Saat matahari sudah terbit dari ufuk timur, Sunghoon dan datang ke tempat yang sudah Jay berikan alamatnya.
Malam tadi, Jay menelpon Sunghoon untuk datang ke tempat dimana dia telah berhasil menangkap Doyoung, otak dari terhambatnya rencana Sunghoon untuk membunuh perlahan tiga korbannya yang selamat.
Yedam, Jisung dan Sunoo seharusnya sudah depresi dan berakhir dengan bunuh diri, tapi sejak Doyoung ada diantara ketiganya, semua rencana Sunghoon sia-sia.
"Kerja bagus, Jay." Sunghoon senang bukan main. Teman sekaligus tangan kanannya itu berhasil menangkap Doyoung dalam semalam saja. Padahal, kemarin-kemarin dia kesusahan, katanya Doyoung punya banyak bekingan.
"Mau liat gimana nelangsanya dia, Bung?" Suara itu seperti suara manusia yang tidak melakukan dosa, pun dengan mimik bahagia yang terpancar.
Sunghoon mengiyakan ajakan dari Jay tadi, mengikutinya naik ke lantai dua untuk menemui Doyoung. Sanderanya berganti sekarang, Doyoung babak belur dengan kaki dan tangan yang terikat. Sorot matanya bukan sorot yang menunjukkan rasa dendam lagi, tapi berganti jadi sorot memohon agar dua manusia sialan itu merasa iba.
"Gue mohon, lepasin. Lo bakal nyesel, Sunghoon." Doyoung menekan setiap perkataannya. Terlebih saat melihat Sunghoon duduk sama rata di hadapannya dengan muka datar tanpa rasa bersalah. Sungguh, Doyoung ingin sekali menghancurkan wajah itu.
"Bagi gue, lo itu gudang. Semua keburukan dan kesalahan dari keluarga gue ada di otak lo. Mau gue kirim ke tempat paling damai, gak?"
"Seharusnya lo sadar, keluarga lo itu harus bertanggung jawab atas beberapa jasad yang gak bersalah sama sekali."
"Salah, ya?"
Doyoung terkekeh, manusia di depannya itu seperti tak tau malu. "Kalau gak salah, gue gak akan ada di sini."
"Toh yang gue lakuin itu hal yang menyenangkan."
"Menyenangkan apanya? Lo bikin orang mati, Sunghoon. Lo bikin banyak orang menderita!"
"Gue akui itu perbuatan gue dan Kak Jeonghan. Gak perduli sesakit apa yang mereka rasain, yang penting gue kaya raya. Ada masalah?"
"Kakak lo punya dendam pribadi sama kakak gue, bangsat." Kata itu terlontar begitu saja, padahal sebisa mungkin Doyoung tak ingin berkata kotor seperti tadi.
Mengingat bagaimana sakitnya Mingyu saat diteror habis-habisan oleh Jeonghan, darahnya mendidih, dia tak terima saat Kakaknya terus ketakutan karena beberapa hal yang saat itu belum Doyoung tahu.
"Iya. Karena lo dan keluarga lo jauh lebih kaya dari kita. Jelas gue gak terima."
"Haha. Muka-muka maruk duitnya keliatan banget."
Kali ini Sunghoon yang tertawa. "Dengan matinya beberapa orang di tempat kejadian, uang gue bertambah dan gue makin jaya. Kalau beberapa orang yang selamat tapi ujung-ujungnya ikutan mati ya salahin diri mereka sendirilah, punya mental kok cetek, di teror dikit langsung ketar-ketir."
"Teror lo gak ngotak! Gimana mereka gak takut."
Diam-diam Doyoung melonggarkan ikutan tangannya. "Kalau lo masuk penjara, kira-kira karena berapa tindak kejahatan?"
"Gue punya uang, lo lupa?"
Doyoung memajukan wajahnya, berbisik dengan alis yang terangkat satu. "Mau adu kekayaan, hem? Uang lo sebanyak apa, sih? Paling sepuluh persen dari apa yang gue punya. Jangan terlalu sombong, nanti hartanya habis lho."
"Tapi lo gak bisa bikin gue dipenjara," jawab Sunghoon sembari berbisik juga.
"Gue punya bukti, yang bisa bikin lo susah menyangkal."
"Sebelum itu, akan gue pastiin kalau nyawa lo bakal lenyap lebih dulu."
"Yakin?"
Sunghoon geram, sebuah senjata api bahkan sudah terarah pada kepala Doyoung. Tapi lagi-lagi, Sunghoon dibuat terkejut saat dia mendapati Jay melakukan hal yang sama, bahkan tepat di atas telinganya.
"Dia mati, lo juga harus mati."
"Penghianat." Sunghoon lantas menjatuhkan senjatanya. Dia main aman, masih ingin menghirup udara bebas.
"Turunin senjata lo, Jay."
"Gak. Ngapain ngikutin orang yang penakut. Ternyata gue tau kenapa keluarga lo selalu punya orang suruhan buat ngelakuin semua rencana. Takut mati? Haha." Jay terkekeh geli. Kebenaran yang sungguh lucu, batinnya.
"Jay, gue udah anggap lo lebih dari seorang teman. Asal lo tau, Doyoung itu licik."
"Iya. Mirip sama lo."
"Lo bakal—" tak sempat melanjutkan Kalimatnya, suara sirine polisi terdengar nyaring. Teman-teman Doyoung yang lain muncul dari balik pintu.
"Aman, Doy. Bokap Sunghoon, Seungcheol sama Jeonghan udah dieksekusi. Tinggal satu makhluk lagi, lempar ke kandang buaya ajalah dia." Jake dan Jaehyuk tergelak. Semua rencana yang telah mereka susun sejak dua tahun belakangan berakhir dengan kemenangan.
"Gue pastiin lo bakal mati."
"Masa? Gue punya rekaman soal pengakuan lo barusan. Dan .... Drama gue gak berhasil, harusnya lebih menegangkan dari ini." Doyoung cemberut, seolah tidak puas akan drama yang telah diusungnya dengan Jay tadi malam. "Pak, dia juga pelaku."
Mata Jay membulat sempurna, tak menyangka kalau dia dimasukkan ke dalam list pelaku oleh Doyoung. Ingin memberontak pun tidak bisa, tangannya sudah diborgol dan diseret paksa oleh polisi.
"DOYOUNG, TUNGGU PEMBALASAN DENDAM KITA!"
"Iya, semoga berhasil!" Mereka berempat kompak tertawa, ada kesenangan tersendiri kala semuanya berjalan dengan sangat mudah. Bukti-bukti sudah digenggaman, tinggal menunggu keputusan hakim.
"Kasih tahu Yedam, Jisung sama Sunoo. Semuanya udah beres, dan dua hari dari sekarang kita liburan ke pantai bertujuh."
"LAKSANAKAN!"
+×+
Maaf semuanya kalau kurang ngefeel, susah loh ternyata bikin adegan yang dag dig dug ser
Mohon dimaklumiiii
Tunggu part terakhir dari season 2 ini yaa
Lopyu ol<3
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Mystery / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"