Dilema🥀

455 81 24
                                    

"Seperti mati terbunuh namun tetap hidup dalam sebuah penyesalan."

– Google –
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
..
..
..

Happy Reading💚
..

Hangatnya mentari mulai luntur tenggelam diperaduan langit . Sapuan angin menerjang pepohonan sehingga banyak rerantingan serta dedaunan jatuh dipermukaan tanah . Burung-burung bergerombolan terbang pulang , menuju sangkar mereka .

Langit senja sore ini begitu menganggumkan dengan sempurna seolah memaksa haico untuk menengadah menatap keindahannya .

Haico duduk seorang diri di gazebo halaman rumah mewah itu . Bertemankan secangkir teh chamomile yang mulai dingin . Uap putih yang menghias dipermukaan cangkir sudah menghilang terbawa angin . Tapi tak sedikitpun haico sentuh .

Tadi siang haico baru saja tiba dirumah istana itu . Dokter sudah mengizinkannya pulang . Lebih tepatnya ia yang merengek ingin pulang . Suasana sunyi rumah sakit hanya membuat dadanya merasa sesak . Bukannya istirahat haico justru merasa tertekan . Batinnya menjerit kuat tapi satu kata pun tak ada yang keluar dari bibirnya .

Dari sisi yang berbeda seorang lelaki berpenampilan necis baru saja memasuki area rumah mewah itu . Terdengar dentuman keras saat ketukan sepatu pentofel hitamnya mengenai lantai . Netra almondnya mengedar ke segala antero ruangan interior bergaya klasik itu .

"Dimana haico?" suara bariton itu menggema disetiap sudut ruangan .

"Nyonya muda ada dihalaman belakang , Tuan muda" ucap salah satu pelayan yang berdiri rapi disana .

Langkah kaki itu kembali terayun menuju halaman rumah mereka . Nafasnya begitu memburu dengan kedua sisi rahang yang mengeras .

Saat netra almond nan tajam itu menemukan sosok yang sudah ia cari selama ini . Langkah kaki itu mendadak terhenti . Helaan nafas lega terdengar samar .

Sebelum jam pulang kantor . Rangga sudah meninggalkan perusahaan itu demi menemui haico yang masih istirahat dirumah sakit .

Rangga tau pasti bagaimana jenuh dan bosannya berada diruangan putih polos itu . Tak ada teman berbincang . Selain dekapan hangat dari rasa sunyi .

"Kamu kenapa nggak kasih tau kalau dokter sudah mengizinkan pulang" tanya rangga ikut mendudukan dirinya disisi haico .

Kata dokter haico sudah membaik dan diperbolehkan pulang . Tapi kenapa wajah wanita itu terlihat begitu murung . Pandangan matanya pun kosong .

Apa haico tengah memikirkan nasib calon bayi nya yang sudah pergi? Atau ada hal lain yang mengganggu pikiran wanitanya itu?

"Maaf" lirih haico pelan

Rangga tersenyum tipis . Mengusap lembut pucuk kepala haico . Entah perasaannya saja atau apa . Haico terlihat berbeda . Tapi rangga sendiri belum tau pasti apa yang berbeda dari wanita yang menyandang gelar nyonya muda ini .

"Aku ke kamar dulu" pamit haico beranjak dari posisinya .

Tungkai kaki jenjang itu melangkah pelan meninggalkan rangga . Ada rasa nyeri yang mendera hatinya . Saat dirinya harus bersikap dingin seperti ini .

Air Mata Haico DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang