begitu juga Ochun dan Sinwoo. Nasi goreng panas memang paling enak disantap malam-malam.

Yena menatap mereka yang sedang makan, dan mulai menangis.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang