"Kita bisa menulis seribu kata perpisahan. Tapi yang kita rasakan hanya satu, yaitu kehilangan."
-Google-
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
..
..
..Happy Reading💚
..Sehabis gelapnya malam yang gulita . Kini saatnya keindahan sang mentari menggantikan peran bulan yang menawan . Kicauan burung bersahutan bak irama melodi yang menggema . Butiran embun menggumpal dilengkung dedaunan .
Lelaki bertubuh liat itu mengerjapkan matanya berulang . Cahaya lembut mentari cukup mengganggu tidurnya yang masih tenang .
Netra almond itu terbuka . Kilauan cahaya almond itu mulai mengedarkan pandangan kesegala penjuru . Nuansa ruangan ini tampak berbeda dengan miliknya .
Saat kesadaran telah ia raih dengan sempurna . Lelaki itu menghembuskan nafasnya pelan . Ia ingat jika semalam ia tak kembali lagi ke kamar .
Rangga terbangun didalam kamar tamu yang ditempati oleh aluna untuk sementara . Aluna berteriak histeris malam itu karena mendapat sebuah paket dari orang yang tak dikenal . Isi paket itu cukup mengejutkan . Sebuah kepala anjing yang bersimbah darah .
Entah apa maksud sang pengirim . Yang pasti mereka tau akan ketakutan yang aluna alami . Apalagi jika bukan darah segar yang mengucur dari sumbernya .
Jika seperti ini mana mungkin rangga menuruti keinginan keke . Meminta aluna untuk tinggal diapartementnya sendirian . Bukanlah solusi yang tepat!
Rangga mengubah posisinya menjadi duduk disofa . Semalaman tidur disofa membuat badan tegap itu terasa pegal-pegal . Arah pandangnya tertuju pada ranjang yang kosong . Kemudian suara gemercik air dikamar mandi membuat rangga berpikir jika aluna tengah membersihkan diri .
Untunglah kejadian semalam tak berlangsung lama . Rangga bangkit dari peraduannya . Mengayunkan kaki tegapnya meninggalkan ruangan itu .
Rangga memilih untuk mandi diruang tamu lain yang masih berada dilantai satu . Lelaki dingin itu enggan menatap wajah haico setelah semua kejadian yang mereka lalui semalam . Amarahnya masih membuncah didada . Ego lelaki itu begitu keras untuk dipatahkan . Tak ada yang tau kapan amarah itu meredam .
Tanpa sarapan pagi . Rangga berlenggang pergi menuju kantor . Hari memang masih terlalu pagi . Tapi rangga tak peduli . Ia butuh kesibukan untuk melupakan sejenak perihal hati yang menyesakkan relung jiwanya .
Sudah setengah hari lelaki itu masih berkutat dengan layar persegi panjang itu . Tanpa memperdulikan suara bising dari dalam perutnya yang sudah lapar .
"Minta haico siapkan makan siang" titah rangga pada rendy . Pada akhirnya lelaki itu menyerah .
"Siap tuan" rendy berjalan mundur beberapa langkah . Merogoh benda pipih disaku jasnya . Jemari besar itu mencari kontak nyonya muda lalu mendealkan nomor tersebut .
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif"
Suara operator lagi-lagi menggema ditelinga rendy . Sekretaris itu seketika risau . Sudah beberapa kali ia mencoba namun jawabanya tetap sama . Hanya ada suara operator wanita dengan kalimat yang berulang .
"Maaf tuan , nomor nyonya muda tidak aktif" tukas rendy kembali menghadap rangga .
Dahi CEO dingin itu berlipat dalam . Tidak biasanya haico menonaktifkan benda canggih itu . Namun lelaki yang masih menyimpan amarah itu pun enggan mencari tau lebih detail .
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Haico Diandra
Short StoryAku lahir dan besar dirumah yang rusak . Semua itu Konflik yang tak pernah berakhir Dan perang tanpa akhir Kini telah melukaiku . Dihujam , diabaikan dan ditinggalkan Oleh orang- orang yang mereka sebut sebagai keluarga Tindakan itu membentuk aku m...