Jadwal Kevin padat selama beberapa pekan terakhir membuatnya sulit membagi waktu untuk pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Apalagi sejak menerima laporan penjualan bulan lalu, Kevin Sandoro dicerca habis-habisan oleh Pak Deri yang selalu berekspektasi tinggi pada pekerjaannya. Meski produk baru mereka mendapat tanggapan beragam dari masyarakat dan juga viral di sosial media, penjualan produk lain mengalami penurunan sehingga Kevin harus lebih aktif menganalisis dan mengevaluasi penjualan lebih dalam. Oleh karena itu, ia bekerja lembur di kantor untuk meningkatkan produktivitas pekerjaannya.
Meski fisiknya lelah karena harus bekerja sampai malam, kesibukan ini sedikit menguntungkan Kevin. Karena padatnya jadwal, Kevin lebih mudah menghapus ingatan tentang Brian darinya. Sama sekali tidak terlintas di benaknya mengenai sang mantan. Akhir-akhir ini, isi kepala Kevin hanya dipenuhi oleh pekerja dan Jasmine.
Ya, Shania Jasmine. Wanita itu membuktikan bahwa dia tidak pernah menghindarinya hanya karena orientasi seksualnya. Meski awalnya Jasmine sedikit canggung untuk berinteraksi dengan Kevin, lambat laun hubungan mereka kembali seperti semula. Jasmine selalu berada di samping untuk menemaninya. Contohnya malam ini, Kevin yang baru pulang jam 9 malam sudah memiliki janji untuk makan malam dengan Jasmine. Gadis itu telah memasakkan sesuatu untuknya.
Lantas, Kevin yang berjalan di lobi apartemen tersenyum saat membaca pesan dari Jasmine. Dia baru saja mendapatkan follow up message bahwa makan malam buatannya sudah selesai sehingga Kevin bisa memakannya hangat-hangat. Usai membalas pesan tersebut, Kevin pun memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melangkah menuju lift. Sayang, tungkai Kevin berhenti melangkah saat sosok orang yang hampir sebulan tidak dia temui muncul di hadapannya. Tidak lain orang itu adalah Brian Vianney yang menunggu Kevin pulang karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padanya.
Secara instan, suasana hati Kevin kacau balau melihat wajah Brian. Dia menarik napas dalam-dalam dan tetap berdiri di tempat terakhir ia melangkah. Brian-lah yang mendatangi Kevin karena tahu Kevin tidak akan mau menghampirinya. Begitu Brian berdiri di depan mantannya, ia mencoba tersenyum sembari menyebut nama Kevin—yang sebenarnya sulit ia ucapkan usai perpisahan yang menyakitkan itu.
"Kevin," panggil Brian.
"Mau apa lagi? Urusan kita sudah selesai," ucap Kevin terus terang karena menurutnya mereka tidak punya hal lain untuk dibicarakan.
"How are you, Vin?" Brian bertanya ingin tahu bagaimana keadaan pria itu sejak dia dirawat di rumah sakit.
Selama beberapa minggu terakhir ini Brian hanya menanyakan bagaimana keadaan Kevin melalui Bella. Bagaimanapun hatinya tidak semudah itu untuk menghapus segala sesuatu tentang Kevin dan juga perasaannya terhadap orang yang paling ia cintai di muka bumi ini.
"Do you expect my answer is I'm miserable? Yes, thanks, gara-gara lo gue menderita. Udah puas lo ngerusak kepercayaan gue?!"
"Vin, aku ... Maaf," lirih Brian.
Bahkan Brian tidak bisa meminta maaf lagi. Dia merasa bersalah karena harus meninggalkan Kevin karena perjodohan terkutuk itu.
"Sekarang mau lo apa? Gue capek, gue butuh istirahat, jadi mending lo to the point," cerca pria itu yang muak bila harus berlama-lama berbicara dengan Brian.
"Ini...."
Niat awal Brian datang ke apartemen Kevin adalah untuk mengembalikan kartu akses yang ada di tangannya kepada pemiliknya. Brian menyerahkan kartu itu kepada Kevin karena sudah tidak punya alasan lagi untuk menyimpannya. Setelah kartu itu kembali ke tangan Kevin, ia tanpa mengucapkan sepatah kata meninggalkan Brian. Namun sebenarnya, masih ada hal lain yang ingin Brian sampaikan pada Kevin Sandoro sehingga ia memanggil namanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU TURN ME ON
Romance"Menurut saya, love is love. Saya ga peduli mau kamu perempuan atau laki-laki, yang terpenting sekarang I am in love with you. Apa saya salah?" Lika-liku kehidupan Jasmine di Jakarta tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jasmine yang mengira hanya a...