𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏𝟖

2.4K 173 27
                                    

Setelah makan siang, Kevin mengumpulkan keempat anak magang untuk membicarakan tentang pemasaran media sosial yang telah ia rancang. Sebelum masuk ke inti pembicaraan tentang langkah-langkah yang telah ia susun, Kevin terlebih dahulu menanyakan kepada para pekerja magang apakah mereka bersedia membantunya. Alhasil, satu orang menyatakan keberatan karena merasa terganggu dengan pekerjaan ini.

"Maaf, Pak Kevin. Tapi saya ga bisa karena jadwal saya di weekend sudah booked. Saya juga ga bisa kalau harus lembur," ucap Jian mengungkapkan keluhannya.

Kevin yang menghargai pendapat Jian menganggukkan kepalanya. Jika Jian keberatan, maka dia tidak akan memaksanya.

"I appreciate that. Gapapa kalo kamu mau withdraw, kalo gitu kamu boleh keluar karena saya mau lanjut diskusi kerjaan ini dengan yang lain."

Setelah Jian meninggalkan ruang rapat, tersisa Kevin, Jasmine, Jonathan, dan Azura di ruangan itu. Beberapa saat kemudian, seseorang membuka pintu lagi. Bella masuk dan disusul oleh Rachel yang bergabung dengan tim proyek juga.

"Cuma bertiga aja?" tanya Bella saat melihat tidak ada Jian di meja rapat.

"Jian bilang dia terlalu sibuk, Mbak," celetuk Jonathan.

"Oh, ya udah. 6 orang cukup lah, ya?" gumam asisten manajer itu.

・❥・

"Thank you guys for being willing to help us with this rushed job. Since we don't have much time left, we have to finish all this in a week. Okay?"

Kevin berpesan kepada bawahannya bahwa persiapan untuk promosi ini harus diselesaikan dalam waktu sepekan karena produk akan diluncurkan dalam dua minggu. Kemudian ia menjelaskan rencana kerja, dimulai dari halaman pertama proposal—yang dipegang masing-masing.

"What you need to know is that our new product failed to be promoted by big influencer to netizens. Jadi, saya berpikir gimana kalau our new strategy is to use netizens untuk membuat para influencers itu secara cuma-cuma ngepromosiin produk baru kita tanpa perlu kita minta?" terang Kevin.

"Hah? Maksudnya, Sir?!" bingung Jonathan.

Kevin tertawa kecil melihat ekspresi bingung di wajah Jonathan dan para pekerja magang lainnya. Rencana berisiko yang dibuat oleh Kevin adalah membuat orang biasa—tanpa embel-embel selebriti—mempromosikan produk mereka melalui media sosial. Nantinya, orang-orang ini akan membuat video yang akan ditampilkan di Youtube dan banyak platform lainnya dengan tajuk #MakeUpYourBoyfriendChallange.

Itulah kampanye yang ingin digunakan Kevin agar orang-orang tertarik dengan produk baru Mon Cherie. Konsepnya, Kevin ingin memanfaatkan loyalitas pelanggan untuk mempromosikan produknya ke orang lain melalui mulut ke mulut. Kevin tahu bahwa stigma yang melekat pada laki-laki tentang make up memang hal yang sulit untuk diatasi—sehingga promosi yang dibidiknya sangat berisiko. Namun dengan iming-iming hadiah bagi pemenang challenge, Kevin berharap mendapat perhatian para pria yang mengikuti challenge bersama pacarnya di media sosial. Selain itu, melalui promosi ini, tujuan jangka panjang Kevin adalah mengubah persepsi masyarakat—khususnya laki-laki—tentang riasan tanpa gender sehingga orang dari segala usia dapat memakai riasan tanpa memandang jenis kelamin.

"Kita adakan challange di Youtube dan platform lainnya dengan hadiah yang menggiurkan. Tapi, kalau kita langsung ngadain event-nya ke costumer laki-laki, bakal sepi peminat, kan?!"

Bawahan Kevin menganggukkan kepala. Mereka skeptis bisa mendapatkan loyalitas pelanggan laki-laki—sekalipun hadiahnya sungguh besar—untuk mengikuti tantangan ini.

YOU TURN ME ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang