"Jasmine, ada yang bisa saya bantu?"
Di belakang Shani Jasmine, Kevin memantau apa yang tengah dikerjakan oleh Jasmine untuk melihat kendala apa yang dihadapi gadis itu.
"Eh, Pak Kevin ... ini, loh, Pak, saya gak paham yang ini gimana, ya? Kok dari tadi failed terus?"
Mata elang Kevin mengamati pekerjaan Jasmine. Setelah menyadari di mana letak kesalahan gadis itu, Kevin meletakkan satu tangan di belakang kursi Jasmine dan satu tangan menunjuk ke layar komputer. Kevin mengarahkan Jasmine untuk memperbaiki kesalahannya sambil menjelaskan kembali apa yang telah dia jelaskan di atap sebelumnya. Bedanya, kali ini bukan sekedar teori karena Kevin langsung mempraktikkannya agar Jasmine lebih paham.
"Ini kamu salah, Jasmine. Kamu itu harusnya masukin kolom yang ini ke sini. Kalo kamu terus input-nya ke situ hasilnya ga bakalan ketemu dan juga kalo pun ada pasti margin-nya error. Kamu harus hati-hati," terang Kevin Sandoro.
Jasmine mengangguk, mengikuti instruksi Kevin untuk memindahkan angka-angka yang dimasukkan dari kolom yang salah ke sebelah kanan. Setelah mengikuti arahan Kevin, hasil yang dicari Jasmine muncul secara otomatis di dokumen kerjanya. Melihat itu, Jasmine pun sangat senang. Jam lemburnya telah selesai dan dia bisa pulang.
"Thank you, Pak Kevin...."
Jasmine menoleh ke samping dan mendapati jarak antara dirinya dan Kevin begitu dekat. Ia terkejut karena sejak tadi tatapan mata Kevin tertuju padanya. Untuk seperkian detik, keduanya saling bertatap mata. Hingga akhirnya terdengar suara seseorang tersandung yang membuat Kevin Sandoro berdiri tegak untuk membatasi jaraknya dengan Jasmine. Mereka juga menoleh ke sumber suara dan menemukan bahwa Marhen-lah yang mengganggu momen itu.
"Au shit ... Eh, Pak Manajer belum pulang. Jasmine juga!"
Marhen yang tadinya mau mengumpat segera mengubah tutur bahasanya. Ia sedikit kaget melihat Kevin dan Jasmine belum pulang jam segini.
"Ini mau pulang. Kalo kata gue, sih, mending lo juga pulang, Hen. Jangan lembur terus!" tegur manajer pemasaran itu.
"Iya, bentar lagi, tanggung. Jasmine, kamu gak pulang? Kalo belum mau pulang, saya mau pesan kopi, nih. Mana tau mau juga?" tawar Marhen.
Shania Jasmine menggeleng kepalanya. "Kerjaan saya juga baru selesai, Mas. Ini juga mau siap-siap pulang," tolak Jasmine.
"Oh, ya udah. Kalian pulang bareng, ya?"
Deg!
Wajah Kevin memanas karena dia tidak menyangka Marhen akan menebaknya. Sama halnya dengan Jasmine, dia menjadi malu karena Marhen tahu dia akan pulang bersama atasannya.
"Searah jadi sekalian gue anterin. Ya, 'kan, Jasmine?" celetuk Kevin.
Jasmine hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin mengatakan sepatah kata pun. Wanita itu tidak ingin ada yang tahu dia tinggal bersebelahan dengan Kevin—selain Bella yang sudah memergokinya.
"Hati-hati kalo gitu!" ucap Marhen lalu berlalu menuju meja kerjanya.
・❥・
Pekan ini, Kevin beserta timnya merelakan akhir pekan mereka untuk bekerja. Tim yang telah terbentuk mempersiapkan syuting VLOG yang digelar di apartemen Kevin berhubung ada satu ruangan kosong di tempatnya.
"Kak Bella!!"
Ellie yang baru saja masuk ke apartemen Kevin setelah dijemput oleh pemilik unit di lobi, berteriak kegirangan saat melihat Arabella Khiel. Sudah lama sekali Ellie tidak berjumpa dengan Bella. Dan Bella pun langsung memeluk Ellie karena merindukan wanita muda tersebut. Ikatan mereka mirip dengan saudara kandung yang sebenarnya karena Bella sudah mengenal Ellie sejak dia masih di sekolah dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU TURN ME ON
Любовные романы"Menurut saya, love is love. Saya ga peduli mau kamu perempuan atau laki-laki, yang terpenting sekarang I am in love with you. Apa saya salah?" Lika-liku kehidupan Jasmine di Jakarta tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jasmine yang mengira hanya a...