Baikan🌹

597 94 33
                                    

"Ada dua cara menyebarkan cahaya: menjadi lilin atau cermin yang memantulkannya."

- Edith Wharton -
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
..
..
..

Happy Reading💚
..

Malam masih menjalankan tugasnya . Berselimut sunyi yang tak beraturan . Seperti ingin mempermainkan hidupnya berkali-kali . Menyeretnya secara paksa menuju kesunyian yang abadi .

Rangga duduk ditepi ranjang tamu dilantai satu . Ruangan ini hanya seperempat dari kamar rangga sendiri . Hanya ada satu ranjang berukuran sedang serta satu lemari pakaian .

Beringsut ketengah ranjang dengan tubuh yang bersandar didashboard . Rangga duduk sembari meringkuk memegangi lututnya . Termenung diambang lelah demi menanti pagi yang akan segera mengetuk .

Wajah rangga seperti langit gelap . Awan-awan hitam begitu lelah menampung banyaknya rintikan hujan yang sudah kadaluwarsa . Sampai hantaman keras dari petir menyambar dada bidang rangga . Buliran keruh itu pun tumpah tanpa bisa dicegah .

Kapan buliran keruh berubah menjadi bening? Kapan arimata ini terhenti? Terhenti hingga tetesan terakhir!

Ibarat pepatah . Mencintai itu seperti sebuah lilin dalam kegelapan . Merelakan dirinya hangus terbakar agar disekitarnya mendapatkan seberkas cahaya demi melanjutkan arah . Meski dirinya harus hancur lebur tak tersisa .

Untuk kesekian kali . Rangga kembali lagi ketitik semula . Terduduk meratapi cobaan yang tak pernah usai . Meratab menyesali setiap rasa sakit yang mengiris luka yang tak pernah kering .

Dulu , saat sang papa meninggal karna ulahnya . Ribuan caci dan hantaman begitu menyekik di lehernya . Hingga tak berselang lama luka kembali mengoyak hatinya yang rapuh . Menemukan sang kekasih memadu kasih dengan lelaki lain saat masih menjalin hubungan bersamanya . Dan sekarang? Haruskah rangga kembali meraung karna kini istri tercinta merasa kecewa bahkan jijik pada tubuh yang tega merebut paksa nyawa orang lain .

Kreekk!

Bunyi decitan pintu kembali terbuka . Menampakkan kaki jenjang yang berdiri diambang pintu . Dadanya begitu nyeri dengan pandangan yang tertuju pada lelaki yang tengah menangis itu .

"Rangga" panggil haico . Duduk dihadapan rangga .

Merasa terpanggil , rangga pun mendongakkan kepalanya . Mengusap kasar wajahnya yang basah . Berusaha menyembunyikan sisinya yang rapuh . Meski sadar usahanya itu hanyalah sia-sia .

"Kamu kok disini? Naik keatas yah . Tubuh kamu butuh istirahat . Aku baik-baik aja kok" ucap rangga pelan . Mengulas senyuman paksa yang dibuat senatural mungkin .

Hap!

Tanpa kata . Haico justru memeluk tubuh rangga erat . Isakan tangisnya kembali pecah didalam dekapan sang suami . Bodoh! Haico merasa begitu bodoh . Bagaimana bisa haico memiliki keinginan untuk menjauh dari rangga . Sementara saat menyadari punggung tegap itu hilang dibalik pintu saja . Kehampaan langsung menyelimuti tubuhnya .

Haico menarik lendir yang mengganggu pernafasannya .
"Aku minta maaf sama kamu . Harusnya dari awal aku sadar kalau semua ini kamu lakuin demi menjaga aku . Tapi aku malah berniat ingin menjauh dari kamu" ucap haico menundukkan kepalanya .

Air Mata Haico DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang