𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟒𝟐

2.6K 171 34
                                    

Pikiran kalut yang menghujani Jasmine selama beberapa hari belakangan mendadak sirna saat kaki Jasmine menginjak tanah kota kelahirannya. Kamis ini, setelah 6 bulan meninggalkan kota Jambi, Jasmine akhirnya mendarat di Bandara Sultan Thaha dan disambut oleh orang tua dan adik perempuannya. Sambil mendorong kopernya, Jasmine buru-buru menghampiri keluarganya yang telah menantinya di depan pintu kedatangan. Begitu keluar dari gerbang kedatangan, Jasmine langsung memeluk keluarganya satu per satu sambil menangis haru karena merindukan semuanya.

"Mau makan di mano, Kak?"

Setelah mobil keluarga yang dikendarai ayahnya keluar dari tempat parkir bandara, ibu Jasmine bertanya restoran apa yang ingin dikunjungi Jasmine untuk menyambut kepulangannya. Jasmine yang tidak begitu lapar karena sebelum berangkat sudah makan siang bersama Kevin di bandara, menyerahkan pilihan tempat kepada adiknya, Sophie Zinnia, atau yang lebih akrab disapa Zizi di rumah.

"Terserah Zizi," jawab Jasmine dengan pandangan terfokus pada ponselnya.

"Kok terserah aku?" protes Zinnia.

"Nah? Agek kalo aku yang milih, kau dak mau makan," gerutu Jasmine.

"Hadeh, mulai ribut lagi kakak-adek!" sambung ayah Jasmine yang mulai mendengar pertengkaran Jasmine dan Zinnia.

Teguran ayahnya barusan membuat Jasmine terkekeh pelan. Ya, sudah lama sekali dia tidak bertengkar dengan adiknya dan ini adalah salah satu hal yang dirindukan Jasmine di rumah.

"Terserahlah, aku mau makan brownies Belinda be nanti," sahut Zinnia.

Ah, iya, Jasmine lupa kalau dia tadi membelikan banyak oleh-oleh untuk Zinnia. Sebenarnya keluarganya tidak begitu banyak menitipkan cendera mata karena tahu pasti akan merepotkan dia yang pulang sendiri, tapi di bandara tadi Kevin Sandoro malah memborong banyak oleh-oleh untuk keluarganya. Jasmine sempat berusaha menolak tawaran Kevin, tapi tanpa pikir panjang pria itu langsung menggesekkan kartu kreditnya ke kasir.

"Oh yo, itu apo, Kak, kok banyak nian bawaan Kakak?" tanya ibu Jasmine karena sebelumnya ia melihat Jasmine membawa banyak oleh-oleh untuk mereka.

Sebenarnya Jasmine tidak tahu apa yang dibeli Kevin selain brownies yang dipesan oleh adiknya. Kevin membeli terlalu banyak jenis makanan sehingga Jasmine sendiri tidak bisa memeriksanya satu per satu karena dia memiliki banyak barang bawaan-yang harus ia letakan di kabin-dan tidak boleh berserakan.

"Dak tau, Bu, tadi dibeliin orang," jawab Jasmine santai.

"Orang siapo?"

Kali ini Jasmine hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena tak yakin harus berkata apa—tentang siapa yang baru saja dia maksud. Kalau dia sebut pacar, apa kata orang tuanya bila tahu pulang-pulang anaknya sudah memiliki kekasih sedangkan pekerjaan yang diincar di ibu kota malah tidak tergapai? Bukan karena orang tua Jasmine terlalu ketat dan melarangnya berkencan, hanya saja Jasmine merasa belum saatnya untuk memberi tahu keluarganya tentang Kevin.

"Teman kantor tadi yang nganterin ke bandara," jawab Jasmine yang tidak sepenuhnya salah karena Kevin adalah orang dari kantornya.

"Oh, jangan lupo bilang makasih, Kak," ucap ibu Jasmine mengingatkan anaknya untuk berterimakasih kepada si pemberi yang tak lain adalah Kevin.

"Iyo," gumam Jasmine.

・❥・

Setelah puas jalan-jalan bersama keluarganya untuk merayakan kepulangannya, kini Jasmine kembali ke rumah yang ditinggalkannya selama 6 bulan. Jasmine bergegas masuk ke dalam rumahnya dan hal pertama yang menarik perhatiannya adalah hewan peliharaannya yang sudah lama tidak ia lihat. Jasmine yang membesarkan seekor anak kucing sebelum berangkat ke Jakarta terkejut melihat pertumbuhan Tiger—kucing oranye miliknya yang sudah semakin gempal.

YOU TURN ME ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang