Karena pukul hampir menunjukkan jam 11 malam, Kevin dan Jasmine memutuskan untuk kembali ke unit mereka usai membantu membersihkan apartemen setelah Om El dan keluarganya kembali. Saat mereka memasuki rumah, Kevin langsung melingkarkan lengannya di pinggang Jasmine dari belakang dan menyandarkan wajahnya di bahu Jasmine.
"Aduh, kamu ngapain, sih? Gerah tau!" Jasmine menggerutu, merasa kepanasan karena kekasihnya memeluknya.
"Gapapa, pengen peluk My Lovely aja," jawab Kevin.
Sambil melanjutkan langkahnya memasuki ruang tamu, Jasmine juga menanyakan bagaimana perasaan Kevin saat bersama keluarganya tadi.
"Gimana ngobrol sama Ayah tadi? Ayah gak nerkam kamu, kan?" tanya Jasmine.
Setelah sampai di sofa, Jasmine dan Kevin pun duduk santai. Kevin yang mendengar pertanyaan Jasmine barusan menggumam sejenak sebelum akhirnya menyampaikan kesan dan pesannya kepada ayah Jasmine.
"Ayah kamu tadi, sih, kebanyakan diam aja, yang banyak ngomong malah Om El," kata Kevin.
"Iya, Om El emang bawel!" canda Jasmine.
"Kamu sama kaya ayah kamu, ya. Kalem gitu," ujar Kevin.
"Haha, kalem gimana? Aku kalem?" tanya Jasmine tak percaya.
Sambil mencondongkan posisi duduknya mengarah pada Jasmine, Kevin yang sedang bersandar di sofa menatap Jasmine dengan saksama. Dia melihat kilas balik hari-hari ketika dia baru mengenal Jasmine, ketika gadis itu dulu tidak banyak bicara di depannya.
"Iya, kamu dulu kan gak banyak ngomong kalo bukan aku yang ngajak ngobrol duluan," ujar Kevin.
"Ah, itu aku karena aku gak nyaman aja sama kamu makanya gak mau sering-sering ngobrol sama kamu," canda Jasmine.
"Tsk! Bukannya kamu gak banyak ngomong karena kamu deg-degan tiap ngobrol sama aku, huh?" goda Kevin.
Perkataan Kevin barusan berhasil membuat kedua pipi Jasmine merona. Kevin tidak salah. Dulu, dia sangat tidak nyaman berbicara dengan Kevin karena hatinya tidak bisa diajak berkompromi.
"See? Itu tandanya kamu duluan yang suka sama aku," ucap Kevin dengan bangganya.
"Iya, memang aku duluan suka sama kamu," aku Jasmine yang menyadari bahwa dirinya lah yang duluan menyukai laki-laki di hadapannya ini. "Terkadang aku masih gak nyangka aja kalo kamu dan aku beneran pacaran," lanjutnya lagi.
"Gak nyangka gimana? Kurang apalagi buat kamu ngerasain kalo aku dan kamu emang satu, Love?" tanya Kevin.
"Mungkin suatu hari nanti kalau...."
Jasmine menggantungkan perkataannya. Sekarang tangannya mengelus jari manisnya yang tidak dilingkari cincin emas. Kevin yang diam-diam memperhatikan bahasa tubuh Jasmine, tidak bisa menahan senyum dan kemudian dia menarik tubuh Jasmine ke dalam pelukannya.
"Kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya, aku punya kamu, Love!" ucap Kevin.
"Iya," lirih Jasmine.
"You are the best thing that happened to me and I will never let you go."
Pelukan kini terlepas. Jasmine kini menatap tajam wajah Kevin yang hanya berjarak beberapa inci darinya dengan tangan kini membelai wajah kekasihnya itu. Dia tersenyum mendengar ungkapan hati Kevin barusan.
"Me too," lirih Jasmine.
Kini giliran Kevin yang menangkup pipi Jasmine. Dia kemudian mendekatkan wajahnya ke gadis itu dan mengusap hidung Jasmine dengan hidungnya. Setelah itu Kevin pun membisikkan sesuatu—karena sudah waktunya untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU TURN ME ON
Romance"Menurut saya, love is love. Saya ga peduli mau kamu perempuan atau laki-laki, yang terpenting sekarang I am in love with you. Apa saya salah?" Lika-liku kehidupan Jasmine di Jakarta tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jasmine yang mengira hanya a...