"Kevin!"
Layaknya lilin yang menerangi kegelapan, kemunculan Kevin Sandoro memberikan binar untuk Brian. Pria itu menghampiri Kevin dan tak segan-segan memeluknya karena butuh ketenangan di situasi pelik ini. Kecemasan di relung hati Brian mendadak sirna berkat hadirnya Kevin—yang tak dia sangka hadir hari ini.
"Vin ... What should I do?" lirih Brian.
Di dalam pelukan Kevin, air mata Brian yang sebelumnya kering kembali menetes. Dia putus asa karena tak ingin menikahi Clarissa. Brian bisa saja egois dan meninggalkan semuanya tanpa memedulikan apa pun kecuali dia dan Kevin, tapi ada banyak hal yang menjadi tanggung jawabnya. Dia tidak ingin kondisi kesehatan ibunya terus menurun serta dia harus bertanggung jawab untuk Ellie. Oleh karena itu, Brian terpaksa mengorbannya dirinya sendiri yang pada akhirnya melukai Kevin karena keputusannya itu.
"Vin, please help me. I want to escape. I don't have the courage to face this alone," isak Brian.
"Gak ada yang bisa gue lakuin karena ini keputusan lo, Bri. Lo bahkan gak mikirin perasaan gue karena nyembunyiin kebusukan lo berbulan-bulan. So stop complaining because the victim isn't you, it's me!" ucap Kevin dingin.
Tidak ingin menjadi sandaran Brian lagi, Kevin melepaskan pelukan pria itu dan menjaga jarak darinya. Kevin juga membuang muka karena takut jika menatap Brian, hatinya terguncang dan bisa merencanakan hal gila seketika.
"I know, Vin, that's why I want to apologize for everything I've done. I know I'm an asshole because I lied to you ... I hurt you," mohon Brian.
Brian mencoba menggenggam tangan Kevin, tapi usahanya diblok oleh Kevin yang menolak untuk disentuh mantannya.
"Vin ... I need you in my life. If you can no longer support me as someone you love, can we still be friends? I don't want to lose you completely," pinta Brian lagi.
"You gone crazy, huh? Friend you say? Lo becanda!?"
Permintaan Brian yang tidak rasional membuat Kevin naik pitam. Sejak tadi, Kevin berusaha menahan gejolak emosi dari tangisan dan permintaan maaf pria itu—yang sulit diterimanya. Kevin tidak menyangka, setelah mereka berpisah pun Brian tak mengerti bahwa dialah orang yang paling egois dalam hubungan ini. Brian tidak pernah mengutamakan perasaannya saat membuat keputusan dan tidak pernah menempatkan diri pada posisi untuk memahami bagaimana rasanya diperlakukan tidak adil oleh orang lain.
"Karena kamu satu-satunya orang yang bisa ngertiin aku, Vin. I can't bear it if I have to lose you as a friend too...."
"I'm not buying your shit, Brian! You wanted to break up with me? That's fine. You've hurt me more for the past months than anyone else and you still fucking want to be my friend?" murka Kevin.
Kevin Sandoro mengepal tinjunya erat-erat karena takut kelepasan untuk menghabisi Brian detik ini juga. Emosi yang meledak-ledak membuatnya sulit mengendalikan diri.
"I am sorry, Vin. That was never my intention. Aku juga gamau ada di posisi ini, aku juga gamau nikah sama dia because you're the one I love," ringis Brian.
"You know what? I'm starting to regret our relationship. Just like your mom said, our relationship should never have happened. Gue emang gila ngasih kesempatan buka hati gue buat cowo, even a jerk kaya lo! I wish I'd never met you, Brian!" umpatnya lagi.
"No, please, don't regret the times we have spent together, they are precious memories, Vin," lirihnya.
"Goddamnit! Gue bener-bener gak habis pikir sama lo. Precious memories? Fuck you, Brian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU TURN ME ON
Romance"Menurut saya, love is love. Saya ga peduli mau kamu perempuan atau laki-laki, yang terpenting sekarang I am in love with you. Apa saya salah?" Lika-liku kehidupan Jasmine di Jakarta tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jasmine yang mengira hanya a...