Terbuka🌾

650 87 19
                                    

"Aku ingin mencintaimu . Lebih banyak dari debar . Lebih besar dari sabar . Lebih lama dari selamanya."

-Aksaratua-
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
..
..
..

Happy Reading💚
..

Mentari pagi menyapa , cahaya yang terang memasuki kamar dari celah celah jendela membuat netra coklat itu menerjap berkali-kali . Berusaha menetralkan pandangan yang jatuh tepat di retina , seakan belum terbiasa dengan cahaya yang menelusuk didalam maniknya .

Haico membukakan mata cantiknya mengitari sekitar yang nampak berbeda . Ah haico lupa jika saat ini ia dan rangga tengah berbulan madu . Haico menatap wajah rangga yang tertidur pulas dalam dekapannya . Bayangan akan kejadian semalam membuat hati haico terasa perih kembali . Baru kali ini haico melihat rangga yang begitu rapuh . Apakah sikap dinginnya adalah benteng yang menutupi bagaimana keadaan sebenarnya dari sang tuan muda?

Wajah rangga yang tertidur polos itu menjadi pemandangan haico pagi ini . Tanpa sadar haico mengulas senyum diwajahnya . Mendekap rangga ternyata senyaman ini meski tangan nya terasa pegal .

Setelah rangga menceritakan masa lalunya , haico mendekap tubuh itu lagi . Memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi yang dipeluk . Rangga yang diperlakukan bak bayi itu pun tertidur kembali dengan nyaman . Sementara haico , wanita belia ini justru terjaga sepanjang malam . Takut-takut nanti rangga terbangun lagi dengan mimpi buruknya . Jam lima subuh baru lah haico tertidur lalu bangun dengan jarum jam menunjukkan pukul enam pagi , itu artinya haico hanya tertidur satu jam saja .

Haico memposisikan kepala rangga diatas bantal , mengatur posisi bantal dan guling agar rangga tetap merasa nyaman dalam tidurnya . Keberanian apa yang ada didalam diri haico hingga ia berani mengecup lembut kening rangga , lalu mengusap pucuk kepala nya gemas . Beranjak dari tempat tidur merapikan tirai jendela yang tertiup angin . Menutupi jendela agar sang mentari pagi ini tak mengganggu tidur tuan muda yang masih pulas .

Haico masuk kedalam kamar mandi . Hanya memerlukan waktu dua puluh lima menit kini wanita cantik itu tengah berada didalam dapur . Berkutat dengan peralatan dapur untuk membuat sarapan pagi ini . Hanya membuat bubur ayam dan juga kopi hitam kesukaan rangga .

Rangga membuka matanya perlahan . Mencoba menetralkan pandangannya . Menatap langit kamar yang nampak berbeda , tak seperti kamarnya . Bayangan tentang kejadiaan semalam berputar secara otomatis , rangga baru saja sadar bagaimana lembut dan hangatnya haico saat berusaha menenangkan nya .

Tubuh rangga lebih fresh pagi ini . Rangga yang biasanya hanya tidur dua jam saja , kini justru tertidur hampir enam jam . Padahal rangga hanya menatap wajah haico yang tertidur pulas saat rangga menggendong tubuh ringkih itu setibanya di villa . Malah dirinya ikut tertidur disamping haico , lalu bangun dengan wajah yang basah akibat mimpi buruk yang selalu menemani tidurnya . Inilah alasan utama mengapa CEO dingin ini begitu enggan menutup mata , jika yang dirasakan hanya rasa sesal yang berusaha menggerogoti tubuhnya perlahan.

Mengibaskan selimut yang menutupi setengah tubuhnya lalu beranjak memasuki kamar mandi . Rangga tau pasti haico tengah menyiapkan sarapan pagi untuknya .

"Udah bangun?" tanya haico yang tengah menata sarapan dimeja makan
"Iya" balas rangga singkat menghampiri haico
"Yaudah kita sarapan dulu" ajak haico memberikan semangkuk bubur ayam dan juga kopi hitam dihadapan rangga
"Terimakasih" ucap rangga

Haico hanya mengulas senyum diwajahnya , memakan bubur ayam buatannya sendiri sembari diam-diam melirik rangga dari ujung ekor matanya . Lelaki itu nampak menikmati apa yang haico hidangkan . Syukurlah .

Air Mata Haico DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang