Usai berlari cukup jauh, Yedam dan yang lain terlihat ngos-ngosan. Keringat membuat rambut dan baju keenamnya basah. Karna seorang berjubah hitam yang ditangan kanannya menggenggam sebuah kapak sukses membuat mereka senam pagi disiang hari.
Deru nafas Sunoo terdengar ditelinga, remaja itu lantas berbaring asal. "Sumpah! Gue capek banget ..."
Junkyu dan yang lainnya lantas terduduk. Bagai ikan yang kekurangan air, mereka semua terlihat tak berdaya.
"Ini simulasi mati atau gimana sih? Tau gini mah mending langsung mati aja!" keluh Yedam.
Setelah itu, hanya ada keheningan. Sunoo masih berbaring terlentang, Junkyu beserta yang lain masih setia duduk dengan menjulurkan kedua kaki.
"Tempat yang kita lewatin kayaknya cuman gang doang deh dari tadi. Gue curiga kalo arsitek hotelnya gabut," ucap Haruto. Karena lagi, lagi dan lagi. Hanya gang yang tidak terlalu besar yang mereka lalui sampai sekarang. Gang itu benar-benar tanpa celah, hanya ada beberapa lampu redup dan pintu-pintu sebuah ruangan.
"Kira-kira Sunghoon sama Asahi udah makan apa belum ya?" tanya Sunoo random.
"Jangan jauh-jauh deh, kita aja udah dua hari gak makan! Kalo gak ada persediaan minum yang kita bawa dari rumah, gue yakin sekarang kita udah mati karena dehidrasi!" ketus Jisung. Tapi apa yang Jisung katakan memang benar, selama dua hari belakang ini mereka hanya minum air putih, itupun inisiatif Yedam untuk membawa sebotol air dikantung jaket masing-masing.
Chenle mengehela nafas pasrah. "Baru dua hari gak makan udah kurus kering begini, balik ke rumah pasti disangka diet."
"Andai aja kita gak ke sini, mungkin kita-" Yedam tiba-tiba memotong pembicaraan Junkyu.
"Kenapa nyesel? Bukannya kita semua udah setuju ya? Setuju buat liburan ke air terjun yang kita lihat kemaren?" tanya Yedam bertubi-tubi.
"Bukan nyesel, Yedam. Itu cuman curahan hati seorang Junkyu," bela Sunoo.
Hening kembali menghadang, mungkin hanya ada suara nafas mereka saja. Tapi, setelah keheningan itu, suara pintu membuat keenamnya waspada, mereka sudah berdiri siaga.
Detik kini sudah berganti menit, tapi tidak ada sesuatu yang terjadi. Ketakutan merekapun kini berubah menjadi keingintahuan. Walau sedikit ragu, langkah demi langkah mereka paksakan demi melihat apa yang ada dibalik pintu yang terbuka tadi.
Dengan jantung yang berdetak hebat, akhirnya mereka memberanikan diri untuk menghampiri.
Didepan sana, ada tiga meja yang membuat mereka linglung. Dimeja satu penuh dengan makanan dan tujuh gelas jus jeruk, dimeja kedua hanya ada selembar kertas bergambarkan sebuah kunci, dan dimeja ketiga ada makanan basi beserta tujuh gelas darah segar.
Bagaimana bisa tujuh? Mereka saja hanya berenam? Tapi siapa sangka, setelah beberapa saat, salah satu pintu lemari yang ada diruangan itu terbuka sendiri.
Lemari kayu itu berisikan Asahi yang sudah tidak berdaya dengan borgol ditangan dan sebuah tali yang melingkar dikakinya.
Mata sayu Asahi lantas membuat kelimanya terdiam, bukan karena mereka tidak ingin menyelamatkan Asahi atau tidak kasihan padanya. Mereka takut gegabah dan pada akhirnya akan merugikan Asahi dan diri sendiri.
Sekitar tiga meter dari tempat mereka berdiri, Sunoo memberanikan diri untuk sekedar bertanya pada remaja malang itu. "Asahi, lo haus gak? Tunggu ya, gue yakin makanan dan minuman itu bakalan jadi milik kita."
Tidak ada balasan selain anggukan yang terlihat memilukan, ketidakberdayaan membuat Asahi enggan untuk berbicara.
"Lo yakin kita bisa menang sekarang?" tanya Jisung, ia takut jika kali ini mereka akan gagal.
Dengan mantap, Yedam bersuara. "Kita harus yakin! Dua rintangan sebelumnya kita menang kan? Ayo berjuang lagi!"
Sunoo ikut bersemangat, yang kemudian remaja itu mengajak yang lain untuk tetap berfikiran jernih. "Kita butuh makanan, kita juga harus nyelametin Asahi, ayo berjuang lagi! Gue yakin kita pasti bisa!"
Jisung, Chenle, Junkyu dan Haruto masih datar walau kedua sahabatnya sudah memotivasi. Yedam yang melihat itu sedikit kecewa, ia tidak tahu lagi bagaimana cara agar keempatnya bersemangat lagi.
"Kalian berempat kenapa? Mau nyerah? Atau gak mau keluar dari tempat ini? Gak liat Asahi butuh pertolongan? Ayolah, kalian bukan anak kecil yang harus dikasih permen dulu supaya semangat lagi, udah mau lulus SMK masa mau ngeluh terus? Cara supaya kita bisa keluar dari tempat ini cuman satu, ikutin semua permainannya. Kita harus menang, menang, dan terus menang!" ucap Yedam.
Sunoo menepuk pundak mereka satu persatu, kemudian iya tersenyum lembut. "Kalian seriusan mau jadi tumbal?"
"Gue kira lo kau ikutan kasih motivasi!" sosor Haruto.
"Makhluk bumi pada kenapa sih?" ujar Chenle yang dibalas kekehan ringan oleh Jisung.
"Nah, gitu dong!" ujar Yedam. Melihat semuanya sudah kembali normal, mereka bersiap untuk menghadapi rintangan selanjutnya.
Intruksi terdengar lagi, suara itu terdengar lebih menyeramkan dari sebelumnya.
"Saya jadi terharu .... Karena hati saya sedang melembut, rintangan kali ini lebih manusiawi. Didepan kalian ada empat gelas yang didalamnya terdapat beberapa gambar yang akan menjadi hadiah. Satu gelas berisi gambar makanan, satu gelas berisi gambar darah, satu gelas berisi kunci, dan gelas terakhir berisi kunci dan gambar makanan. Jangan gunakan insting, gunakan logika. Selamat mengerjakan anak-anak ....Saya mau makan dulu."
Kemudian suara tadi lenyap, Sunoo menatap Asahi meminta remaja itu untuk memberi tahu apa saja yang ia tau. Tapi Asahi hanya menggeleng, membuat Sunoo pasrah.
"Ayo bantu mikir! Kayaknya gelas-gelas itu punya keunikan masing-masing." Yedam kemudian memberanikan diri untuk mendekat.
Tapi mendadak tangannya-
Hayooooh digantung lagi hahhahaha
Maaf ya, aku emang hobi ngeghosting readers, tunggu nextnya ya!
Ayo kasih aku semangat dan bintangnya!
![](https://img.wattpad.com/cover/290907463-288-k741955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Misteri / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"