Menganeh

4.1K 869 90
                                    

"Kim Mijin, kamu ditangkap!"

Yang dipanggil merasa kaget. Ditangkap? Sebab apa?

Zin memegang tangan Mijin, seolah memborgolnya.
"Kamu ditangkap karena terlalu cantik. Ayo ke pelaminan."

Mijin hampir salto. Kalau digombali terus begini, bisa-bisa dia meleleh. "Zin, lepasin. Gak malu, apa?"

"Kenapa harus malu kalo nangkap bidadari?" Goda Zin sekali lagi. Mijin mleyot.

"ZINNNNN?!?????"









Jam pelajaran selesai. Ini waktu bagi para siswa untuk pergi ke gedung asrama untuk makan, membersihkan diri, mengerjakan tugas atau tidur.

Di SMA kita yang tercinta ini, asrama dibagi seperti biasa. Gedung siswa berhadapan dengan gedung siswi, dipisahkan gerbang di masing-masing gedung. Ada kamar berisi dua orang, empat orang ataupun enam orang. Tidak ada kamar yang berpenghuni ganjil.

"Eh, Sinwoo, kenapa sih di sini kok gak ada kamar yang isinya ganjil? Tiga orang atau lima orang, gitu?" Kim Gimyung yang baru keluar dari kamar mandi langsung bertanya dengan penuh antusias.

"Dih apaan," Seongeun menyela, "ada kok anak kelas 10 yang tidurnya bertiga. Ya meski kasurnya empat, sih."

"Wah, berani banget. Emang ga aneh apa?" Tanya Jonggun yang kebetulan sedang main ke kamar Gimyung. Jonggun duduk di kursi yang disediakan di kamar Sinwoo, bersama Jungoo tentunya.

Han Sinwoo yang sedang berbaring seketika duduk di matrasnya. Wajahnya menunjukkan bahwa ia berusaha mengingat sesuatu.

"Aduh jangan cerita yang aneh-aneh deh, udah malem ini. Lihat, udah jam 10, jam tidur. Kalian juga ga balik ke kamar, apa? Ntar kepergok penjaga mampus kalian," jelas Jihoon pada Jonggun dan Jungoo. Ya, peraturan asrama mengharuskan mematikan lampu kamar dan menguncinya pada pukul sepuluh malam agar keamanan asrama terjaga.

"Dih bentar doang, sewot amat," jawab Gun, "ntar lagi kita balik ke kamar, kok."

Lee Jihoon sebenarnya sudah mengantuk, namun dia sangat penasaran akan jawaban Sinwoo. Dia ikut duduk.

"Ah iya gua inget," Han Sinwoo mulai bercerita.

Gimyung menaiki tangga matrasnya yang berada di atas matras Sinwoo. Seongeun turut mendengar di matrasnya, di atas matras Lee Jihoon.

"Jadi, katanya dulu disini tanah bekas kebakaran," lanjut Sinwoo, "korbannya udah bukan melepuh lagi, tapi udah jadi daging bakar. Banyak korban cewe sama anak kecil yang teriak-teriak minta tolong waktu itu."

Bulu kuduk Lee Jihoon berdiri. Sepertinya dia tidak akan tidur malam ini, mengingat kamar mereka ada di pojok lorong. Semakin menambah kesan horor dari cerita Sinwoo.

"Yang gua denger sih, jangan sampe ada matras kosong di kamar. Nanti malah ditidurin sama mereka," lanjut Sinwoo.

"Pokoknya ati-ati aja kalau ada bau gosong, apa lagi matras kamar kalian ada yang kosong. Katanya lagi, kalau kalian takut, dia malah tambah seneng," ucap Sinwoo.

"Gua- gua gak takut. Kamar sini penuh, kan?" Tanya Seongeun sambil menutup badannya dengan selimut.

"Itu beneran? Kok serem banget?" Tanya Jonggun sambil memakan roma kelapa.

"Ya kan ceritanya doang. Gua ga tau itu beneran apa nggak," jawab Sinwoo. "Oh iya, kalo lagi denger cerita ini, katanya ... kaki kalian gak boleh napak di lantai."

Jonggun menatap telapak kakinya yang menempel dengan lantai, begitu juga Lee Jihoon.

"E-emang kenapa?" Gugup Jihoon.

SMA PTJ (SlowUp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang