Karena sudah lewat tengah malam dan keesokan harinya adalah hari kerja, Jasmine pamit kembali ke apartemennya sendiri untuk beristirahat agar besok tidak terlambat bekerja. Kevin yang hendak mengantar Jasmine ke pintu depan unitnya, menemaninya sambil bergandengan tangan karena sulit berpisah setelah malam indah yang mereka lalui bersama.
"So ... good night, Jasmine." Kevin mengucapkan selamat tinggal setelah mereka sampai di depan pintu unit Jasmine.
Jasmine yang sulit berpisah dengan Kevin mencengkeram tangan pria itu dengan erat. Dia mengerucutkan bibirnya dan menatap Kevin dengan mata berkaca-kaca karena tidak ingin malam ini berakhir di sini.
"Hm, good night," gumam Jasmine yang tak ikhlas.
"Too bad...," sesal Kevin.
"Iya," lirihnya.
"Oh, ya! Kamu besok pulang kantor ada planning?"
Jasmine teringat apa yang dia rencanakan sebelumnya ketika Kevin menanyakan niatnya untuk besok. Karena mereka terlalu sibuk bermesraan sambil berbicara tentang satu sama lain untuk mengenal satu sama lain lebih baik, Jasmine lupa mengatakan apa yang diinginkannya. Tentu saja Shania Jasmine tidak punya rencana karena seharusnya dia mengundang Kevin untuk merayakan ulang tahunnya bersamanya besok malam.
"Belum, Mas. Mas Kevin besok mau ga kalo jalan sama saya? Biasanya saya tuh kalo ulang tahun sering dinner sama keluarga, tapi sekarang kan saya gak sama keluarga," ujar Jasmine.
"Justru itu. Saya baru aja mau ngajak kamu buat dinner besok. Ya udah berarti besok kita nge-date ya buat ngerayain birthday kamu!"
Ketika Kevin menggunakan kata 'date' di depan Jasmine, jantung wanita itu berdetak kencang. Apakah ini menyiratkan bahwa hubungannya dengan Kevin lebih dari sekadar PDKT sehingga Kevin mulai secara terbuka mengajaknya berkencan?
"Gimana?" Kevin bertanya lagi karena tidak ada respons dari gadis itu.
Jasmine sangat senang sehingga dia terlalu kelu untuk berbicara. Alhasil, gadis itu hanya bisa menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Kevin barusan.
"Terus juga mulai besok pagi kita berangkat bareng ya ke kantor, pulangnya juga bareng saya," ucap Kevin.
"Saya pulang pergi sama Mas Kevin? Nanti kalo orang-orang lihat gimana?" tanya Jasmine yang resah karena saran Kevin yang menurutnya terlalu ekstrem.
"Jadi gimana, dong? Kita 'kan satu tujuan. Lagian saya gak tega lihat kamu harus pulang pergi naik busway," beber Kevin.
"Hmm...."
Kekhawatiran Kevin terhadap Jasmine dipahami olehnya. Tidak mudah bolak-balik dengan transportasi umum, tapi dia sudah terbiasa. Namun jika Kevin ingin memaksakan kehendaknya, apa boleh buat, pikir Jasmine. Dia langsung memikirkan ide agar dia bisa berbagi mobil dengan Kevin tanpa membuat orang lain curiga dengan hubungan mereka.
"Hm, iya, deh, saya mau pulang pergi dengan Mas Kevin, tapi tolong turunin saya di gerbang belakang aja, ya?" pinta Jasmine.
"Gerbang belakang? Ah...."
Kantor mereka memang memiliki dua pintu gerbang, yaitu gerbang depan dan gerbang belakang. Gerbang belakang biasanya hanya dibuka saat pagi hari sebelum jam masuk kantor serta saat jam makan siang agar para pegawai bisa membeli makanan di warung kaki lima.
"Oke kalo itu mau kamu. Kalo gitu sekarang kamu tidur, mimpi indah, besok kita berangkat sama-sama. Oke?" tegas Kevin yang diberi anggukan oleh Jasmine.
Kevin menarik kembali tangannya yang telah dikaitkan dengan Jasmine karena tidak ingin mempersingkat tidur mereka lebih lama lagi. Kemudian sebelum benar-benar pamit, Kevin menangkup pipi Jasmine dan mencium keningnya dengan hangat sebagai tanda perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU TURN ME ON
Lãng mạn"Menurut saya, love is love. Saya ga peduli mau kamu perempuan atau laki-laki, yang terpenting sekarang I am in love with you. Apa saya salah?" Lika-liku kehidupan Jasmine di Jakarta tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jasmine yang mengira hanya a...