육 • titik temu

431 175 30
                                    

penerangan yang redup menjadi semakin gelap saat mereka melangkah lebih jauh lagi. Senter yang Chenle temukan mulai kehabisan baterai, dinginnya angin juga semakin menggila. Untung sempat men-double baju dan celana. Jika tidak, akan dipastikan kalau mereka akan mati kedinginan.

Bagaimana nasib Junkyu yang bajunya dirobek? Jangan khawatir, Junkyu men-double empat lapis baju. Jadi, masih ada tiga lapis baju yang melekat pada tubuhnya.

Jisung melirik jam tangannya. "Woy, udah mau pagi! Kalian gak cape apa jalan terus dari tadi? Lagian, kita cuman muter-muter ditempat semula doang."

Selama setengah jam, remaja itu hanya memutari tempat yang sama. Lagi-lagi, siapa orang yang sudah menjebak sampai separah ini?

"Kok lo tau? Padahal ruangan ini lumayan gelap," tanya Chenle penasaran.

Jisung berdongak. "Gue merhatiin tanda merah dilantai, udah dua puluh kali kita semua ngelewatin tanda itu."

"Mana?"

"Mana dimana, anak kambing Sunoo, anak kambing Sunoo ada perut Chenle." Haruto malah bernyanyi.

"Dih? Cakep lo begitu?" ujar Sunoo.

"Haruto, turunin gue. Lo pasti capek, kan?" Yedam tidak enak hati terus-menerus digendong Haruto yang sudah mulai kelelahan.

Meskipun sebenarnya rasa lelah tidak bisa Haruto sembunyikan, ia menggeleng saat Yedam menanyakan 'apa dia lelah atau tidak'. Haruto kasihan pada Yedam, karna lukanya belum sempat terobati. "Enggak, Yedam. Lo jangan banyak gerak, nanti lukanya berdarah lagi."

"Udah kita istirahat dulu aja. Bagi dua kelompok, satu kelompok istirahat, satunya lagi jaga. Nanti kita gantian," usul Junkyu.

"Tumben otak lo berguna," sindir Sunoo. Bocah itu tiba-tiba mencuri start untuk tidur.

Jisung berdecak, "Heh upil badak! Lo jaga!"

"Gua belum tidur sama sekali. Jadi please, hargain gue selayaknya manusia." Sunoo belum istirahat sejak semalam, matanya sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.

"Emang dulu lo apa? Kudanil?"

"Bukan, Sunoo dulunya benda tekstil."

"Jangan berisik! "

Hening.

Yang lain pun sama, hanya tidur sebentar. Karna tidak ingin membuat keributan, yedam akhirnya angkat bicara. "Biar gue, Chenle sama Haruto yang jaga."

"Lo harus istirahat, Yedam. Biar gue, Chenle sama Junkyu aja yang jaga." Senyum lembut terbit dari bibir Jisung, Chenle dan Junkyu mengangguk setuju.

Gang berukuran lima kali lima meter mereka jadikan tempat istirahat. Walau hanya beralaskan lantai dingin, ketiga pria itu nampak sudah tertidur pulas.

"Kasian Yedam, baru mulai udah luka." Chenle berbisik pada Jisung. "Dia luka karna apa ya kira-kira?"

"Kebeset ujung tangga kayaknya. Luka dia lumayan dalem, semoga aja kita bisa nemuin obat besok pagi." Harapan demi harapan terus terlontar dari tiga sosok yang kini sedang berjaga.

Jika Jisung dan Chenle sedang asik ngobrol, Junkyu malah termenung sambil memainkan kancing bajunya. Saking asik memelintir kancing, remaja itu tidak sadar kalau kancing itu sudah terlepas.

Sebenarnya Junkyu juga ingin istirahat, tapi ia tak tega dengan Sunoo yang tak sempat tidur, Haruto yang kelelahan karena menggendong Yedam, dan Yedam yang butuh istirahat karna terluka.

Dengan hembusan napas pasrah, remaja itu berdiri dan berjalan sambil memainkan kancing yang terlepas tadi. Setengahnya, ia melemparkannya asal.

Tak!

Jisung dan Chenle terkejut saat mendengar suara Tersebut.

"Eh, maaf gue gak sengaja," ucap Junkyu merasa bersalah.

"Itu kaya suara papan kayu deh, tembok disini dari bata semua, kan? Junkyu, lo lempar ke arah mana?" tanya Jisung.

Junkyu menunjuk ke suatu tempat, "Sebelah kiri."

Dengan langkah lebar, jisung dan Chenle menghampiri tempat yang tadi Junkyu tunjuk. Tangan mereka berdua meraba-raba dinding disekitar.

"Jisung! Ketemu!" teriakkan Chenle membuat tiga orang yang sedang lelap terbangun.

"Kenapa?" tanya yedam.

Haruto yang baru setengah sadar, menutup matanya karena Chenle dan Jisung sudah membuka papan kayu yang menutupi jendela tempat itu. Dari luar sana, air terjun terlihat sekitar seratus meter dari tempat mereka berdiri. Sinar surya pun perlahan masuk menerangi tempat yang semulanya gelap.

"Wah! Indah banget!" ucap Sunoo dengan mata berbinar.

Jisung berjalan sambil melihat-lihat seluruh penjuru. Ia rasa, tidak ada yang mencurigakan. "Kita tidur lagi aja, gue yakin yakin tempat ini aman."

"Serius aman?" tanya Sunoo memastikan.

"Buat sekarang aman, pokoknya saling jaga aja. Gue juga capek, pengen istirahat." Jisung langsung merebahkan badannya.

Yedam juga ikut merebahkan diri. "Yuk istirahat, siapa tau abis ini kita dapet petunjuk."

"Oke," kemudian yang lain pun ikut memejamkan mata.



















"Setelah ini, perang yang sebenarnya akan dimulai. Istirahat yang tenang ya, teman." Begitulah isi hati salah satu dari mereka.

Clue : tangga

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang