Ada kisah dibalik kebencian Lee Jihoon pada Ma Taesoo.
Ini terjadi waktu Taesoo masih ada di SMA PTJ. Jihoon yang merupakan siswa baru, dan Taesoo yang belum dikenalnya.
Waktu itu Lee Jihoon baru saja diterima di SMA impiannya. Dia berbangga karena kepintarannya, senang akan hasil belajarnya selama ini membawanya selangkah lebih maju.
Dan kesombongan serta tingkah jahilnya tiba. Jihoon yang sedang membeli beberapa barang di Aprilmaret untuk merayakan diterimanya dia di SMA PTJ, bertemu sosok Taesoo yang mengenakan jaket kulit hitam namun menggunakan celana abu-abu khas SMA.
"Pfft. Masih SMA mukanya kaya kakek-kakek," cibirnya pada Taesoo.
Taesoo yang mendengar suara tengil menyebalkan itu tidak menggubrisnya. Di matanya, Jihoon hanyalah bocil kematian yang bisa melontarkan kata-kata apapun yang disukainya.
Namun, celakanya, pada hari pertama MPLS, Jihoon dihadapkan dengan kenyataan pahit.
Ma Taesoo anggota OSIS. Ya, dia siswa kelas 3, kakak kelas Jihoon. Sepanjang MPLS, Jihoon selalu menundukkan kepalanya dan menghindari kontak mata dengan Taesoo.
"Lah, bocil?"
Suara Taesoo membuat Jihoon tertegun. Dia takut diinterogasi dan dikerjai oleh kakak kelasnya itu. Jihoon terus berjalan tanpa mempedulikan panggilan Ma Taesoo.
"Cil, woi! Mau kemana?" Taesoo mengejar Jihoon dan menggapai sebelah tangannya.
Jihoon yang terkejut, melayangkan tinju dengan sisi tangannya yang lain dan membuat ambruk Ma Taesoo.
"Wah parah!" Seorang anak lain bermata hitam memperkeruh suasana. "Lu ninju kakak OSIS, ya! Hayoloh ntar di kik lho dari SMA!!"
Jihoon bingung. Alih-alih membantu Taesoo berdiri, dia justru lari ke arah gedung sekolah dan mencari letak kamar mandi untuk bersembunyi.
"Aduh, padahal gua gapapa lho. Tuh bocil kemana?" tanya Taesoo dengan nada bijaksana.
"Lari, bang!" jawab siswa bermata hitam tadi. "Dia takut kena kasus!"
"Yah padahal gua ngga marah loh. Guys, gua nyari bocil dulu, ya!" teriak Taesoo pada teman-teman seniornya yang lain.
Tiga puluh menit Ma Taesoo mencari Jihoon kemana-mana. Dia berpikir, kira-kira tempat apa yang didatangi seorang siswa baru untuk bersembunyi? Taman? Lab?
Ah, pasti taman atau kamar mandi.
Taesoo memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Terlihat satu kamar mandi yang pintunya tertutup. Sungguh ciri khas siswa baru SMA.
"Cil? Lu disini, cil?"
Tidak ada jawaban.
"Cil?"
Taesoo memandang pintu itu seksama. Tidak dikunci, bahkan sedikit terbuka.
Dengan ragu, Taesoo membuka pintu kamar mandi.
Jihoon terduduk lemas di lantai kamar mandi. Matanya terpejam, bibirnya biru kedinginan. Telapak tangannya menggenggam tiga strip bodrex extra yang terlihat kosong, baru diminum.
"ANJIR, CIL?"
Ini adalah kasus paling rumit yang pernah ditemui Ma Taesoo selama bersekolah di SMA PTJ. Merasa bersalah pada kakak kelas, seorang siswa MPLS menenggak 12 kaplet bodrex extra.
Ma Taesoo menggendongnya ke UKS.
Siswa PMR bergegas memompa perut Jihoon, berusaha mengeluarkan 12 buah bodrex di perutnya. Untungnya usaha mereka berhasil, 11 buah bodrex keluar dari mulut Jihoon. Tak sampai 15 menit, Jihoon sudah membuka mata lebar-lebar.
"Ya ampun cil," ucap Ma Taesoo pada Jihoon yang baru sadar. "Lu kenape, elah? Nih, minum teh dulu!"
Jihoon yang masih lemas, meminum teh yang diberikan Taesoo tanpa memikirkan hal lain. Sejujurnya dia tak apa, hanya mengantuk saja.
"Lu ringan juga ya cil," jujur Taesoo memandangi Jihoon.
Jihoon menghentikan minumnya. "Kakak?"
"Iye, gua yang gendong," timpal Taesoo singkat.
Kalau boleh jujur, badan Ma Taesoo memang sungguh besar untuk ukuran siswa kelas 3 SMA. Jihoon mungkin hanya setinggi dadanya saja.
Kepalang malu, Jihoon memilih untuk menyeruput tehnya lagi.
"Ngapain dah minum bodrex segala. Tolol amat," kata Taesoo, berusaha memancing Jihoon bicara.
Jihoon menatap gelas tehnya, mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Soalnya gua nampol kakak. Ntar kalo gua kurang ajar, gua ga boleh ikut MPLS, terus ga jadi diterima, terus ga diterima di SMA lain, terus gua gapunya ijazah, terus gabisa kejar paket, gabisa kuliah, gabisa cari kerja, gabisa–"
"HAHAHAHAHA BOCIL BOCIL," tawa Taesoo meledak. "Lu anak SMA? Yaelah, astagaaaaa..."
"Jihoon, kak. Bocil mulu," ucap Jihoon malu.
"Hahahaha iya iya, gua Taesoo. Pemikiran elu panjang banget Jihoon. Gua enggak sejahat itu buat ngusir elu dari MPLS, lagian tadi kan elu ninjunya ngga sengaja? Ya meski sakit banget sih," jelas Taesoo memegangi pipinya yang agak lebam.
"Maaf," timpal Jihoon singkat. Dia masih takut dan malu.
"Santai. Gimana? Udah kuat ikut MPLS lagi? Atau mau tidur lagi?" tanya Taesoo memberikan penawaran.
Jihoon berpikir sejenak. "Mau tidur kak. Jangan kik saya dari SMA kak."
"Engga. Lu tidur aja Hoon, ntar gua bangunin," timpal Taesoo. "Gua duluan ye, ditungguin yang lain di depan sana. Ntar kalo minta teh lagi, minta aja anak PMR lain. Tidur sono, jangan berlagak bundir lagi, cil!"
Jihoon malu, bersembunyi di balik selimutnya.
Dan sialnya, Taesoo lupa membangunkan Jihoon hari itu. Yang aneh lagi, tidak ada anak PMR yang tahu bahwa Jihoon ada di balik tirai ranjang ujung. Jihoon terkunci sampai pukul 10 malam di UKS SMA yang bahkan belum dikenalnya.
Dari situlah dendam Jihoon dimulai, karena jujur, dia sedikit takut pada hantu.
Mereka tidak pernah saling sapa hingga lulusnya Taesoo dan naiknya Jihoon ke kelas 2.
Insiden bodrex, tidak pernah dilupakan oleh siapapun yang mengetahuinya di SMA PTJ.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA PTJ (SlowUp)
Fanfiction"Aku suka makan bakpia ... karena BApak aKu maPIA hehehe!" - Seo Seongeun Karakter milik Park Taejoon. Judul Manhwa : Lookism -> Warning : Mengandung kata kasar, kata tidak baku, kekerasan, bromance, romance, bau duit Jay dan kebodohan Seo Seongeun...