Mengpanik

3.3K 720 432
                                    

Senin pagi yang cerah.
Hari ini adalah hari upacara. Siswa-siswa sedang mendengarkan ceramah pembina. Bagian yang paling membosankan dari upacara bendera. Dan seperti yang kita tahu, siswa-siswa seperti Gimyung, Seongeun, Zin, dan sejenisnya tidak mungkin mau baris di depan.

Namun kali ini agak aneh. Seongeun mau baris di barisan paling depan, tepat di depan podium pembina upacara. Mengapa? Karena di sebelah kirinya ada Hyungseok. Ya, barisan kelas mereka berdampingan sebagai siswa IPA. Sebelumnya, Han Sinwoo selalu menempati posisi depan. Dengan kehadiran Seongeun, Sinwoo mengalah dan bergeser satu baris ke belakang.

"Dih modus," bisik Gimyung pada Janghyun yang juga berada tepat di sebelahnya.

"Iya tuh. Kasian Hyungseok," jawab Janghyun, menguap lebar.

Gimyung menutup mulut Janghyun dengan tangan kirinya. "Ditutup kalo nguap, kayak mau makan orang aja."

Gimyung dan Janghyun sama-sama terlihat lelah dan mengantuk. Mereka berdua merasa sangat malas mengikuti upacara. Bagaimana tidak? Semenjak malam Minggu, mereka tersesat di sebuah pasar.  Yang lebih aneh lagi, tidak ada satupun yang menyadari bahwa mereka hilang.

Rasanya seperti baru beberapa menit Gimyung dan Janghyun tersesat, namun nyatanya mereka baru kembali pada Senin pagi. Mereka pulang jam tiga pagi dan harus bangun pukul enam pagi untuk bersiap upacara.

Wang Ochun sempat memberitahu mereka, bahwa semalam tempat yang mereka datangi itu bukan pasar asli, melainkan pasar gaib. Dan benar saja, saat Gimyung bertanya tentang pasar pada Seongeun dan Hyungseok, tidak ada yang memahami perkataannya. Hyungseok berkata bahwa ia tidak pergi ke pasar manapun malam itu.

"Hyungseok, nanti ke kantin yuk," ujar Seongeun, "nanti aku traktir bakpia."

"Boleh. Yang isi ayam ya," jawab Hyungseok sambil tersenyum.

Jay yang berdiri di sisi lain Hyungseok, menatap dengan penuh iri dengki. Dia sendiri sedang dalam kondisi lemah, karena terlalu banyak merapalkan mantra semalam. Kalau dia harus merapalkan mantra lagi, dipastikan Jay akan semakin lemah. Jay masih harus mengawasi Seongeun.

Pembina upacara masih berbual. "Baik, sekian pidato dari saya. Saya harap kalian bisa mengerti dan memahami bahwa–"

Janghyun tersenyum. Ceramah sudah hampir selesai.

Guduguduggudug werwerwer mbermberr bukbukbuk

"WAH, ADA PAK KEPSEK! HAY PAK YOOJIN!" Teriak Zin sambil memandang ke bawah.

"Zin kok lihat bawah? Helikopternya di atas!" Seru Yohan.

"Soalnya kepsek kita pendek, Han!" Jujur Zin.

Janghyun kehilangan senyumnya. Dia hanya ingin upacara ini cepat selesai agar ia bisa tidur di kelas.

Yoojin yang akan turun dari helikopter berusaha untuk terlihat keren. Tapi nyatanya gagal karena kakinya tidak sampai untuk turun ke lapangan. Setelah berhasil turun dengan bantuan ajudannya, Yoojin menatap helikopternya yang bergambar Doraemon. Helikopter itu pergi.

Pandangan Yoojin berganti ke arah para siswa. Kacamata bulatnya terlihat lucu.

"Tch nandayo koitse," ucap Yoojin. "Kalian semua para siswa hanyalah alat!"

Mata Jungoo berbinar. Akhirnya dia menemukan anggota satu sekte di depannya.

"Pembina upacara, turun," perintah Yoojin, "saya mau ngomong di situ."

Guru pembina upacara mempersilakan Yoojin untuk menaiki podium upacara. Kedatangannya yang tiba-tiba membuat bingung para guru.

"Selamat pagi para siswa yang merepotkan. Kalian apa kabar? Pasti jelek," ucap Yoojin di podium.

Tidak ada yang menjawab.

Yoojin menyadari sesuatu.

"MIC-NYA TURUNIN! SAYA GAK SAMPE! DASAR TIDAK PEKA! AKU AKAN MENGAMUK DAN MENGHANCURKAN DUNIA INI! TATAKAE!!!! WATASHI GHOUL!!!!" Teriak Yoojin.

Para guru dibuat semakin stres. Tapi tidak apa-apa, bayaran di SMA PTJ bisa dibilang besar. Setidaknya sebanding dengan harga mental mereka.

Mic diturunkan sedikit. Yoojin membetulkan dasinya.

"Ya. Saya kepsek kalian, yang membangun gedung ini untuk kalian. Kalian adalah alat bagi saya. Jangan macam-macam dengan saya, karena saya punya catatan kematian. Siapapun yang tidak saya sukai, bisa saya tulis di catatan kalian, dan langsung mati. Saya kesini untuk mampir melihat para alat di sekolah ini," jelas Yoojin.

"Wajah kalian semua seperti spesies bodoh. Tapi tak apa, daripada gak punya wajah. Yaudah deh gitu aja saya mau makan bakso," lanjut Yoojin yang langsung turun dan berlari ke arah gedung sekolah, sepertinya ke arah kantin.

"Kepsek kita prik banget. Pendek, ngeselin," jujur Jonggun pada Jungoo.

"Diam! Dia wibu! Jangan diganggu!" Seru Jungoo yang sedang sangat senang. Mulai sekarang, cita-cita Goo adalah nonton anime bareng kepseknya.

"Goblok," lelah Jonggun.

"Siswa-siswi semua, diharap untuk tenang. Hari ini kita kedatangan kepala sekolah, jadi saya harap kalian bisa berlaku seperti semestinya. Tolong jaga perilaku dan ucapan ya. Kami mau ada temu sebentar dengan kepsek, jangan ramai di kelas ya," jelas salah satu guru.

Setelah upacara, para murid membubarkan diri dengan teratur, bersiap menuju kelas. Janghyun sudah lari duluan, mengantuk.

Janghyun segera mengambil tiga bangku kosong dan menggabungnya menjadi satu baris. Hyun tidur di atas bangku itu, dengan tas sekolah sebagai bantal.

Tak butuh waktu lama baginya untuk terlelap.

Siswa yang lain mulai berdatangan dan duduk di bangku masing-masing.

"Lah?" Hyungseok menatap Janghyun. "Kursiku? Kok dipake tidur? Terus aku duduk dimana?"

Janghyun terlalu mengantuk hingga tidak menyadari bahwa kursi yang ditariknya adalah milik Seok.

Jay memegang tangan Hyungseok. Jay menepuk-nepuk pahanya, mengisyaratkan bantuan.

Hyungseok menangguk paham. "Oh, kamu mau pangku aku? Emang nggak berat?"

Jay menggeleng cepat.

"Yaa, oke deh. Kasian juga kalo harus bangunin Janghyun," setuju Seok yang mulai duduk di paha Jay.

"NO, TIDAK, NEHI, JANGAN, DON'T, NDAK BOLEH, YAMETEEEHHH!" Teriak Yohan, membuat Hyungseok tidak jadi duduk. Jay merengut.

Yohan menunjuk-nunjuk ke arah Hyungseok. "Hyungseok jangan berbuat yang iya-iya di dalam kelas! Hyungseok duduk meja aja!" 

"Nggak sopan dong. Nanti gimana kalo kepsek lewat? Mending duduk diatasnya Jay," jawab Seok yang polos.

"Ya ampun ini anak tolol banget," keluh Zin, "kalo kepsek kita ngelihat elu dipangku, yang ada dia malah makin gila, Hyungseok!"

Hyungseok mengerutkan dahi. "Emangnya nggak boleh kalo dipangku?"

"Ya ... gak boleh lah!" Amuk Zin.

"Kok kak Jungoo boleh?" Tanya Hyungseok.

"Hah? Si wibu?" Bingung Yohan, "kak Jungoo dipangku sama siapa?"

"Waktu itu sama kak Jonggun sih," ucap Hyungseok.

Zin dan Yohan kehabisan kata-kata.

"Di sekolah ini ... gak ada yang bener," ujar Yohan.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang