Tepat saat tengah malam, suara jangkrik bahkan masih nyaring terdengar, Baekseung membawa motor kesayangannya membelah jalanan yang sudah sepi. Pemuda itu tak membawa alat apapun, hanya mengandalkan keberuntungan saja nanti.
Sunyinya malam menjadi saksi pejalanan Baekseung menuju kediaman Jeongwoo sebelum kemudian menyusup ke rumah megah milik keluarga Sunghoon.
Awalnya, Baekseung ingin langsung memarkirkan motornya di depan pagar, namun telinganya menangkap sayup-sayup seseorang sedang berbicara dengan nada cukup tinggi.
Baekseung tak tahu apa yang di ributkan sampai adu mulut terjadi. Karena penasaran sekaligus ingin memastikan, Baekseung berjalan pelan meninggalkan motornya dengan jarak beberapa meter.
Dia berjalan sambil membungkuk, lalu bersembunyi di balik tembok. Dia lantas menyipitkan mata. "Jeongwoo?" ujarnya sambil berpikiran negatif.
Jeongwoo terlihat gusar sewaktu menerima telepon walau dia terus-terusan melayangkan kalimat makian.
"Gak bisa gitu dong!"
"Terserah!"
"Bajingan! Harusnya lo gausah hidup!"
"Mati aja sialan!"
Jeongwoo yang sudah selesai dengan urusannya lantas masuk melalui pintu belakang. Baekseung pun segera berlari ke arah motor agar Jeongwoo tidak curiga.
Belum sempat mengetuk, Jeongwoo malah membuka pintu lebih dulu. "Cepet banget datangnya?"
Yang di tanya tersenyum kikuk. "Ah, baru aja sampe."
"Baru aja? Gue sadar kok kalau lo nguping."
Matilah riwayat Baekseung. Bagaimana bisa Jeongwoo sadar? Padahal Baekseung bukanlah penguping amatiran!
"Di samping lo berdiri tadi ada kaca besar, suara motor lo juga gue udah hapal, Seung. Lain kali lebih hati-hati." Jeongwoo menjelaskan sebab wajah Baekseung yang seolah bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Maaf. Gue curiga sedikit."
"Buat?"
"Topik si penelepon."
"Cih," Jeongwoo menatap datar lawan bicaranya. "Itu kakak tiri gue, Seung. Jangan tanya kenapa karena bakal panjang urusannya. Tapi yang pasti, setelah misi kita selesai, bantu gue buat bunuh dia."
Siapa yang tidak kaget atas penuturan dari Jeongwoo barusan? Semudah itu dia mengucapkan kata 'bunuh' seolah dia dan sang kakak tiri adalah musuh bebuyutan.
"Ayok!"
Mereka berdua lantas pergi alih-alih mengobrol panjang lebar tentang rencana kedepannya.
Baekseung bertugas untuk mengemudi, Jeongwoo hanya diam membisu sampai kebisuannya bertahan saat Baekseung berhenti di depan sebuah toko yang sudah tutup.
"Rumah Sunghoon yang ini?"
"Enggak lah dodol! Ayok ikut gue!"
Jeongwoo menurut, mereka berdua berjalan sambil melirik ke segala sisi. Nasib baik semuanya sepi, bahkan suara jangkrik saja sudah hilang dari pendengaran.
"Loncat!" Bisik Baekseung.
Keduanya kini sudah sampai di depan pintu rumah besar milik Sunghoon. Saat Jeongwoo hendak membuka pintu dengan tangan tanpa sarung, Baekseung menepis cepat sambil melayangkan tatapan maut.
"Sidik jari lo samsul!"
"Kita belum punya KTP!"
"Pake! Jangan banyak alesan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Mystery / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"