"Hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak dapat dilihat atau didengar, tetapi harus dirasakan dengan hati."
- Helen Keller -
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
..
..
..Happy Reading💚
..
..Sebelum jam waker berdering lantang membangunkan keduanya . Haico dan rangga sudah lebih dulu bersiap untuk berjalan pagi-pagi disekitaran komplek rumah mewah itu . Menikmati udara sang fajar yang belum tercemar saat siang nanti .
Diatas sana sang mentari dengan warnanya yang kekuningan menghiasi antariksa penuh kehangatan . Embun pagi masih membasahi kuncup bunga yang hendak bersemi . Genangan air pun masih mengisi jalanan yang berlubang .
Dini hari tadi . Tiba-tiba saja langit menumpahkan tangisnya kembali . Tanpa ada dentuman petir yang keras maupun terpaan kuat dari sang angin . Hanya buliran bening yang jatuh ke bumi . Mungkin sang langit hanya ingin menangis saja untuk meredamkan sesaknya sesaat . Tanpa ada amarah yang menyelimuti .
Banyak pemuda-pemudi yang juga ikut berjalan santai pagi ini . Karna kebetulan hari ini adalah hari libur . Beberapa anak remaja bahkan bermain sepakbola dilapangan yang cukup luas .
Perjalanan dari rumah hingga tiba dilapangan sekitaran komplek memang tak terlalu jauh . Tapi cukup membuat haico mengeluarkan peluh didahinya . Sementara rangga wajah lelaki itu masih saja terlihat datar . Tak ada tanda kelelahan yang terulas diwajahnya .
Kedua kaki jenjang milik haico dan rangga tiba-tiba terhenti disebuah bangku yang berada dibawah nauangan pohon rindang . Duduk berdamping dengan netra yang tertuju pada segerombolan orang yang sangat antusias berolahraga dipagi ini . Ada yang bermain badminton , sepak bola , bahkan basket pun tak ketinggalan .
"Cowok disini tampan-tampan yah . Bisa kali yah aku dapet gebetan baru disini" ucap haico terkikik geli . Netra coklat bening miliknya mengedar kesegala arah . Meneliti mana yang cocok untuk dijadikannya gebetan .
"Ekhem" seperti ada sesuatu yang gatal ditenggorokan rangga .
"Kamu kenapa? Haus?" tanya haico menatap rangga bingung .
"Enggak" sahut rangga singkat
"Ehh kamu bantu cariin dong . Kira-kira cowok mana yang cocok untuk jadi selingkuhan aku" ujar haico tanpa berdosa .
Hembusan nafas kasar keluar dari mulut rangga . Beberapa hari ini haico memang terlihat aneh . Gelagatnya seperti bukan istri yang rangga kenal . Biasanya selalu bersikap manis nan menggemaskan . Tapi sekarang justru begitu menyebalkan dimata rangga .
"Kamu lupa udah punya suami?" tanya rangga pelan .
"Nggak lupa . Tapi kan nggak asyik kalo ada suami tapi nggak ada selingkuhan . Kata netizen itu kurang greget" jelas haico tanpa memperdulikan ekspresi seperti apa yang terukir diwajah rangga . Kesal? Tentu saja .
"Yaudah kita pulang aja" ajak rangga yang sudah beranjak dari tempat duduknya .
"Bentar dulu . Kan aku belum dapet selingkuhan" cegah haico .
Tanpa babibu rangga malah menggendong haico ala bridal style . Bisa-bisanya wanita miliknya meminta rangga mencarikan selingkuhan untuknya . Apa ketampanan rangga sudah memudar? Hingga haico menginginkan pahatan lain dari sang pencipta!
"Turunin . Malu diliatin orang . Nanti dikira aku nenek-nenek jompo lagi" rengek haico yang tak digubris oleh rangga .
Dengan menulikan telinganya . Rangga berjalan dengan gagah melewati orang-orang yang berdiri disana . Pekikan tertahan terdengar samar ditelinganya . Huh wanita lain saja masih menatapnya penuh damba . Tapi haico justru ingin mencari yang lain .
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Haico Diandra
Short StoryAku lahir dan besar dirumah yang rusak . Semua itu Konflik yang tak pernah berakhir Dan perang tanpa akhir Kini telah melukaiku . Dihujam , diabaikan dan ditinggalkan Oleh orang- orang yang mereka sebut sebagai keluarga Tindakan itu membentuk aku m...