Mengminta Maaf

6.5K 1.1K 253
                                    

Pukul 4.30 sore hari.

"Gimyung, jadi gak nih ke rumah Janghyun?" tanya Seongeun pada Gimyung setelah rapat selesai.

"Iya, jadi. Tapi temenin gua ke supermarket dulu, beli barang buat anaknya Janghyun. Ya sekalian minta maaf," jawab Gimyung.

"Gua juga beliin, deh. Kasian tadi, pasti dia syok deket-deket sama lu," ucap Seongeun yang gak tau malu.

Mereka berdua pergi ke supermarket di dekat sekolah. Tentu saja, setelah mendapat izin dari petugas. Jarak supermarket itu tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 50 meter.

"Permen, biskuit, bubur, susu bayi, kue, camilan bayi, sebenernya lu mau apa dah?" protes Seongeun di dalam supermarket. "Sesuka itu lu ke bayi?"

"Iya," jawab Gimyung. "Gua gak punya adik soalnya. Belum pernah gendong bayi perempuan juga. Makanya gua mau lihat. Di internet, bayi perempuan keliatannya lucu banget."

Seongeun mengangguk, meski tak paham.

"Gua juga beliin deh," gumam Seo.

Seusai berbelanja, mereka pergi ke arah rumah Janghyun. Seperti yang diperkirakan, rumahnya terlihat sederhana namun bersih.

Mereka berdua disambut oleh Lee Dogyu yang sepertinya bersiap pergi.
"Wah, siapa ini? Hyun, lihat, ada temanmu di sini!"

"Baik, sebentar, paman!" teriak Hyun dari dalam rumah.

"Silakan, masuk!" ramah Dogyu. Seo dan Gimyung masuk rumah dan duduk. "Paman tinggal dulu, ya? Janghyun akan segera kemari. Anggap saja seperti rumah sendiri. Jangan sungkan meminta sesuatu pada Hyun. Oke?"

"Siap, paman!" jawab mereka bersamaan.

"Iya, dengan siapa?" ujar Janghyun yang muncul dari arah dapur. Dia menggunakan celemek biru. Sedang memasak, sepertinya.

Muka Janghyun langsung masam. "Bangsat, ngapain kalian?"

"Jangan ngamuk dulu," ucap Seongeun, "kita, khususnya gua, dateng buat minta maaf atas kejadian tadi. Sekaligus, Gimyung pengen lihat Yena."

Janghyun diam. Raut mukanya masih menunjukkan bahwa dia sangat kesal.

"Diterima, gak, nih?"

Janghyun mengatur nafas. Dia sudah berusaha ikhlas. "Oke. Gua maafin. Pokoknya jangan ngulangin lagi. Ntar gua bunuh beneran lu berdua. Gak peduli meski lu berdua kakak kelas gua."

"Iya deh. Janji, suer," jawab Gimyung.

"Bwa?"
"Baa-"
"Bububu brrrr"

Yena muncul dari balik kaki Janghyun sambil merangkak.

Gimyung mengedipkan matanya berulang kali.

"YA GUSTI NU AGUNG MAKHLUK APA INI, LUCU BANGET?!??"

Teriakan Gimyung disambut pukulan oleh Hyun. "Berisik. Ini anak gua, Yena. Tuh, katanya mau liat Yena?"

Yena merangkak ke kaki Gimyung. Dia berdiri sambil berpegangan pada kakinya Gimyung. Yena merentangkan kedua tangannya, seakan minta digendong.

Tentu saja Gimyung mau menggendong Yena. Kenapa tidak? Tapi, sebelum itu ...

"Ini, gua ada kue sama mainan buat Yena. Maaf gak bisa ngasih banyak," ucap Gimyung sambil memberi kantong besar pada Hyun. Gimyung menggendong Yena dengan senang.

"Dih apaan sih. Gak usah bawa-bawa beginian lagi. Kalo mau lihat Yena, lihat aja," ujar Hyun sedikit sungkan.

"Wah jadi gua boleh sering-sering lihat Yena, nih?" tanya Gimyung.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang