𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟐𝟏

2.5K 178 7
                                    

"Ah, maaf, Mas."

Sadar bahwa dia tidak seharusnya memeluk Kevin seperti ini, Jasmine melepaskan pelukan mereka dan kembali duduk di kursinya. Setelah kembali ke tempat asalnya, dia bertukar pandang dengan Kevin yang sedang mengawasinya. Hal ini menimbulkan kecanggungan bagi Jasmine yang langsung menegur pria tersebut sambil mengusap bagian belakang lehernya.

"Mas Kevin, jangan lihatin saya kaya gitu!" tegur Jasmine pelan.

"Kenapa saya ga boleh lihatin kamu?" tanya Kevin.

"Ya karena saya mau fokus kerja, Mas. Kalo Mas Kevin lihatin saya terus gimana saya bisa kerja ... saya salting," jawabnya kaku.

Kedua sudut bibir Kevin terangkat menanggapi perkataan Jasmine. Alih-alih berhenti untuk melihat gadis itu, Kevin memindahkan kursinya lebih dekat ke Jasmine. Lantas, Kevin bersandar di dagunya dan menatap wajah Jasmine yang sudah semerah tomat.

"Okay but why were you embarrassed when you hugged me first?" tanya Kevin memancing gadis itu.

"Ka-karena saya gatau harus gimana buat Mas Kevin tenang," ujar terbata-bata.

Wajah Jasmine yang merona, ucapannya yang gagap, dan bahasa tubuhnya yang kikuk membuat Kevin tersenyum kecil. Bahkan tangan Kevin terangkat untuk membelai lembut puncak kepala Jasmine sambil berterima kasih kepadanya.

"Thank you for being a good friend. I really appreciate that, Jasmine."

Sahabat baik. Dia kata itu terngiang di kepala Jasmine. Ia hanya bisa menundukkan kepala sambil menjawab pelan ucapan Kevin barusan, "Sama-sama, Mas."

Jasmine tahu dia tak boleh berharap lebih. Namun baginya, Kevin lebih dari sekedar atasan atau pun teman di luar kantor karena dia menaruh hati pada pria itu. Zona pertemanan ini cukup melukai perasaannya.

"Can I stay here watching you work?" tanya Kevin.

Jasmine pun menganggukkan kepala menyetujui hal itu. Perlahan tangan Kevin meninggalkan puncak kepala gadis itu dan Kevin memperhatikan Jasmine yang mulai fokus kembali ke layar laptop di depannya.

・❥・

Selama hampir 2 jam berkutat dengan laptopnya, Jasmine merasa tubuhnya remuk. Ia pun melakukan peregangan untuk melemaskan otot-ototnya. Saat melakukan pemanasan, pandangan Jasmine tertuju pada Kevin Sandoro. Ia melihat Kevin tidur di meja dengan tangan terlipat sebagai bantal. Jasmine tak sadar sejak kapan Kevin ketiduran di sebelahnya.

"Pantasan dari tadi gak ngomong," gumam Jasmine.

Berhubung sekarang sudah jam 11 malam dan besok mereka harus kembali ke kantor, Jasmine berusaha membangunkan Kevin agar lelaki itu bisa beristirahat di apartemennya. Jasmine menyentuh pundak Kevin sambil memanggil namanya agar Kevin segera sadar.

"Mas Kevin ... Mas?" panggil Jasmine pelan.

Namun, Kevin Sandoro tidak memberikan tanggapan. Jasmine langsung menarik napas dalam-dalam lalu mengikuti apa yang dilakukan Kevin. Dengan posisi berhadapan langsung dengan pria tersebut, Jasmine memperhatikan setiap detail wajah Kevin. Sebenarnya apa yang membuat Kevin terlihat begitu tampan di matanya? Hidung yang runcing? Bibirnya yang berbentuk hati? Atau wajahnya yang sekecil telapak tangan?

Entah apa jawabannya, Kevin jelas memiliki rupa yang sempurna. Tak hanya wajahnya saja yang elok, prestasinya pun memukau. Jasmine jadi penasaran kelemahan apa yang dimiliki Kevin Sandoro. Tak ada satu orang pun yang pernah membicarakan keburukannya. Sesempurna apa pun Kevin, Jasmine yakin pasti ada kekurangannya—karena manusia tak luput dari kekurangan dan kesalahan.

YOU TURN ME ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang