𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟓𝟐

2.1K 143 4
                                    

Dian mengatur kamar untuk Kevin dan Jasmine tidur malam ini setelah mereka menyelesaikan makan malam mereka. Setelah selesai, Dian kini menghampiri Kevin dan Jasmine yang sedang duduk di ruang tamu—usai membersihkan kamar tamu—untuk menyampaikan sesuatu kepada mereka.

"Nak, Mama udah beresin kamar. Jasmine bisa tidur di kamar tamu, Kevin nanti bisa tidur bareng Keenan atau kalau kamu butuh waktu sendiri biar Keenan tidur sama Mama aja," ucap Dian.

"Gak perlu, Ma. I can sleep with Jasmine. Kita bukan pasangan yang konservatif, kok," celetuk Kevin.

Jasmine langsung menyenggol bahu Kevin karena ucapannya barusan. Dian sendiri terdiam beberapa detik hingga akhirnya mengangguk mengerti dan menghormati keputusan putranya.

"Okay, kalian sudah sama-sama dewasa, jadi up to you. Kalo gitu mama ambilin bantal tambahan dulu, ya."

"Hm, okay," gumam Kevin.

Kemudian setelah Dian pergi, Jasmine memarahi Kevin karena berbicara sembarangan di depan ibunya. Jika Kevin melakukan hal yang sama di depan orang tuanya, dia akan langsung memenggal kepala pria itu! Orang tuanya mungkin terkena serangan jantung bila mendengar apa yang baru saja Kevin Sandoro katakan.

"Kamu jangan ngomong gitu, dong!" tegur Jasmine.

"It's okay, Mama orangnya open minded kok. Secara Mama dosen filsafat dulunya," ujar Kevin memberi sedikit informasi bahwa ibunya dulu seorang dosen filsafat, sebelum akhirnya—dari yang mereka dengar ceritanya—Dian kini bekerja sebagai ketua di salah satu NGO yang ada di Denpasar.

"Ya tapi tetap aja, Vin, aku kan malu!" dumel Jasmine.

"Haha, gausah malu-malu, Love. Kan emang kenyataannya gitu!" kekeh Kevin.

・❥・

Meski jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari waktu Indonesia bagian tengah, Kevin belum bisa terlelap karena kemarin adalah hari di luar kendalinya. Saat ini Kevin hanya bisa memperhatikan wajah teduh Jasmine yang sudah terlelap di sebelahnya. Kevin yang tidak ingin mengganggu tidur Jasmine karena kegelisahannya memilih untuk keluar dari kamar sejenak. Sekarang Kevin Sandoro telah meninggalkan kamar tidur untuk pergi ke ruang tamu. Begitu dia sampai di sana, dia mendengar langkah kaki menuruni tangga. Kevin menjadi was-was karena takut orang jahat akan masuk ke rumah ibunya.  Hingga akhirnya saat Kevin melihat wujud orang yang turun dari lantai dua, ia menghela nafas pelan, lalu memanggil orang tersebut karena kecurigaannya tidak terbukti benar.

"Mama?" panggil Kevin yang tak percaya ibunya masih bangun pukul segini.

"Oh, Kevin. Kamu belum tidur, Nak?"

Kini Kevin dan Dian telah berkumpul di satu titik yang sama, yakni ruang tamu. Kevin duduk di sofa dan diikuti oleh ibu yang bertanya-tanya mengapa anak pertamanya belum tidur padahal jika mengikuti jam biologis waktu tidurnya, seharusnya Kevin sudah tidur sekarang.

"Belum bisa tidur. Mama sendiri kenapa belum tidur?" tanya Kevin berbasa-basi.

"Ini habis nishita puja, Nak. Kamu jangan tidur malam-malam, Vin."

Kevin hanya dapat membulatkan mulutnya ketika tahu ibunya baru saja melakukan sembahyang malam dalam ajaran Hindu. Ternyata lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu, bukan hanya fakta bahwa dia bukan lagi anak tunggal ibunya yang harus diterima Kevin, dia juga tahu fakta bahwa ibunya telah bercerai, dan berpindah keyakinan. Meski demikian, Kevin tidak akan mempermasalahkan karena hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hak pribadi yang mendasar bagi setiap orang dan perceraian ibunya juga merupakan haknya untuk menentukan pilihan terbaik dalam hidupnya.

YOU TURN ME ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang